Curse

1268 Words
… Langit yang merah menyala tetap tidak berhenti sampai di situ, kekhawatiran semakin menjadi ketika para Prajurit datang dan segera menangkap Raph di tengah rakyat yang ketakutan saat itu. Merasa bahwa dirinya tidak melakukan tindakan kriminal, membuatnya kebingungan dan sedikit meronta, enggan untuk dibawa seperti seorang penjahat di hadapan khalayak, “apa yang terjadi?! aku tidak melakukan kesalahan!” “atas perintah Raja, kau beserta keluargamu harus kami bawa!” mendengar penjelasan sang Prajurit membuat Raph mengerutkan dahinya,   “apa yang ter…- Perkataannya terhenti ketika ia melihat Ray kini berdiri dihadapannya seraya menunjukkan sebuah pedang yang saat itu terulur tepat dihadapannya, “ikuti perintah atau kau akan terpenggal di sini” kedua mata Ray menyorot begitu tajam padanya yang terdiam mendengar sebuah ancaman yang terlontar dari mulut sang Panglima Kerajaan Valens, ancaman itu berhasil, Raph akhirnya ikut bersama dengan mereka tanpa adanya perlawanan, dan disaat yang bersamaan pintu gerbang menuju arena hukuman terbuka dengan lebar yang tentu menjadi tanda tanya yang amat besar bagi warga Valens.   Lapangan arena itu persis seperti colosseum di roma dengan dinding tebal yang dipenuhi oleh ukiran naga bewarna silver kehitaman. Besar dari lapangan arena bahkan mampu menampung tiga kali lipat dari jumlah orang di Kerajaan Valens, lapangan ini dipakai untuk menghukum mereka-mereka para pengkhianat yang dinilai sangat merugikan Kerajaan, dengan hukuman yang dijatuhi beragam, itu tergantung dengan langgaran serta keputusan seperti apa yang akan ditentukan oleh sang naga petinggi kepada sang pelaku. Dan siang itu, gerbang arena terbuka lebar, seolah  mempersilahkan rakyat Valens untuk ikut bergabung dan mengetahui apa permasalahan yang terjadi di Kerajaan. … Para prajurit saat itu membawa Raph beserta Ayah dan Adiknya masuk ke dalam istana dan berakhir di tengah lapang arena, tentu hal itu membuat Raph terkaget-kaget dengan yang terjadi, “aku tidak pernah melakukan kesalahan, ayah” Raph bergumam pada ayahnya yang saat itu terlihat kebingungan, namun ketika ia menatap raut ketakutan yang ditunjukan Raph saat itu membuatnya akhirnya mengangguk dan tersenyum, “tenanglah, jika benar kau tidak salah… maka tidak ada yang harus ditakuti” ucap sang Ayah berusaha menenangkan dan menguatkan hati sang anak yang saat itu terlihat amat ketakutan. Suara dentuman keras terdengar hingga mereka terdiam menatap Esa, naga petinggi yang kini menunjukkan dirinya dalam wujud sosok lelaki tinggi dengan rambut panjang putih yang teruntun, serta seorang pengeksekusi gagah dengan otot yang membentuk besar ditubuhnya, ia tidak memiliki rambut namun ia memiliki sorot mata tajam berwarna merah api. Esa berjalan bersama dengan para prajurit yang membawa Reglus serta Sodu yang kala itu terikat oleh cambuk naga dan tentu menjadi sebuah tanda tanya besar bagi rakyat Valens yang menyaksikan kedatangannya, apa yang telah diperbuat oleh sang Pangeran?. Itulah pertanyaan yang berkali-kali terdengar diantara mereka.   “Reglus!” panggilan Raph membuat Reglus yang saat itu tertunduk kini menoleh dan menatapnya yang bersimpuh di tengah lapang saat itu, bahkan tidak hanya dirinya, ayah beserta dengan adik perempuannya pun berada di sana. “apa yang kalian lakukan di sana?! apa yang kau lakukan, mereka tidak bersalah?!” kedua mata Esa kini menatap Reglus dengan tajam, ia berhenti dan memerintahkan para prajurit yang ditemani oleh Youji untuk membawa Sodu ke tengah lapang berkumpul bersama dengan Raph dan memerintahkan mereka untuk membawa Reglus ke sisi lapangan. Tak ada yang dapat dilakukan lagi oleh Regard sebagai Raja ketika Pemimpin petinggi sudah turun di Arena hukuman, selain menyaksikan apa yang akan terjadi di atas altar bersama dengan sang Ratu, Pangeran Abraham, Rezen dan bahkan Alexandra. “Wahai rakyat Valens! Ketahuilah, mereka yang tengah bersimpuh di tengah arena adalah pengkhianat. Pengkhianat yang telah menghasut Pangeran Reglus!” ucapan Esa tentu membuat seluruh rakyat bertanya-tanya dan membuat Raph terkejut atas tuduhan yang di berikan oleh sang petinggi padanya. “Tidak!! mereka tidak ada hubungannya dengan itu semua!!” sekuat tenaga Reglus berteriak dan memukul-mukul barrier yang menyelubungi tubuhnya, kedua pandangannya kini menatap Raph yang juga menatap dirinya dengan tajam  seraya bergumam dengan pelan, “apa yang telah kau lakukan?” itulah kata yang ia tangkap darinya. Tubuh Reglus bergetar hebat karena amarah yang terus memuncak, nafasnya tersengal ketika menyesali aksinya yang membuat sang sahabat kini bersimpuh di tengah lapang bersama dengan keluarganya dan Sodu (naga pembimbing yang setia), “ESA!!!!” dengan kencang ia memanggil nama sang naga petinggi dan membuat Rakyat Valens terdiam, terkejut karena suara yang dikeluarkan oleh Reglus menembus barrier yang menutupi dirinya, mendengar namanya dipanggil, membuat Esa menoleh menatap Reglus yang kini menatapnya dengan amarah yang luar biasa menggebu, “aku adalah penyebabnya, mereka tidak pernah menghasutku!!” Reglus mengakui hal tersebut dengan suara yang sama tingginya dengan yang awal dan suaranya tidak pernah teredam oleh barrier. “tidak perlu kau mengeluarkan sejuta alasanmu untuk membela mereka” mendengarkan Esa yang mengelak pengakuan dari Reglus membuat amarahnya semakin bertambah, “ESAAA!!!! akulah yang bersalah di sini, mengapa kau menuduh yang lain sebagai tersangka sedangkan pelaku perbuatannya ada dibelakangmu saat ini?!” mata Esa menatap Reglus dengan nyalang ketika ia kembali menjelaskan siapa yang bersalah saat ini, “kalau begitu, katakan… siapa yang memberimu pedang naga itu?” tanya Esa masih meragukan jawaban sang Pangeran, “Obs… jiwa keduaku lah yang memberikan ku pedang dan belati naga, dia juga yang memperlihatkanku sebuah surat mengenai permintaan Ivana yang meminta seorang kepercayaan untuk Abraham kepada Raja! Dan itu meyakinkanku bahwa Ivana ingin menggulingkanku dan menjadikan Abraham sebagai raja selanjutnya” ketidak percayaan orang-orang di sana membuat suasana menjadi hiruk-piruk dan bahkan Ivana terkejut dengan apa yang diucapkan sang putranya sendiri. Regard menyadari akan Kesalahpahaman yang terjadi saat ini, namun ia juga tidak bisa membela Reglus karena masalah ini sepenuhnya telah diambil oleh para petinggi dan peraturan mengatakan bahwa mereka (para Raja) tidak diperbolehkan ikut campur lagi ketika sang petinggi sudah turun tangan.    “jiwa kedua? Pangeran memilikinya??” itulah pertanyaan yang terlontar dari setiap warga yang kini tengah berada dalam arena, Raph menatap Reglus dengan terkejut dan itu pun yang dilakukan oleh sang Ayah dari Raph, “apakah kau mengetahuinya, Sodu?” diliriknya sang naga pembimbing milik Reglus yang kini menoleh menatapnya, “aku tidak bisa mengatakannya, ini sudah menjadi kesepakatanku dengannya” mendengar jawaban itu membuat Raph terdtunduk, rautnya menampakan wajah yang amat resah dan hal itu dapat dilihat oleh Sodu yang berada tepat di sampingnya, “tenanglah, aku akan melindungimu dan keluargamu” mendengar itu membuat Raph mengangguk dengan pelan.   “jika benar kau memilikinya, perlihatkan dia!! bawa dia bersama denganmu, Reglus Muller!” perintah yang dikatakan oleh Esa membuat Reglus memejamkan matanya dan berkali-kali memanggil Obs untuk datang, “Obs…. aku membutuhkanmu, datanglah!” itulah gumamaman yang diucapkan oleh Reglus pada dirinya sendiri, namun Obs tak kunjung datang dan membuatnya kembali memanggilnya. ‘maafkan aku, aku tidak akan menampakan diriku pada mereka, Reglus … ini sudah menjadi kesepakatan kita, kau seharusnya tidak memberitahukan tentang diriku pada siapapun. Dan aku tidak akan menolongmu perihal masalah ini’ mendengar ucapan yang dilontarkan Obs membuat Reglus semakin murka dan ia berteriak dengan amat kencang, “kenapa kau tega melakukan ini padaku?!!!” ucapan itu membuat Esa akhirnya membentak dirinya, “Reglus Muller!!!”. “bergaul dengan rakyat jelata membuatmu menjadi seseorang yang lancang, pembohong dan tak tahu adat! Siapa lagi jika bukan mereka pelaku yang telah merubah sifatmu itu?!” pertanyaan Esa membungkam semua Rakyat, satu sisi mereka tidak terima dengan ucapannya dan di sisi lain mereka tidak bisa menyangkal hal itu, karena mereka tau … kewibawaan seseorang datang dari lingkungan sekitarnya. Mendengar hal itu membuat Reglus kini menatapnya dan terkekeh, “salah besar jika kau mengatakan bahwa bergaul dengan mereka adalah sebuah kesalahan, yang merubahku bukanlah Raph, bukanlah Rakyat … tapi yang merubahku adalah tradisi serta peraturan kalian yang tidak masuk di akal!!” Kedua mata Reglus menatap Esa dengan nyalang, ia tidak terima dengan apa yang telah Esa ucapkan perihal berbaur dengan Rakyatnya,  “hentikan omong kosongmu!! selama ini kau mengulur waktu dan aku tidak akan mendengarkan ucapanmu lagi, penggal mereka!!” teriak Esa pada sang pengeksekusi yang memang sudah berdiri di tengah lapang sedari awal pintu gerbang di buka.   …  to be continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD