Melihat bosnya senyum-senyum sendiri sambil melihat ponsel, membuat Branz bertanya-tanya dalam hati. Akan tetapi, dia tidak berani bertanya secara langsung dan hanya bisa menebak-nebak saja, apa yang membuat Liam terlihat senang.
Dari pada penasaran, Branz juga memeriksa ponselnya yang sedari tadi dia silent. Di sana dia melihat laporan dari bagian personalia yang melampirkan foto peserta biodata anak-anak magang dari sebuah universitas ternama.
"Nona ini, dia kan ... " gumam Branz sambil melihat foto gadis yang tidak asing dalam laporan bagian personalia di sana. "Ah ... jadi ini yang membuat Pak Presdir senyum-senyum sendiri?" Branz jadi paham kenapa bosnya itu senyum-senyum sendiri.
Baru kali ini, dia melihat bosnya begitu antusias terhadap wanita dan tertarik cukup dalam. Biasanya para wanita yang melayani bosnya, hanya sekali saja dan tidak sampai membuatnya penasaran apalagi tertarik.
"Apakah akhirnya aku akan mempunyai Bu Presdir? Ah, tapi bukan karena itu terlalu muda untuk Pak Presdir?"
Branz mulai memikirkan ke depannya, tapi dia juga merasa kalau usia Chloe terlalu muda untuk Liam.
***
Sinar cahaya mentari mulai masuk melalui celah-celah jendela kamar yang luas dengan nuansa berwarna ungu itu. Cahayanya membangunkan seorang gadis yang masih tidur sambil tengkurap. Kaki dan tangan yang terlentang tak tahu arah, hanya memakai hot pants saja.
"Hey, putri tidur, bangunlah!" teriak Elisa yang baru saja membuka tirai jendela kamar itu dan membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar sepenuhnya, agar si putri tidur cepat bangun.
Melihat temannya yang semakin meringkuk, Elisa langsung geleng-geleng kepala dan menarik selimut yang membungkus tubuh Chloe. Selimut itu berhasil terlepas dari tubuh Chloe, tapi dia tetap enggan membuka mata dan kembali berguling di atas ranjang tersebut.
Elisa jengkel melihatnya. "Hey! Chloe bangunlah! Ini sudah siang. Kita harus pergi," ujar Elisa dengan tegas dan suara yang dikeraskan.
Chloe menutup wajahnya dengan bantal. "Aku masih mau tidur ...Elisa." rengek wanita itu dengan malas.
"Kau bisa tidur lagi nanti. Hari ini kita sangat sibuk Chloe. Kita harus ke perusahaan tempat magang dan pergi kampus juga. Ini hari pertama kita, jangan sampai kita terlambat gara-gara dirimu," omel Elisa mengingatkan temannya akan tugas mereka yaitu magang, untuk melengkapi tugas akhir mereka sebagai mahasiswa s1.
"Bisa tidak, perginya besok saja? Aku masih ingin tiduran," ucap Chloe menawar. Wanita ini masih dengan posisi yang sama, yaitu tiduran dengan kepala ditutupi bantal.
"Baiklah. Terserah kau saja ya, yang penting aku sudah mengingatkan," ucap Elisa kesal. Akhirnya wanita itu tidak terdengar lagi berisik oleh Chloe, akhirnya dia melanjutkan tidurnya lagi. Sementara Elisa sudah pergi dari apartemennya dan meninggalkan Chloe seorang diri. Elisa sudah jengkel dan kesal, karena Chloe sangat susah dibangunkan.
"Bukan salahku ya, kalau kau terlambat di hari magang pertama kita. Kau sendiri yang susah bangun. Dasar janda muda!" gerutu Elisa yang saat ini sedang berjalan ke tempat parkir mobilnya. Dia memutuskan berangkat seorang diri ke tempat magang pertamanya bersama Chloe, tempat magang mereka sama.
***
Dengan terburu-buru, Chloe memakai sepatu heelsnya. Tangannya yang lain sibuk menyisir rambut panjangnya yang kusut dan masih sedikit basah.
"Astaga Elisa. Kenapa dia tidak membangunkanku? Tega sekali dia meninggalkanku sendirian di sini!" gerutu Chloe yang menyalahkan temannya, padahal dia sendiri yang susah untuk dibangunkan.
Dia menyisir sambil mengambil tas selempangnya, lalu dia letakkan di tangan kirinya.
Setelah selesai memakai heels dan menyisir, Chloe bergegas keluar dari apartemen Elisa. Dia pergi menaiki taksi ke perusahaan tempatnya akan magang.
"Parah parah! Ini sudah jam 09.30. Mati aku!" Chloe merutuki dirinya sendiri sambil melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 09.30. Sial! Dia sudah benar-benar terlambat.
Begitu Chloe sampai di depan perusahaan H-Tech, wanita itu berlari tergopoh-gopoh dan masuk ke dalam perusahaan. Bahkan pakaiannya masih terlihat berantakan, tapi dia tidak mempedulikan bagaimana penampilannya saat ini. Boro-boro memikirkan penampilan, saat ini hatinya sedang ketar-ketir, memikirkan bagaimana menghadapi atasan di kantor ini, karena dia terlambat datang pada hari pertama.
Chloe mendekati meja informasi untuk menanyakan di mana ruangan personalia, karena dia harus menghadap ke sana.
"Permisi Bu, saya ingin bertanya di mana ruangan bagian personalia?" tanya Chloe ramah.
"Ruangan bagian personalia? Maaf Nona, apa anda pegawai magang yang bernama Chloe Moane Danzel?" tebak wanita yang bekerja di bagian informasi itu.
"Iya, itu saya."
"Saya akan mengantarkan Anda, Nona." Wanita itu langsung keluar dari posnya dan berjalan mendahului Chloe sekalian mengantarnya.
Chloe mengikuti wanita itu masuk ke dalam lift dan naik ke lantai atas. Mereka pun turun di lantai 7. Wanita itu berbicara dan bersikap ramah terhadap Chloe, sehingga membuat Chloe merasa aneh dengan sikapnya ini.
"Sebenarnya kenapa wanita ini memperlakukanku dengan ramah? Dan Mau dibawa ke mana aku ini? Kenapa disini terlihat sepi?" batin Chloe terheran-heran dengan keadaan ini.
Kemudian Chloe dan wanita itu berhenti di depan sebuah pintu yang tertutup. Didepan ruangan itu adalah tulisan ruangan Presdir.
"Nona, kita sudah sampai. Silahkan masuk! Pak Presdir sudah menunggu Anda," ucap wanita itu dengan sopan.
Chloe tersentak kaget, dia pikir wanita ini akan membawanya ke ruangan bagian personalia. Kenapa dia malah dibawa ke ruangan presdir? Aneh sekali pikirnya!
"Ah? Ruang Presdir? Kenapa saya dibawa kesini? Saya kan mau ke bagian personalia, bukan ke-"
Cekret!
Sebelum Chloe menyelesaikan kata-katanya, seseorang sudah lebih dulu membuka pintu tersebut dari dalam. Seorang pria yang memakai setelan jas berwarna hitam, sedang berdiri di hadapannya.
"Silahkan Nona. Anda sudah ditunggu pak Presdir di dalam!" Branz tersenyum ramah, bahkan dia menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada Chloe.
"Kenapa mereka sangat sopan kepada orang yang terlambat magang? Ah, atau ini sebenarnya adalah cara perusahaan ini menghukum seseorang?"
Seketika Chloe mulai berpikir yang tidak-tidak, tubuhnya menegang dan jantungnya bertalu-talu tak karuan. Tapi dia berusaha untuk tetap tenang diluar.
"Tapi ...saya tidak ada urusan dengan Presdir kalian."
"Nona, masuklah! Atau saya yang akan dipecat oleh Pak Presdir nantinya," ucap Branz beralibi.
Sehingga Chloe tidak punya pilihan lain, selain masuk ke ruangan Presdir, daripada pekerjaan seseorang menjadi taruhannya.
Dia pun masuk ke ruangan tersebut, walaupun merasa aneh. Memang apa urusannya karyawan magang dengan Presdir? Mengapa seorang presiden repot-repot berurusan dengan pegawai yang magang 2 bulan?
Begitu Chloe menginjakkan kakinya di ruangan tersebut, dia bisa merasakan dinginnya AC dan melihat seorang pria duduk di meja Presdir. Pria itu terlihat gagah, dewasa dan aroma parfumnya begitu maskulin. Dari jarak yang tidak jauh juga tidak dekat, Chloe bisa merasakan aroma parfum itu lewat indra penciumannya.
"Kenapa aroma parfumnya tidak asing ya?" Pikir wanita itu dalam hatinya. Namun Chloe tidak mau berpikiran panjang, dia segera menyapa pria yang masih stay di tempat duduknya itu.
"Halo, selamat pagi Pak Presdir! Perkenalkan, nama saya Chloe Moane Danzel. Saya adalah pegawai magang dari Universitas xx. Salam kenal!"
Chloe memperkenalkan dirinya dengan sopan, sambil menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat kepada pimpinan perusahaan tersebut.
Tanpa sepengetahuan Chloe, pria yang semula sedang duduk, kini berjalan ke arahnya dan sekarang berada di hadapannya.
"Kita bertemu lagi, Pretty girl."
Chloe tercekat dan langsung mendongakkan kepalanya begitu dia mendengar suara bariton rendah yang tak asing di telinganya.
TBC...