7 - Dinginnya Leo, Mesranya Fira

1263 Words
Leo memperhatikan Mala yang sedang tidur sambil memeluk anaknya. Beberapa saat kemudian, dia menutup pintu kamar dengan rapat. Lalu beralih menuju kamar mandi yang memang kamar mandinya berada di dekat dapur tidak di dalam kamarnya. Leo membersihkan diri, kemudian menyeka badannya dengan handuk. Lalu memakai kembali pakaian bekas tadi. Karena tidak mungkin kan, dia mengambil pakaian di dalam kamar. Sementara di dalam sana, ada wanita yang bukan siapa-siapa baginya. Leo duduk termenung di atas kursi, pikirannya berkecamuk hebat memikirkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh Mia istrinya. Siapa laki-laki yang bersam Mia itu! Menghela nafas dalam dan menghembuskannya dengan kasar beberapa kali, dengan kesal dia mulai merogoh ponsel yang ada di dalam sakunya, lalu coba menghubungi Mia. Tut Tut Sambungannya tersambung namun belum Mia angkat. Leo terus menunggu, berharap dia menerima panggilannya. Dan akhirnya panggilan pun tersambung. “ Ada apa sih Mas! Mengganggu saja! Aku ini lagi kerja tahu!” terdengar suara Mia yang berkata dengan nada kesal. Sebelum menjawab, Leo menghembuskan nafas kesal, “Huuuh!” “ Kamu di mana Mia?” Leo bertanya dengan nada dingin. “ Kerja!” jawabnya masih ketus. “Kerja apa? Jangan bilang kalau kamu menjual diri!” Leo mencengkeram erat ponsel di tangannya. “Apaan sih kamu, bicara seenaknya!” dan Mia pun langsung menutup sambungan telepon. Ketika Leo hendak menghubunginya kembali, hanya suara operator yang terdengar. Rupanya, Mia langsung mematikan ponselnya. “Sial!” gerutu Leo, diiringi menggebrak meja. Brakkk Rafa yang sedang terlelap langsung terjengkit kaget mendengar suara meja yang digebrak. Dia langsung menangis, beruntung Mala yang berada di sampingnya langsung memeluk dan berusaha menenangkannya. Hingga anak itu kembali tertidur. Mendengar suara tangisan Rafa, Leo jadi merasa bersalah. Dia yakin, Rafa terkejut oleh perbuatannya. Bergegas, dia berdiri lalu mengayunkan kaki menuju ke kamarnya. Dibukanya pintu perlahan dan sedikit, tampak Mala sedang menggendong anaknya sambil menepuk-nepuk bokongnya. Anak itu terlihat tenang kembali. Mala yang merasa ada yang memperhatikan, menoleh ke arah pintu. Benar saja itu adalah Leo. Tanpa sengaja tatapan mereka saling bertemu, membuat mereka berdua sama-sama kikuknya. Mala segera memalingkan wajahnya menjadi menatap Rafa. Sedangkan Leo, dengan cepat menutup kembali pintu. Menahan debaran aneh yang ada dalam hatinya. “ Astaghfirullahaladzim!” Leo mengelus d**a, dia takut dirinya terpesona oleh wanita itu. Apalagi tak pungkiri, Mala memiliki wajah manis dan keibuan. Ditambah dengan perangainya yang baik. Leo memilih untuk duduk kembali di tempatnya semula. Setelah Rafa dirasa terlelap, dengan cepat Mala merapikan diri dan keluar dari kamar itu. “Assalamualaikum Mas Leo, maaf tadi saya ketiduran,” ujar Mala dengan sopan. “Tak apa, kamu pasti lelah harus menjaga anak saya. Terima kasih ya, sebelumnya saya benar-benar minta maaf karena sudah merepotkan, “ ucap Leo yang semakin tak enak hati apalagi Mala adalah anak majikannya. “ Tak masalah, lagian saya suka anak kecil,” jawab Mala. Bibirnya menyunggingkan senyuman, lalu segera pamit kepada Leo. “ Kalau begitu, saya pulang dulu ya. Hari sudah menjelang sore, tidak baik kalau saya berada di sini lama-lama.” “Oh, iya silahkan. Terimakasih ya sudah jagain Rafa.” Leo berdiri dan mengikuti langkah kaki Mala. Dia mengantar sampai teras depan. Matanya memindai Mala, menatap wanita itu sampai menghilang dari pandangan matanya. “ Sudah cantik, baik, kaya lagi. Sungguh beruntung laki-laki yang menikah dengannya, tapi kenapa dia bercerai dengan suaminya ya?” Leo tampak berpikir. “Ah untuk apa juga aku kepo,” gumamnya lagi. Hari merangkak naik, waktu semakin larut. Leo jadi harus menjaga Rafa, karena Mia sepertinya tak akan kunjung pulang malam ini. Leo hanya bisa menyesali keadaan, dia sungguh tak sama seperti Fira yang penurut dan tak pernah keluyuran. Yang lebih membuat d**a Leo sesak adalah, dia tak tahu apa pekerjaan Mia. Dia gusar, takut kalau dugaannya benar. Mia menjual diri! “Astagfirullah!” Leo berusaha membuang pikiran buruknya. Sementara itu di belahan kota lainnya. Saat ini waktu sudah menunjukkan jam sebelas malam. Seorang wanita tampak tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Lalu seseorang membuka pintu kamarnya secara perlahan. Masuk ke dalam, dan menutup pintunya perlahan. Mengecup kening sang wanita yang merupakan istrinya itu. “ Istriku yang cantik, pasti kamu ngantuk berat ya sampai-sampai nggak nungguin aku pulang,” gumamnya pelan. Lalu beranjak masuk ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka, tangan, dan kaki. Dia tidak mandi karena hari sudah malam. Toh tadi juga sore di kantor sudah mandi terlebih dahulu. Mengganti pakaiannya dengan piyama tidur, lalu segera naik ke tempat tidur. Masuk ke dalam selimut yang sama dan mendekap sang istri dengan erat. Akan tetapi matanya tetap saja enggan terpejam, padahal sudah hampir dua puluh menit. Tangannya mulai nakal, masuk ke dalam piyama sang istri kesayangan. Menyentuh sesuatu yang paling disukainya, justru hal itu nambah membuatnya tersiksa. Istrinya mulai bergerak-gerak menggelinjang. Lalu membalikan tubuh ke arah sang suami dengan mata masih terpejam, namun bibirnya bergumam pelan. “Emmh, sayang kamu udah pulang?” “Iya, aku udah pulang. Bangun dong, temenin aku,” jawab suaminya dengan lembut. Bibirnya tersenyum geli, meski istrinya tertidur. Tetapi, dia selalu bisa menjawab pertanyaannya. Meski hanya dengan bergumam. Bibirnya menelusuri wajah sang istri penuh sayang, mengganggunya agar bisa membuka mata. Dan menemaninya melakukan sesuatu. Mereka adalah Fira dan Yudha. Sepasang suami istri yang disatukan setelah melalui berbagai macam ujian dalam kehidupan mereka masing-masing. Fira akhirnya membuka mata perlahan, tampak wajah Yudha suaminya, yang tersenyum puas melihatnya terbangun. “ Sayang maafin aku ya, aku nggak nungguin kamu. Habisnya tadi aku ngantuk banget,” ujar Fira manja, meski masih ngantuk. Tangannya memeluk sang suami erat. Awalnya Fira merasa lebay bertingkah manja kepada suaminya. Tetapi, dia berusaha membuang rasa itu. Sikapnya yang terlalu cuek kepada Leo dulu, menjadi pelajaran. Leo mengkhianatinya. Oleh karena itu, dia sekarang merubah diri sedikit demi sedikit. Menjaga penampilan dan bersikap manja sesekali tak ada salahnya juga. Apalagi, Yudha sangat menyukai sikap manjanya itu. Yudha tersenyum, “Tak masalah.” “Kamu udah makan malam?” Fira bangkit, hendak duduk. Tetapi dengan cekatan, Yudha menarik tangan sang istri. Hingga, Fira kembali merebah. Bahkan, sampai menimpa d**a sang suami. “Nggak lapar, tadi udah makan malam saat meeting bareng klien. Aku mau ngelakuin hal lainnya,” bibir Yudha tersenyum licik. “Ngelakuin apa?” tanya Fira, bingung. “Ini hari apa?” Yudha bertanya. Fira coba mengingat hari, dia melirik jam yang menggantung di dinding. Hampir jam setengah dua belas malam. “Kamis, kan belum lewat jam dua belas malam,” jawabnya. “Besok,” tanya Yudha. “Jum’at,” jawab Fira kembali, sekarang dia paham maksud suaminya. Pipinya langsung merah merona, saat menyadari apa maksud suaminya itu. “Kenapa tersenyum m***m begitu?” Yudha malah sengaja menggodanya. “Apaan sih,” merasa malu, Fira mencubit gemas lengan sang suami. Dan mereka pun terus bercanda, hingga akhirnya sang suami sudah tidak tahan lagi, dia merasa gemas. Langsung saja, mengungkung tubuh sang istri dan mulai menyentuh semaunya. Sementara, Fira tak bisa dan tak mau menolak. Dia menerima dan membalas setiap sentuhan suaminya. Mereka pun bergumul penuh cinta dalam gelora hasrat yang menggebu. Rumah Leo Leo berbaring sambil memeluk Rafa, cuaca dingin membuat hasratnya menggebu. Sayangnya, sang istri tak ada. Entah kemana dia! Leo sudah berniat untuk memarahi Mia saat pulang nanti. Hingga akhirnya, dia terlelap dalam balutan hasrat yang tak tersalurkan. Main pake tangan! Ah, dia tak mau! Tak biasa! Enak saja! Tok tok tok Terdengar suara pintu diketuk dari luar. Leo membuka mata. Sialnya, dia kesiangan. Jam menunjukkan pukul lima pagi ternyata, eh belum terlalu siang rupanya. Siapa yang mengetuk pintu, dia mulai kesal saat teringat Mia. Pasti dia yang pulang! Dengan emosi, dia menghampiri pintu. Tangannya terulur ke arah knop pintu. Membuka kunci, lalu menarik knop pintu. Ceklek, pintu pun terbuka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD