Wanita yang saat ini mengenakan setelan blazer berwarna abu-abu itu tampak terkejut setelah mendengar suara milik pimpinan perusahaan ini.
Matanya pun tak berkedip, ketika dia melihat iras tampan, menawan dan gagah bak aktor Hollywood yang saat ini tengah berdiri tegap di hadapannya. Pria itu juga menatapnya dengan pandangan yang tidak dapat Chloe artikan dengan kata-kata. Senyuman pada bibir kehitaman itu juga terlihat misterius, seolah pria ini memang sudah menunggu kedatangannya dan sudah mengenalnya. Padahal Chloe merasa, bahwa Ini pertama kalinya mereka bertemu.
"Maaf Pak, Ini pertama kalinya kita bertemu. Bagaimana bisa bapak berbicara kata 'lagi' dibelakang perkataan anda?" ucap Chloe yang formal dan hal itu membuat raut wajah Liam berubah.
Pria itu menghela nafas, senyuman di bibirnya seketika langsung sirna. Perkataan Chloe membuatnya kecewa.
"Jadi kau tidak ingat aku, Pretty girl?" tanyanya yang masih berdiri dihadapan Chloe, sedangkan wanita itu masih menundukkan kepalanya, setelah tadi sempat mendongak menatap Liam.
Chloe mengerutkan keningnya, tak paham dengan perkataan Liam yang menurutnya ambigu. "Maaf Pak, maksud Bapak apa ya? Mengapa saya harus mengingat anda? Sedang... saya tidak mengenal Anda."
"Perkataanmu sungguh menyakiti hatiku, Nona." Liam menjeda, lantas dia berbisik ditelinga Chloe. "Padahal malam itu, kita sangat DEKAT."
Risih dengan Liam yang sangat dekat dengannya, Chloe pun berjalan mundur.
"Jangan kurang ajar pada saya, Pak!" ujar Chloe menegur pria dewasa didepannya ini dengan tegas, mata yang menunjukkan keberanian.
"Aku tidak bermaksud kurang ajar padamu, Nona. Hanya saja aku kecewa, karena kau tidak mengingatku. Atau kau pura-pura tidak ingat, karena kau malu?" tutur Liam menebak, pria itu tersenyum menyeringai.
"Maksud Anda apa ya? Saya tidak paham dengan apa yang Anda bicarakan," ucap Chloe dengan ketus. Dadanya sudah semakin bergemuruh, ingin memberikan pelajaran pada pria ini yang sok kenal sok dekat dengannya.
Liam menatap sepasang bola mata hazel yang menyihirnya tempo hari itu, dia berusaha mencari kebohongan di sana. Sebab, dia tidak percaya kalau Chloe tidak mengingatnya.
Setelah cukup lama menatap mata hazel itu tanpa berkedip, Liam merasa tak menemukan kebohongan di dalam sana.
"Sepertinya kau berkata jujur," decak Liam. Chloe diam saja dengan wajah datar.
"Kau benar-benar tak ingat padaku, Nona?" tanya Liam untuk memastikan sekali lagi, dengan atensi tertuju pada Chloe.
"Saya benar-benar tidak ingat siapa a
Anda, karena kita baru bertemu hari ini!" cetus Chloe tegas. Dia mulai merasa kesal dan tak nyaman dengan Liam.
"Ya sudah, tidak apa. Mungkin kau tidak ingat padaku, karena kau minum sangat banyak malam itu. Wajar saja."
"Malam itu? Minum banyak?" gumam wanita itu dengan wajah polosnya, dia bahkan tak tahu apa maksud Liam.
Tiba-tiba saja terbesit ide gila di kepala Liam yang mungkin bisa membantu ingatan Chloe tentang malam itu.
"Tidak apa-apa. Mungkin ini bisa membantu memulihkan ingatanmu," ucap Liam yang lalu merengkuh pinggang mungil Chloe. Sontak saja tubuh mereka menempel dan sedetik kemudian setelahnya, Chloe dibuat terpaku.
Dengan berani Liam menyatukan bibir mereka berdua, Liam berusaha membuka bibir Chloe dengan sedikit menggigitnya. Tak lupa Liam menyentuh Chloe dengan seduktif, sampai wanita itu tak bisa berkutik oleh sentuhannya.
Chloe terbelalak, entah kenapa dia malah diam dicium dan dipeluk oleh lelaki yang bahkan tak dikenalnya ini. Tapi, dia merasakan kehangatan dan kenyamanan saat pria ini melakukannya.
Sentuhan seduktif itu, tidak kasar, tidak lembut juga, tapi bisa mendominasi tubuhnya dan melemahkan hati serta akal sehat yang ingin menolaknya. Hal itu dimanfaatkan oleh Liam, untuk semakin menginvasi bibir Chloe dengan kepiawaian bibir dan lidahnya. Akhirnya sesuatu miliknya berhasil masuk ke dalam mulut Chloe, bermain-main di sana, mengajaknya bertukar saliva.
"Tunggu ...kenapa rasanya tidak asing?"
Ingatan Chloe kembali pada malam kelam dimana dia mabuk dan tidur dengan seseorang yang tak dia kenal. Rasa ciuman ini, sama dengan rasa ketika orang malam itu mencium bibirnya. Aroma dan nafasnya, benar-benar sama.
Dalam beberapa saat, akhirnya kesadaran Chloe kembali. Dia pun mendorong dadaa bidang Liam dan melepaskan tautan bibir mereka. Lantas dia pun langsung memberikan tamparan pada pipi Liam.
"DASAR PRIA m***m!" seru Chloe dengan bersungut-sungut. Dadanya naik turun, geram, merasa dilecehkan oleh Liam. Chloe tatap pria yang sudah kurang ajar padanya itu dengan tajam.
Sementara itu, Liam masih terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Chloe padanya. Setelah berciuman mesra, Chloe malah menamparnya.
"Apa yang kau lakukan Pretty girl? Baru saja kita saling menikmati, tapi kau langsung melakukan ini? Habis manis sepah dibuang, hem?" ucap Liam sambil menyentuh dagu Chloe dan tersenyum genit padanya.
Chloe langsung memalingkan wajah dari pria itu, dia marah, sangat marah dengan sikap Liam padanya.
"Melihat reaksimu, sepertinya kau sudah ingat kejadian malam itu."
Pipi Chloe langsung bersemu merah saat mendengarnya dan tebakan Liam memang benar. Chloe sudah mengingatnya, walau tidak semua. Tapi sebagian besar adegannya sudah ada di memorinya.
Liam tersenyum, menyadari kepanikan dan kegugupan Chloe. Anehnya Liam malah semakin membuatnya tertarik pada wanita ini.
"Kau ...kau memanfaatkanku yang sedang mabuk! Dasar kau pria m***m! Keterlaluan!" ujar Chloe marah. Dia semakin berjalan mundur, saat Liam mendekatinya perlahan.
"Kau! Jangan kurang ajar, atau aku akan berteriak!" ancam Chloe dengan galak.
"Teriak saja, silahkan. Biarkan orang-orang datang kemari dan melihat apa yang akan kita lakukan di sini," ucap Liam dengan santainya.
Kedua bola mata hazel itu langsung terbelalak mendengarnya.
"Memangnya apa yang akan kita lakukan di sini?"
"Seharusnya kau sudah tahu tanpa bertanya. Apa yang akan dilakukan pria dan wanita dewasa yang sudah terbakar gairah di dalam ruangan ini?"
"Kau m***m! Pria gila! Tidak waras!" sentak Chloe dengan kaki yang terus berjalan mundur.
"Dan kau yang sudah membuatku tidak waras, Nona. Sejak malam itu kau membuatku gila, karena aku terus memikirkanmu. Sekarang aku makin gila, karena aku ingin memilikimu," ucap pria itu dengan frustasi, karena dia tidak bisa menahan keinginannya untuk memiliki Chloe.
Chloe sendiri semakin berdebar-debar, ketika Liam malah tersenyum aneh kepadanya dan semakin mendekat saja. Dan sekarang dia malah terpojok di atas sofa, entah bagaimana bisa seperti ini. Chloe juga tidak sadar.
Wanita itu jatuh terduduk ke atas sofa berwana hitam yang ada di ruangan tersebut dan sekarang Chloe sudah berada dibawah kungkungan tubuh kekar Liam.
Kedua tangan Liam sengaja mengunci tubuh Chloe, agar gadis itu tidak melarikan diri. Melihat raut wajah Chloe yang ketakutan, membuat Liam semakin ingin menggodanya.
"Pak, tolong hentikan. Ja-jangan ..."
"Memangnya aku mau berbuat apa?" tanya Liam sambil tersenyum menatap gadis cantik itu.
"Kau memintaku untuk bertanggungjawab pada malam itu. Apa kau lupa, Nona? Kau juga yang menyeret dan memperkosaku."
Chloe mendelik sinis pada Liam, tak terima dengan ucapan pria itu.
"Aku tidak begitu! Mana ada! Kaulah yang memanfaatkan diriku," sanggahnya dengan tegas. Meskipun dia sendiri tak yakin, jika bukan dia yang menggoda Liam. Dia hanya ingat, dia berada diatas tubuh Liam dan bergerak liar di sana.
"Kalau begitu, akan ku tunjukkan bukti. Bahwa kau yang menggodaku lebih dulu," ucap Liam dengan wajah serius yang membuat Chloe menelan salivanya sendiri.
"Kalau kau terbukti bersalah, kau harus menikahiku. Paham!"
Tbc...