Candidato

1456 Words
(Candidato / Kandidat) Di siang hari yang cerahnya, sang Pangeran kini tengah berada di dalam perpustakaan Kerajaan yang luas tersebut, bukann seperti dugaan mereka yang mengira bahwa sang pangeran tengah giat membaca buku-buku di sana, namun ia melakukan hal yang tidak diketahui oleh yang lainnya, kedua mata sang Pangeran kini melirik matahari yang sudah menjulang tinggi di atas langit sana “huft, aku harus segera menyelesaikannya agar dapat pergi menatap bintang jatuh malam ini” gumam sang Pangeran Muda yang kala itu tengah terduduk di depan jendela perpustakaan kerajaan yang ukurannya besar bukan main.  Kedua matanya kini tertuju pada strategi perang yang pernah digunakan oleh para pendahulunya, kedua mata Abraham kini menatap seorang kakek yang sudah sangat tua yang baru saja berdehem di sampingnya, “anda akan menjadi hebat jika mendalami strategi ini, Pangeran” suara serak dan bergetar terdengar dari sang kakek yang kini diberikan sebuah senyuman manis nan sopan oleh Abraham yang ternyata sudah menghadap ke arahnya, “tidak… ini bukanlah suatu keharusan bagiku, aku tidak cocok di medan peperangan, kakek” mendengar hal itu membuat sang kakek penjaga perpus terkekeh dan menggelengkan kepalanya, “itu merupakan suatu kewajiban bagi seorang putera Raja, karena kita tidak akan tahu siapa yang akan mewarisi tahta kerajaan ini nantinya” perkataan sang kakek menimbulkan tanda tanya besar di dalam otak Abraham saat ini, dan membuatnya melamun cukup lama hingga ia tidak menyadari kepergian sang kakek penjaga perpustakaan dan bahkan Ray yang kini menggantikan sang kakek yang berdiri di hadapannya. “apa yang kakek mak..- Ucapannya terhenti ketika menatap bukan kakek lah yang tengah ia hadapi saat ini, dan ia menoleh kesekitar mencari sang kakek, “kemana dia, kakek?” ditolehkannya pandangan ia pada Ray yang kini menaikkan satu alisnya, “aku lah kakeknya!” penjelasan itu tentu membuat Abraham terkekeh dan mengangguk, membuat Ray yang berdiri di hadapannya pun tersenyum. “ada apa, Ray?” pertanyaan dari sang Pangeran akhirnya membuat Ray melanjutkan tugasnya untuk menyampaikan sebuah berita, “Baginda Ratu memerintahkan saya membawa anda untuk segera menghadapnya saat ini di taman herbras” mendengar maksud kedatangan Ray saat itu membuat dahi Abraham berkerut, merasa bahwa sangat jarang sang Ratu atau lebih tepatnya Ibundanya memerintahkan seseorang untuk segera membawanya menemui sang Ibunda.   …   Derap langkah kaki cepat Abraham membuat Ray yang tengah menemaninya segera mengulurkan lengan kirinya tepat di hadapan sang Pangeran, yang kini menghentikan langkah dan menatap sang Panglima dengan pandangan cukup terganggu karena lengan itu dan membuat Ray yang di tatap kini mengangguk pelan seraya berucap, “saya memahami perasaan senang anda, namun tetap perhatikan cara melangkah anda, Pangeran” ya… Ray baru saja menegur Abraham, yang saat itu memang terlihat berjalan seperti anak kecil riang yang ingin segera menemui ibunya yang tengah menunggunya di taman bermain. Itu wajar saja, karena sang Ibunda jarang terlihat olehnya, mereka hanya akan bertemu ketika acara makan dilaksanakan, dan menurut Abraham … pertemuan mereka sangatlah kurang. “ah… benar, aku harus berjalan dengan penuh wibawa” ketika mengatakan hal itu, Abraham segera saja menegakkan bahunya dan kembali berjalan cepat dengan jalan yang menurutnya penuh dengan wibawa, tentu hal itu membuat Ray tersenyum seraya mengangguk menatapnya yang kini berlalu mendahuluinya.   …   Sebuah taman yang luas yang kala itu dipenuhi oleh bunga herbras dengan beragam warna. Ivana tengah terduduk disebuah gazebo yang megah itu, bersama dengan Alexandra dan enam anak lelaki yang berdiri tepat di hadapannya yang saat itu meminum camomile kesukaannya, dari kejauhan dapat dengan jelas enam orang serta Alexandra menatap Abraham yang berjalan beriringan dengan Ray menghampiri mereka.   Disisi yang lain, Abraham mengerutkan dahinya ketika ia mendapati enam anak lelaki dan diantaranya adalah teman-teman Abraham ketika ia bersekolah di desa. Diliriknya Ray yang berada di sampingnya, “apa yang sebenarnya terjadi?”  “saya tidak berhak menjawabnya, Pangeran. Akan lebih baik jika anda bertanya langsung kepada Baginda Ratu” jawaban yang diberikan Ray membuat kedua mata Abraham kini menoleh menatap sang Ratu yang mengenakan gaun putih dengan rendra biru langit yang begitu indah dan tak lupa mahkota yang selalu terpasang di atas kepalanya.   Langkah kaki Abraham terhenti ketika ia tepat berada di depan gazebo yang diisi oleh sang Ratu, dibungkukkannya sedikit tubuh Abraham untuk memberi hormat ketika sang Ratu menoleh menatapnya dengan senyuman manis, “Abraham anakku, mendekatlah!” mendengar perintah dari Ivana membuat Abraham melangkah masuk ke dalam gazebo dan berdiri tepat di sisinya, “ibunda memanggilku?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Abraham membuat Ivana mengusap rambut Abraham dengan Sayang dan ia menganggukkan kepalanya, “ya… Ibunda ingin memperkenalkanmu pada mereka” seiringan dengan ucapan Ivana, pandangan Abraham tertoleh kepada enam orang anak lelaki yang ada di hadapan mereka saat ini.   “beberaoa diantara mereka adalah temanku, sebenarnya apa yang telah terjadi di sini?” pertanyaan Abraham membuat Ivana kembali tersenyum, “wah… mana diantara kalian teman dari Abraham?” pertanyaan Ivana membuat dua diantara enam anak lelaki di sana mengangkat tangan mereka dengan serempak dan salah satu diantara mereka berucap,  “kami, yang mulia” jawaban itu membuat Ivana menganggukkan kepalanya, “jadi… Renore dan Santos?? wah… kalian mendapat nilai tambah karenanya” ucapan sang Ratu membuat mereka berdua sangat berterima kasih dengan membungkuk hormat padanya, namun hal itu justru membuat Abraham semakin penasaran, “Ibunda, sebenarnya apa yang terjadi di sini? Kenapa Bunda membawa orang-orang ini, untuk apa mereka di sini??” tanya Abraham silih berganti menatap satu persatu orang-orang yang berada di sana, berdiri dengan tegapnya menatap Sang Ratu maupun dirinya, “mereka adalah calon kepercayaanmu dan selama satu tahun, mereka akan di bimbing oleh Ray dan Alexandra di dalam kerajaan” jawaban Ivana membuat Abraham terkejut bukan main, “ta…tapi, aku tidak membutuhkan seorang kepercayaan, Ibunda. Karena aku bukanlah seorang calon Raja” penolakan Abraham saat itu membuat sang Ratu memberikan senyuman manisnya, dielusnya bahu sang anak dengan amat sayang, “tak ada yang mengetahui masa depan, anakku… lagi pula Reglus sudah menemukan kepercayaannya sendiri” jelas Ivana, membuat Abraham kini  menundukkan kepalanya dan kembali menatap mereka satu per satu. “sungguh, saya tidak membutuhkan mereka, Ibunda” Abraham hanya dapat menggumam karenanya.   …   Abraham berjalan beriringan dengan Ray, mereka sama-sama menelusuri kebun Hamush setelah sebelumnya pertamuan dengan sang Ratu telah usai. “aku tidak menyukainya, Ray” ucapan sang Pangeran memecah keheningan sore itu, dan membuat Ray menoleh menatapnya yang kini berjalan dengan wajah yang ditudukkan, ditatapnya dengan seksama wajah yang kini menampakan raut khawatirnya, “mengapa anda tidak menyukainya, Pangeran?” mendengar pertanyaan Ray membuat Abraham semakin menampakkan wajah kusutnya dan itu membuat Ray tersenyum, “tidak semua kepercayaan yang diberikan kepada seorang anak Raja menandakan bahwa mereka akan menjadi seorang calon raja, Pangeran Ab” sambung Ray, ia berharap bahwa ucapan itu setidaknya dapat menenangkan perasaan sang Pangeran, “lalu untuk apa mereka? Aku tidak membutuhkan seorang kepercayaan, aku bisa melakukan semuanya sendiri” kedua mata Abraham kini tertoleh dan menatap Ray yang berada di sampingnya, “percayalah, Abraham… kau membutuhkan salah satu diantara mereka” suasana yang sepi di taman Hamush membuat Ray memberanikan diri berucap demikian (Informal) kepada sang Pangeran, “dan lagi … selain menjadi seorang kepercayaan, mereka diperuntukan menjadi seseorang yang akan menjagamu” diliriknya sang Pangeran yang kini menatap ke arahnya dengan pandangan tidak setuju terhadap ucapan yang baru saja ia lontarkan, “Tidak! Aku tidak membutuhkan mereka selagi ada dirimu di sampingku, Ray!” Ray kembali tersenyum mendengar ucapan Abraham yang memang terdengar enggan untuk diberikan seorang kepercayaan, “aku tidak selalu ada di sisimu, Abraham” jawaban itu membuat kedua mata Abraham kini berlinang, anak cengeng … ya, tidak banyak yang tahu tentang sifat dari sang Pangeran kedua yang satu ini. “kenapa tidak??” suara Abraham menjadi sedikit serak dan ia menangis di hadapan Ray, hanya Ray dan Alexandra yang mengetahui sifat Abraham yang seperti ini bahkan sang Raja pun tidak mengetahuinya. Ray mengulurkan lengan kanannya dan mengusap dengan lembut pucuk kepala Abraham seraya berucap, “karena tugas saya tidak hanya anda, bayak hal yang harus saya lakukan di kerajaan ini. Pangeran Ab” mendengar jawaban dari sang Panglima membuatnya kembali menangis dan kali ini lebih kencang lagi, membuat Ray mendekatinya dan memeluknya dengan hangat. Kedua mata Ray kini tertuju pada seorang wanita yang berdiri tepat dihadapan mereka, wanita yang selalu memakai gaun maid dengan motif yang berbeda, kedua matanya yang berwarna hijau dengan bentuk cat eyes ya… dia adalah Alexandra, “apa yang kau lakukan padanya?” itulah pertanyaan yang ia lontarkan setelah mendekati mereka berdua, “aku hanya menerangkan hal yang memang seharusnya ia ketahui” mendengar itu membuatnya menggelengkan kepala, ia menatap Ray cukup kesal, “pangeran… mari saya antar ke kamar anda” dengan lembut Alexandra menawarkannya, membuat Abraham melepaskan pelukan Ray dan menggenggam lengan Alexandra, “berhentilah menangis, Pangeran” ucapan Ray membuat Abraham menghapus air matanya dengan lengan kirinya, dan itu membuat Alexandra maupun Ray tersenyum karenanya, “mari, pangeran” ajakan Alexandra membuat Abraham mengangguk dan berjalan meninggalkan Ray di taman Hamush.   Seperti dugaan Rakyat Valens, Pangeran Abraham sangat akrab dengan kedua orang yang berada di hadapannya saat itu, Ray dan Alexandra. Mereka adalah orang terdekat Abraham dan tentu Raja maupun Ratu mengetahui hal itu dan mereka tidak keberatan karenanya, mengingat bahwa kedua orang tersebut adalah pelayan tertua yang sudah lama sekali tinggal di kerajaan Valens. to be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD