Castigo 2

1230 Words
Disinilah Regard berdiri, sebuah ruangan yang amat besar dengan sebuah dinding pembatas setinggi setengah meter yang membatasi wilayah Raja dan para petinggi tengah terduduk di hadapannya yang memberi hormat kepada mereka. “perbuatannya tidak dapat dimaafkan, Regard! bagaimana bisa seorang calon raja berniat untuk menghabisi ibu kandungnya sendiri?” suara itu menggelengar, bagaikan petir yang menyambar-nyambar di tengah kesunyian malam, Regard tidak bisa berucap apapun … karena ia tau, ia tidak dapat membela Reglus lagi, “Saya pun tidak mengetahui niat yang ia rencanakan, saya bahkan tidak dapat memercayai hal ini” ucap Regard seraya menatap sang putra  lewat cermin air* dengan raut yang amat kecewa, “sama halnya dengan kami, Regard … aku curiga, karena dia adalah anak yang memiliki tata krama yang baik. Tidak mungkin ia melakukan hal seperti itu jika tidak ada sesuatu hal yang memacunya” kedua pandang Regard tertuju pada Youji yang baru saja berucap dan berjalan ke sampingnya, “apa yang anda maksudkan dengan sesuatu hal yang memacunya?” diliriknya sang naga petinggi miliknya yang kini mengedikan bahu, “penghasut, aku yakin ada seseorang yang menghasutnya, yang berasal dari luar istana” kening Regard kini berkerut setelah mendengar salah satu petinggi lainnya berucap, diliriknya Youji yang sekarang menganggukkan kepalanya, “cari orang-orang yang dekat dengannya, introgasi mereka. Karena kemungkinan, orang yang dekat dengannya lah yang menghasutnya” itulah saran yang dikatakan oleh Youji pada Regard yang kini kembali menatap sang Putra dengan amat serius.   … “kenapa kau lakukan hal ini, Reglus?” kedua mata sang Raja menatap serius kepada Reglus yang kini tertunduk enggan untuk berucap, bahkan ketika sang Raja meminta Sodu (naga pembimbing Reglus) untuk menjelaskan apa yang menjadi landasan Reglus melakukan hal itu, ia tak memberikan satu pun keterangan atau clue padanya.   Saat ini, Regard tengah mengintrogasi Reglus secara langsung di dalam sebuah ruangan tanpa jendela maupun pentilasi. Ruangan itu memiliki luas delapan kali depalan dengan dinding yang di cat putih polos serta sebuah meja dan dua buah kursi yang terletak di tengah ruangan tersebut. Reglus dan Regard yang menduduki kursi itu, sementara Alexandra berdiri tepat di samping Regard dan beberapa penjaga yang berdiri di setiap sisi memberikan kesan yang sedikit menekan pada Reglus.   Kedua mata Regard kini menatap Youji yang berdiri tepat di pojok ruangan itu, kepalanya mengangguk ketika memahami apa yang di maksudkan oleh naga pembimbing miliknya itu, “apakah kau melakukannya karena seseorang memerintahmu?” mendengar pertanyaan itu membuat Reglus menoleh menatap sang Raja yang menatapnya cukup tajam dan kembali ditundukan kepala ketika menyadari bahwa hal itu tidak seharusnya ia lakukan dan menjadi jelas ketika Regard memahami gerak-gerik dari anaknya.   “siapa? Siapa orang yang memerintahmu itu, nak?” tanya Regard dengan nada yang melembut, “tak ada yang memerintahku untuk melakukannya, Ayah” dihelakannya nafas Regard dan kedua pandangnya kini tertoleh pada Alexandra yang menatap Reglus dengan amat seksama, “apakah orang itu adalah pemuda yang dekat denganmu selama ini?” pertanyaan yang dilontarkan Alexandra membuat Regard menatapnya yang kini menatap sang pelayan istana dengan cukup tajam, “oh! Orang itu … siapa nama pemuda itu? Raph, ya… apakah dia orangnya?” tanya Regard menatap sang Putra yang kini nampak terkejut,    “tidak! Bukan dia orangnya!” suara Reglus meninggi ketika mendengar sang Ayah mengucap nama sahabatnya di sana, “lalu siapa? Tak ada orang yang dekat denganmu selain Raph, dan akses yang kuberikan mungkin memberikannya kesempatan untuk menghasut dirimu, nak” BRAKKK!!! “Dia tidak pernah menghasutku!!!” baik Regard dan Alexandra, keduanya terkejut atas sikap Reglus yang baru saja menggebrak meja dan meneriaki sang Raja. Perubahan sikap yang ditunjukkan Reglus membuat Regard murka, “kurasa aku menemukan biang keladinya, penjaga! Bawa Raph beserta keluarganya ke lapang kerajaan!” mendengar perintah Raja membuat kedua mata Reglus memincing, dengan segera ia mengulurkan tangan kanannya yang seketika memunculkan pedang naga yang datang entah dari mana. Reglus melompat dari kursinya dan berlari dengan gesit untuk segera memenggal sang Raja.   SRANGG!!!!   TRANG!!!   Kedua mata Regard kini terbelalak, karena baru saja sang anak hendak menyerangnya dengan pedang naga. Jika saja Alexandra tidak menangkisnya dengan pisau yang ia bawa, mungkin sang Raja akan tewas. “REGLUS MULLER!!” bentakan sang Raja menggema, membuat langit Kerajaan kini berubah menjadi merah dengan petir yang menyambar-nyambar, ia sengaja melepaskan Huyz miliknya saat itu, “ini tak ada hubungannya dengan Raph dan keluarganya, dia tidak pernah ikut campur dalam masalah ini, dan jika kau berani melukai mereka … maka aku takkan segan untuk membunuhmu!!” dapat dilihat dengan jelas nafas Reglus memburu karena marah, tangannya yang kala itu menggenggam pedang naga bergetar karena ia mengenggam pedang tersebut dengan amat kuat dan rahangnya terlihat semakin mengeras, “LANCANG!!!” teriakan menggeram yang terdengar saat itu membuat mereka terkejut, ketika di saat yang bersamaan sebuah cambuk naga* mengikat dan meliliti tubuh Reglus hingga ia terjatuh tak berdaya. Seluruh pandang mata kini tertuju pada Esa* yang muncul dari dalam kegelapan, naga yang kini berubah menjadi sosok lelaki tinggi dengan rambut panjang putih yang teruntun rapih ini menatap Reglus dengan tatapan murka. Satu jari telunjuknya menunjuk tepat kearah Reglus yang bersimpuh dihadapannya.  “lancang sekali kau berucap seperti itu!” geram Esa saat itu membuat Regard, Alexandra dan bahkan para prajurit tertunduk memberi hormat padanya, “berani sekali kau putra naga mengancam sang Raja dan menyerangnya dengan pedang naga, seluruh tindakanmu tak pantas diberi ampun!!!” kedua mata Regard menatap sang pemimpin petinggi dengan cemas, ia segera berdiri tegap dan mendekati sang petinggi, “maafkan saya karena lancang berbicara disaat seperti ini, Esa. dia tidak bermaksud seperti itu” ucapan yang di lontarkan oleh Regard membuat kedua mata Esa menatap Regard dengan tajam, “tidak perlu kau memihak padanya, Regard” digelengkannya kepala Regard mendengar ucapan dari Youji yang berdiri berdampingan dengan Esa, “dia adalah anak yang baik, dia tidak pernah seperti ini sebelumnya dan aku yakin ada seseorang yang telah menghasutnya” sanggah Regard pada Youji dan Esa,  “jadi menurutmu saat ini dia tengah dikendalikan?” pandangan Esa kini beralih menatap Reglus yang masih bersimpuh lemas di kejauhan sana dan pandangannya berpindah menatap Reglus yang mengangguk dengan yakin, “Sodu, kau pasti mengetahui siapa orang yang menghasutnya kan?” mendengar pernyataan yang ditanyakan oleh Esa membuat Sodu kini menolehkan pandangannya menatap Reglus dan akhirnya ia pun menggelengkan kepalanya, “maaf … namun ini sudah menjadi kesepakatan kami, bagaimanapun juga saya tidak akan mengucapkan sepatah kata mengenai pengetahuanku akan Reglus terhadap kalian” kedua mata Esa kini menatap Youji yang juga menatapnya, seolah mereka memiliki pikiran yang serupa hingga akhirnya Youji melemparkan cambuk naga miliknya dan melilit tubuh Sodu hingga kahirnya ia tergeletak tak berdaya. “atas perintahku! Bawa Reglus beserta Sodu, kurung mereka dalam barrier milik Alexandra dan bawa juga orang yang dirasa dekat dengannya ke arena hukuman, serta buka lah gerbang dengan lebar agar rakyat tau apa permasalahan yang terjadi dalam kerajaan saat ini” perintah Esa tidak bisa dibantah dan itu pun berlaku dengan sang Raja.  to be continue *Cermin air: Cermin air yang menunjukkan sesuatu yang kita ingin lihat, masa kini atau masa lalu.Cermin ini tidak memiliki bentuk seperti cermin biasa, namun ini adalah sebuah guci yang terbuat dari kayu hitam dengan air Issen yang memenuhinya dan menjadi cermin untuk melihat hal tersebut, kayu itu diberikan langsung oleh Raja Ginormous(Raja Clairchanter). *Cambuk naga: Tali pengikat yang hanya bisa digunakan oleh para petinggi naga untuk menyerap, menahan atau membunuh orang yang membangkan.Tali ini bercahaya, berwarna ungu muda dan terinspirasi dari cincin zidian (the untamed) [serial drama china dengan judul: The Untamed] *Esa :Pemimpin para petinggi, Esa merupakan naga pembimbing dari Raja Joseph (Raja Muller VII) dan diangkat menjadi pemimpin Para petinggi setelah pemimpin sebelumnya terbunuh ketika Kerajaan Valens di pimpin oleh Raja Joseph.  p.s: Kepemimpinan akan turun kepada pembimbing naga yang saat itu orang yang memilikinya menduduki tahta Raja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD