Tiara membuka matanya dan terpesona saat melihat pantulan dirinya pada cermin. Bagaimana bisa Tiara tidak terkejut, saat melihat wajahnya yang ia nilai biasa-biasa saja, kini berubah begitu cantik dengan riasan yang memang terasa sangat cocok dengan karakter Tiara yang anggun dan kalem. Tiara benar-benar tidak menyangka jika make up memang bisa mengubah seseorang sebesar ini. Tiara lalu dibantu oleh para perias untuk bangikit dan memakai set kebaya putih yang didesai khusus oleh Puti untuk calon menantu yang sebentar lagi akan menjadi menantunya tersebut. Tiara yang memang belum pernah dilayani seperti oleh siapa pun memang merasa canggung. Gerakannya kikuk, tetapi para perias dan pelayan yang membantu Tiara jelas merasa jika sikap Tiara adalah hal yang wajar. Mereka tahu latar belakang Tiara, dan diminta oleh Puti untuk memperlakukan Tiara dengan penuh perhatian serta pengertian.
Setelah mengenakan kebaya dengan benar, riasan Tiara pun kembali dilanjutkan dan diperbaiki. Tiara sama sekali tidak bisa bergerak dengan bebas, dan hanya bisa menerima perlakuan para perias padanya. Tiara hanya berharap jika akhirnya penampilannya setidaknya terlihat pantas dan tidak memalukan bagi keluarga Puti dan Nazhan yang menyiapkan pernikahan ini. Setelah mengenakan kebaya dan siger dengan benar, saat itulah Tiara kembali tidak bisa menahan diri untuk terkagum. Bukan kagum pada dirinya, tetapi kagum pada semua hal yang melekat pada tubuhnya. Tentu saja, tanpa mereka, rasanya Tiara tidak mungkin bisa terlihat secantik ini. Tiara merasa jika dirinya tidak memiliki kecantikan yang berlebih seperti wanita lainnya, hanya saja Tiara merasa bersyukur dengan kesempurnaan yang telah diberikan Tuhan padanya. Tiara merona saat mendapatkan pujian atas penampilannya saat ini.
“Nona benar-benar cantik dan elegan. Pantas saja, Nyonya Puti dan Tuan Nazhan tidak mau melepaskan Nona sebagai calon menantu, serta tidak keberatan untuk menggelontorkan uang milyaran rupiah hanya untuk menyelenggarakan pernikahan putra mereka satu-satunya. Nona pasti akan sangat senang hidup menjadi istri dari Tuan Darka. Nona pasti akan sangat senang,” ucap salah satu perias dengan antusiasnya pada Tiara.
Ia sama sekali tidak mengatakan omong kosong. Para perias dan pelayan setuju dengan apa yang dikatakan oleh pemimpin perias. Tampilan Tiara benar-benar sangat cantik. Rasanya, Tiara adalah mempelai wanita tercantik yang pernah dirias oleh mereka. Pantas saja, Puti dan Nazhan terlihat sangat menyayangi Tiara. Selain cantik, Tiara juga memiliki peringai yang baik dan manis. Rasanya, jika latar belakangnya dikesampingkan, Tiara adalah menantu yang sempurna dan didambakan oleh orang-orang. Kini, para perias dan pelayan terlihat sangat antusias untuk membayangkan akan seperti apa keturunan Tiara dan Darka yang sama-sama memiliki rupa yang sangat menawan ini? Pastinya, putra dan putri mereka akan sangat menawan mewarisi rupa kedua orang tuanya yang memiliki rupa bak dewa dan dewi ini.
Namun, hal itu berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Tiara saat ini. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh sang perias, Tiara jatuh ke dalam lamunannya dan tidak mempedulikan para perias yang memang undur diri serta meninggalkan Tiara di dalam ruang rias sendiria. Hari ini, adalah hari di mana Tiara akan menikah dengan Darka. Semuanya memang sudah dipersiapkan dengan cepat dan sempurna sesuai dengan standar Puti selaku ibu mertua yang memang memegang kendali untuk semua urusan serta acara yang akan dilangsungkan.
Tiara kembali duduk di kursi rias dan menatap pantulan dirinya sendiri. Kini Tiara bertanya, apakah dirinya pantas untuk berbahagia saat ini? Meskipun benar ini adalah pernikahannya, pernikahan pertama yang semoga menjadi pernikahan terkahirnya, tetapi ini bukan pernikahan normal seperti pada umumnya. Di mana mempelai pria bertemu dengan mempelai wanita lalu jatuh cinta, setelah itu melenggang pada jenjang yang lebih serius sebagai sepasang kekasih, sebelum menikah dan menjadi pasangan suami istri.
Pernikahan Tiara dan Darka adalah pernikahan yang dilandasi syarat dan motif. Tiara dengan motifnya yang ingin membalas budi terhadap kebaikan yang telah diberikan oleh kedua orang tua Darka, sementara Darka yang menikah dengan mengajukan syarat menginginkan kebebasan yang absolut. Dengan semua hal yang menjadi dasar ini, tentu saja Tiara merasa tidak yakin jika dirinya memang bisa bahagia sebagai seorang istri. Tiara bahkan tidak yakin, jika hubungannya dengan Darka seiring berjalannya waktu bisa seperti pasangan suami istri pada umumnya. Karena Tiara tahu, jika Darka sama sekali tidak memandangnya sebagai perempuan yang kemungkinan bisa mencuri hatinya.
Semua hal yang dipikirkan oleh Tiara tersebut, membuat Tiara berpikir apa keputusannya menerima perjodohan yang diajukan oleh Puti memang benar? Rasanya, sudah sangat terlambat jika Tiara menyesali keputusannya untuk menikah dengan Darka, karena beberapa saat lagi, Darka akan mengucapka ijab kobul yang tentu saja akan mengikat dirinya dan Darka sebagai pasangan sehidup semati di hadapan Tuhan. Tiara sama sekali tidak berniat atau berencana untuk mempermainkan ikatan suci dan janji yang sudah ia ucapkan di hadapan Tuhan. Hanya saja, Tiara tidak yakin, jika Darka juga bisa melakukan hal tersebut. Tiara takut jika pada akhirnya Darka yang akan membuat kesepakatan yang sudah dibuat di antara dirinya dan Darka.
Tiara terkejut saat mendengar suara pintu yang terbuka. Tiara melihat dari pantulan cermin jika Sekar yang tengah memasuki kamar hotel yang memang dijadikan ruang rias. Tiara menarik sebuah senyum canggung dan ia suguhkan pada Sekar yang kini berdiri di belakangnya. Sekar menyentuh kedua bahu Tiara dan memijatnya lembut. Sebagai seseorang yang sudah merawat Tiara sejak kecil, tentu saja Sekar mengenal karakter putri asuhnya tersebut. Saat ini, Tiara pasti merasa sangat gugup dengan apa yang akan terjadi beberapa saat lagi. Sepertinya, bukan hanya Tiara yang akan merasa gugup saat berada di posisi ini. Semua perempuan pasti akan merasa sangat gugup.
“Tidak perlu cemas, Sayang. Ini adalah niatan baik, pasti Tuhan juga akan memberikan akhir yang baik atas semua hal yang tengah kamu jalani ini,” ucap Sekar mencoba untuk menenangkan putrinya itu.
Tiara yang mendengar hal tersebut mencoba untuk menenangkan diri. Ya, Tiara tahu jika apa yang dikatakan oleh Sekar benar adanya. Tidak perlu ada yang dicemaskan. Tiara bisa sampai di sini, dan akan menikah dengan Darka, bukan serta merta hanya karena dirinya memang memutuskan untuk ingin menikahi Darka. Hal itu pasti tidak terlepas atas apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Tiara yakin, jika Tuhan sudah membuatnya melangkah sejauh ini, Tuhan pasti akan memberikan akhir manis padanya. Karena tentu saja, Tuhan tidak akan mencelakai umat-Nya.
“Nah, sekarang ayo kita turun. Semua orang sudah menunggu. Akad akan segera dimulai,” ucap Sekar.
Tiara kembali menatap pantulan dirinya pada cermin sebelum tersenyum manis dan berkata, “Tiara siap, Bu.”
Setelah itu, Sekar pun membantu Tiara untuk bangkit dan mengantarkan Tiara ke tempat di mana akad nikah akan berlangsung. Sekar memang sudah tahu perihal situasi di aula pernikahan yang memang sangat ramai, dengan beberapa media yang memang secara khusus meliput akad nikah antara Darka serta Tiara. Tentu saja, pada media tersebut mendapatkan izin khusus untuk meliput, walaupun gerak mereka tetap dibatasi serta hanya bisa meliput di tempat yang sudah disediakan oleh pihak WO.
Tiara segera dibantu untuk duduk di samping Darka yang juga tampak memukau dengan setelan jas yang serasi dengan kebaya yang dikenakan oleh Tiara. Tentu saja, setelah keduanya bersanding, semua tamu undangan tidak bisa menahan diri untuk menilai jika keduanya adalah pasangan yang sangat serasi dan memesona. Jadilah, para tamu undangan kembali memperbincangkan jika rasanya sangat tidak rugi bagi pihak Darka menyiapkan pernikahan semewah ini, serta mas kawin yang terasa begitu wah, mengingat Tiara yang memang sangat cantik.
Mas kawin yang dibicarakan oleh para tamu undangan adalah, mas batangan seberat tiga kilo gram, seperangkat alat solat, al-quan, satu set perhiasan berlian, serta perintilan lainnya yang jelas membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk membelinya. Para ibu yang menjadi tamu undangan merasa sangat sayang karena Puti dan Nazhan hanya memiliki Darka sebagai putra mereka. Jika saja Darka memiliki adik, dan adiknya adalah laki-laki, mereka tidak akan berpikir dua kali untuk menjodohkan putri mereka dengannya. Kenapa? Karena mereka yakin jika putri mereka juga akan sebahagia Tiara saat ini. dipersunting oleh putra dari keluarga konglomerat.
Tiara sendiri diam-diam merasa begitu terpukau dan memuji tampilan Darka yang memang berbeda dari biasanya. Darka mengenakan peci yang menurut Tiara sangat cocok dengan Darka. Saat ini, Tiara malah membayangkan jika nantinya Darka akan menjadi imam bagi dirinya. Namun lamunan tersebut terpotong karena akad nikah akan dimulai.
Tiara fokus dengan apa yang tengah dikatakan oleh penghulu yang memang akan menikahkan dirinya dengan Darka. Tak lama, proses ijab kobul pun dimulai. Perasaan hangat saat jantungnya berdegup dengan kencang, membuat Tiara merasakan sebuah kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Namun, Tiara juga merasakan kegugupan yang lebih daripada tadi. Kegugupan yang terbayar lunas saat dirinya mendengar Darka mengucapkan ijab kobul dengan lugas dan dalam satu tarikan napas.
“Saya terima nikahnya, Tiara Alvia binti Sarandi Almarhum, dengan mas kawin tersebut tunai,” ucap Darka sembari menjambat tangan wali hakim yang memang menjadi pengganti wali Tiara yang sudah tidak lagi memiliki keluarga satu pun yang bisa menjadi walinya.
Setelah mendengar kata sah dari para saksi, semua orang mengucapkan syukur dan doa pun dipanjatkan oleh sang penghulu. Tiara merasakan haru biru memenuhi hatinya. Doa selesai, Sekar dan Puti bangkit untuk membantu prosesi tukar cincin. Puti tersenyum manis dan mencium kening putranya yang sudah menyandang status suami seseorang. Puti juga mencium kening Tiara yang sudah resmi menjadi menantunya. “Selamat, Sayang. Semoga kamu bahagia dengan pernikahan ini,” ucap Puti pada menantunya.
Lalu Puti dan Sekar membuat Darka serta Tiara menghadap para tamu undangan termasuk pada para media yang kini tengah mengambil potret mereka. Tentu saja Puti dan Sekar segera minggir, agar Darka dan Tiara bisa diambil potretnya tampa ada gangguan. Keduanya dengan kompak menunjukkan buku nikah serta cincin nikah mereka. Tentunya Darka dan Tiara berusaha untuk menampilkan senyum yang paling bahagia yang bisa mereka tunjukkan. Tiara sendiri tidak bisa menahan diri untuk meneteskan air mata haru, ternyata dirinya saat ini sudah resmi menjadi istri dari pria bernama Darka di sampingnya ini.
Melihat jika Tiara meneteskan air mata, Darka dengan lembut mengambilkan tisu untuk Tiara. Tentu saja para tamu undangan sama sekali tidak ingin kehilangan momen tersebut dan memotret apa yang dilakukan oleh pasangan paling memukau dan populer tahun ini. Apalagi saat Darka memberikan kecupan tepat pada pelipis Tiara, beberapa wanita bahkan tidak bisa menahan diri untuk memekik senang karena tindakan Darka yang sangat manis. Hanya saja, tidak ada yang tahu apa yang saat ini Darka bisikkan pada Tiara. Darka berbisik, “Jangan terlalu larut daam kebahagiaan, Tiara. Ingat apa yang sudah kita sepakati. Kita bukan pasangan suami istri normal seperti pada umumnya.”
Tiara meremat tangannya meskipun dirinya berusaha untuk memasang senyum manis yang masih ia suguhkan untuk para tamu undangan. Tentu saja Tiara merasa tertampar dengan apa yang sudah dikatakan oleh Darka padanya. Ya, Tiara sama sekali tidak bisa melupakan apa yang sudah disepakati olehnya dengan Darka. Tiara tidak boleh terlarut dalam kebahagiaan yang semu ini. Tiara harus terus mengingat kesepakatannya dengan Darka. Ia juga harus mengingat hutang budinya pada Puti dan Nazhan, ia tidak boleh melupakan hal itu lalu melakukan kesalahan fatal yang merusak segala hal yang sudah berjalan sejauh ini.
* * *
Di sisi lain, Vanesa yang memang berprofesi sebagai model profesional tengah melangsungkan pemotretan untuk sebuah brand busana yang memang Vanesa menjadi brand ambassador untuk brand tersebut. Vanesa berusaha bekerja seprofesional mungkin, dan sebaik mungkin agar tidak perlu mengulang-ulang mengambil gambar. Sebagai seorang model profesional yang sudah dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar, tentu saja Vanesa tahu jika dirinya tidak boleh mencampur adukkan masalah pribadinya dengan maslaah pekerjaan. Karena itulah, Vanesa berusaha untuk menutupi suasana hatinya yang sangat buruk saat ini. Bagaimana mungkin suasanan hati Vanesa tidak buruk, jika dirinya tahu bahwa hari ini adalah hari di mana Darka akan menyandang status sebagai suami perempuan lain.
“Wah, kamu benar-benar hebat Vanesa!” seru fotografer yang selesai mengambil potretnya. Seruan yang berusaha memberikan semangat pada Vanesa yang agaknya kurang mood dengan masalah yang tidak diketahui oleh orang-orang yang bekerja dengannya. Namun, Vanesa tetap berusaha bekerja dengan profesional dan memasang ekspresi yang sesuai dengan tema pemotretan kali ini.
Vanesa mendekat padanya dan bertanya, “Apa semuanya sudah oke?” Tentu saja, Vanesa merasa jika dirinya ingin segera mengakhiri pekerjaannya dan segera pulang untuk istirahat. Suasana hatinya benar-benar buruk dan membuatnya cepat lelah. Rasanya, semua tenaganya terkuras habis karena harus berekspresi yang berbanding terbalik dengan apa yang tengah ia rasakan sebenarnya. Rasanya, d**a Vanesa terasa begitu sesak karena apa yang saat ini tengah ia rasakan. Tentu saja, Vanesa harus menyimpan apa yang ia rasakan ini dalam diam. Perasaannya yang sesungguhnya sama sekali tidak boleh diketahui oleh apa pun.
Sang fotografer mengangguk dan menunjukkan semua foto Vanesa yang sukses ia ambil tadi. “Semuanya sempurna. Aku rasa sesi pemotretan hari ini selesai. Kamu bisa beristirahat untuk sesi pemotretan selanjutnya. Tentu saja, kamu harus menyiapkan energimu sebaik mungkin, mengingat jika kita memang akan launching koleksi pakaian baru untuk musim kedua ini,” ucap sang fotografer. Tentu saja Fotografer tersebut tidak ragu untuk memberikan pujian pada Vanesa yang memang sudah memberikan kerja yang sangat bagus, serta hasil yang sangat memuaskan. Karena itulah, ia sangat senang bekerja sama dengan Vanesa.
Vanesa selalu memuaskan dengan kemampuannya dalam berpose di hadapan kamera, dan bisa membedakan waktu bekerja serta waktu di luar itu. Vanesa adalah model profesional yang banyak diincar oleh para fotografer untuk bekerja sama dalam mengerjakan sebuah proyek, baik itu proyek besar atau proyek kecil karena apa pun proyeknya, selalu berhasil dengan manis jika Vanesa yang menjadi modelnya. Tentu saja, Vanesa tahu hal itu dan mempertahankan cara kerjanya yang profesionalnya, meskipun suasana hatinya sangat buruk sekali pun.
Vanesa mengangguk mengerti dengan apa yang dikatakan olehnya. “Kalau begitu, aku permisi dulu,” ucap Vanesa lalu melenggang menuju ruang rias yang disediakan khusus untuknya. Ruang rias yang sekaligus menjadi ruang istirahat nyaman yang didesain sesuai dengan permintaan Vanesa sebagai model utama pemotretan hari ini. Tentu saja, Vanesa adalah bintang utamanya dan semuanya harus berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan.
Tentu saja, para perias dan penata rambut yang menjadi tim kerja Vanesa terus mengikuti Vanesa yang mereka pikir akan segera membersihkan make up untuk segera pulang. Namun, Vanesa ternyata tidak membutuhkan bantua mereka. Vanesa menoleh dan berkata, “Kalian tidak perlu mengikutiku. Aku ingin beristirahat sendirian, jika aku butuh bantuan kalian, aku akan memanggil kalian secepatnya. Jadi, kalian bisa mengambil waktu istirahat kalian.” Ucapan Vanesa tersebut tentu saja disambut dengan baik oleh para rekannya. Mereka memang merasa cukup lelah dan ingin mendapatkan waktu istirahat. Ternyata, Vanesa membaca hal tersebut dan menunjukkan kebaikan hatinya dengan memberikan waktu istirahat pada mereka. Tanpa membuang waktu, mereka mengatakan terima kasih dan bergegas pergi sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Vanesa pada mereka.
Masuk ke dalam ruang rias, Vanesa segera mengunci pintu agar tidak ada satu pun orang yang bisa masuk ke dalam ruangan tersebut. Vanesa segera duduk di sofa dan mengeluarkan ponselnya dari tas jinjing mewah yang memang menjadi salah satu hadiah dari Darka. Benar, salah satu. Karena Darka selalu memberikan hadiah mewah yang kini sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Semuanya Vanesa rawat dengan baik, karena itu adalah pemberian dari Darka, pria yang ia cintai. Vanesa lalu mencari sesuatu dan menonton acara akad nikah Darka dan Tiara. Vanesa tidak bisa menahan diri untuk menggigit bibir bawahnya dengan keras. Tentu saja, Vanesa tahu jika menonton hal ini akan membuat dirinya merasa sakit. Namun, Vanesa tidak bisa menahan diri untuk melihatnya.
Walaupun pada akhirnya Vanesa kembali melemparkan ponsel mahalnya tersebut tepat pada cermin yang tengah memantulkan bayangan cantiknya. Vanesa menatap cermin yang sudah hancur tersebut dengan penuh kegeraman. Namun, tak lama Vanesa tidak bisa menahan diri untuk meneteskan air mata. Ya, Vanesa tentu saja merasa sedih. Ah, lebih tepatnya merasa begitu kalah. Darka direbut dan dijadikan milik perempuan lain yang bahkan belum mengenal lebih lama daripa Vanesa mengenal Darka. Apalagi mengingat status dan identitas wanita yang kini menjadi istri Darka yang jelas tidak sebanding dengan Darka, membuat Vanesa bertambah sakit hati.
Tentu saja, Bagi Vanesa dirinya jelas lebih pantas bersanding dengan Darka. Selain merasa lebih cantik daripada Tiara, Vanesa jelas memiliki banyak keunggulan daripa perempuan itu. Berbeda hal dengan Darka yang memang menjadikan hubungannya dengan Vanesa sebagai hubungan untuk mendapatkan pelampiasan nafsu, dan hanya sebatas itu, Vanesa merasa jika hubungan ini lebih daripada itu. Vanesa mencintai Darka, sangat. Bahkan rasa cintanya pada Darka melebihi rasa cintanya pada dirinya sendiri. Karena rasa cintanya yang besar itu, sudah jelas jika Vanesa merasa begitu terluka saat Darka sudah resmi menjadi milik perempuan lain. Vanesa menangkup wajahnya dan tidak memedulika make up yang kemungkinan terhapus. Saat ini Vanesa tidak berada pada situasi yang memungkinkan dirinya untuk memedulikan hal sepele seperti itu. Hal yang berada dalam pikiran Vanesa adalah bagaimana dirinya bisa membuat Darka lepas dari ikatan itu. Tentu saja, Vanesa tahu jika Darka sama sekali tidak berharap terikat dengan perempuan mana pun, sama seperti yang diharapkan oleh Vanesa. Hanya saja, Vanesa ingin suatu saat nanti Darka melihat dirinya dan mau menjalin hubungan serius dengannya.
Vanesa melepas tangkupan di wajahnya dan bangkit untuk mendekati cermin yang masih utuh. Ia mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap wajahnya yang riasannya sudah berantakkan. Vanesa menatap tajam pantulan dirinya di sana. “Aku mengaku, jika saat ini aku kalah telak dengan apa yang sudah terjadi. Tapi, namaku bukan Vanesa jika aku mundur saat ini juga,” ucap Vanesa dengan penuh percaya diri.
Dengan terampil, Vanesa memperbaiki make up nya dan memakai lipstick merah yang terlihat paling menggoda di antara deretan lipstick yang berada di sana. Vanesa menyeringai saat melihat pantulan dirinya yang sudah terlihat kembali sempurna. “Warna merah tentu saja sangat cocok untuk pemenang seperti diriku, bukan?” tanya Vanesa pada pantulan dirinya sendiri. Tentu saja tidak aka nada jawaban. Namun, Vanesa sudah merasa senang dengan apa yang ia pikirkan saat ini. Vanesa memang sudah merencanakan sesuatu yang sangat jahat untuk mencapai apa yang ia inginkan. Tentunya, rencana tersebut melibatkan Darka dan Tiara.
Vanesa terkekeh keras dan melihat sosoknya yang terpantul dalam cermin. Vanesa saat ini memang merasa puas dengan apa yang ia rencanakan. Ia berhenti tertawa dan berkata, “Aku Vanesa, dan aku tidak akan melepas apa yang memang sejak awal sudah menjadi milikku. Dengan cara apa pun, aku akan kembali merebut Darka darimu wanita jalang. Tenang saja, aku akan membuat sebuah pertunjukkan menyakitkan yang sudah dipastikan akan membuatmu merasakan sebuah neraka di dunia. Neraka batin yang akan terus kamu rasakan, say masih berstatus sebagai istri dari Darka. Camkan itu!”
Vanesa menyeringai dan kembali meraih lipstick untuk memoles bibir penuhnya yang padahal sudah terlihat begitu merah merekah. Vanesa sama sekali tidak main-main dengan apa yang sudah ia katakan. Ia tidak akan membuang waktu lagi, dan akan menunjukkan betapa dirinya berpangaruh serta bisa menjerat Darka dalam gairah lebih hebat daripada istrinya sendiri. Vanesa akan memastikan, jika selama Tiara masih berstatus sebagai istri Darka, tidak aka nada kebahagiaan yang akan dirasakan olehnya. Hanya akan ada air mata sepanjang pernikahan keduanya. Jika bisa, Vanesa akan membuat Tiara menangis darah, saking tersiksanya ia menjalani pernikahan ini.