Castigo

1316 Words
(Castigo*)Pagi yang dingin itu tidak menjadi penghalang bagi para prajurit untuk berlatih, bersama dengan Ray yang senantiasa mengawasi, mereka berlatih dengan amat gigih. Namun ketika seorang wanita yang baru saja melewati mereka, aktivitas itu segera terhenti. Kedua mata Ray menoleh menatapnya, Alexandra. Wanita yang baru saja menerobos barisan para prajurit yang kini membuka jalan untuknya, ia berjalan dan berhenti tepat dihadapan sang Panglima, “ada apa?” sebuah pertanyaan yang selalu ia tanyakan ketika menatap kedua mata yang kini menyorotkan sebuah rasa khawatir kepadanya. “bisakah kau menaruh perhatian pada Pangeran Reglus untuk saat ini, Ray?” ucapan Alexandra saat itu membuat pemiliki kedua mata Hazel tersebut menatap Alexandra dengan amat serius,   “apakah ini sebuah perintah dari baginda Raja?” digelengkan kepala Alexandra ketika menjawab pertanyaannya, “ini permintaanku, Ray… aku merasa bahwa ada yang berubah dari Aura Pangeran dan aku khawatir jika hal buruk akan terjadi karenanya” dianggukan kepalanya dengan amat pelan, membuat Alexandra sempat menyunggingkan senyumannya sebentar, sebelum akhirnya ia berbalik dan kembali meninggalkan lapang latihan.   … Berkali-kali Reglus mengelilingi ruang kamarnya dan berkali-kali pula ia menggeram kesal karenanya, “bisakah kau tidak mengangguku saat ini, Obs? Aku tengah memikirkan sebuah jalan keluar!”, ‘aku memberimu saran, dan itu adalah satu-satunya jalan keluar yang sempurna’ langkah kaki Reglus terhenti setelah mendengar ucapan Obs,   “apakah itu adalah jalan yang terbaik?” tanya Reglus nampak ragu, ‘ya,ya! Itu adalah jalan yang bagus, menghabisi mereka adalah jalan yang terbaik. Tidakkah kau merasa kesal karena Ivana telah mengkhianatimu dan memercayakan Abraham sebagai Raja selanjutnya?’ pertanyaan yang dilontarkan Obs membuat Reglus kembali menggeram kesal, “ya, tentu aku kesal” jawabnya, diliriknya tangan kanan miliknya yang kini memunculkan sebuah belati bergagang merah ‘bunuh mereka, dan kau akan menjadi seorang Raja selanjutnya’. Ditatapnya dengan seksama belati bergagang merah itu yang kini memiliki motif naga hitam yang amat menyeramkan, kedua matanya kini beralih menatap tajam ke arah pintu kamar miliknya, perasaan putus asa mengalir begitu saja hingga akhirnya mendatangkan rasa kesungguhan bahwa saran yang diberikan oleh Obs ada benarnya.   …   Siang itu di tengah taman petunia, Abraham bersama dengan Pengawal resminya yang telah di angkat satu tahun yang lalu itu, tengah berjalan dengan santai melewatinya. “tidak bisakah kau berhenti mengikutiku? Kehadiranmu itu membuatku merasa muak” Abraham menatap tajam ke arah sang Pengawal yang saat itu memiliki kesamaan dalam hal umur dengannya, membuatnya merasa ia memiliki seorang rival, “maaf yang mulia, tapi saya adalah seorang pengawal yang bertugas mengawali anda dan ini sudah merupakan tugas yang diberikan Baginda Raja” jawaban yang diberikan oleh sang kepercayaan saat itu membuatnya menghela nafas dengan pelan, “meski tanpa keinginan diriku sendiri??” pertanyaan Abraham diberi anggukan sopan olehnya yang kini berucap, “meski tanpa keinginan anda” Mendengar hal itu membuat Abraham menghampiri kursi panjang yang terletak tak jauh darinya dan duduk di sana, dengan nafas berat ia hembuskan di hadapan sang Pengawal pribadinya. Diliriknya kembali sang Pengawal yang senantiasa menemaninya, kini berdiri tepat di sampingnya, “ketahuilah bahwa aku amat tidak menyukaimu, Rezen. dan seharusnya mereka mengerti dengan hal itu, tapi kenapa mereka malah…- hh, sudahlah … tak ada gunanya bagiku untuk menggerutu seperti ini” Abraham kembali bangkit dari duduknya dan berjalan menjauhi taman itu seraya berucap, “ayo, temani aku untuk melukis di kebun Hamush*”,   Kedua mata Rezen segera beralih menyadari sebuah belati bergagang merah yang kini melesat menuju Abraham, dengan gesitnya ia menangkap belati tersebut hingga membuat sang Pangeran terkejut dan menoleh kearahnya, “apa itu?!” tanyanya, diliriknya belati tersebut dan ia terkejut bukan main setelah menyadari belati apa itu, “ini belati naga*, Pangeran … sepertinya seseorang hendak melukai anda” diliriknya kedua pandangan Rezen yang kini memincing tajam ke arah selatan, membuat Abraham semakin cemas karenanya, “apakah itu buruk?” pandangan Rezen kini beralih menatap Abraham yang nampak sedikit ketakutan setelah mendengar bahwa seseorang hendak menyerangnya dan itu membuatnya kini segera menganggukkan kepala, “sebaiknya kita segera masuk ke dalam istana, agar mereka tidak menyerangmu dengan mudah” mendengar usulan Rezen membuat sang Pangeran mengangguk dan berjalan cepat memasuki istana dengan Rezen yang selalu mengikuti langkahnya.   …   “sial!! dia bisa menangkapnya” geram Reglus dari jauh sana, ia kembali menghela nafasnya setelah sebuah pedang bergagang hitam muncul begitu saja dari tangannya, ‘Ivana!, ini salahnya… jika saja Ivana tidak meminta permohonan itu, mungkin kau bisa membunuh Abraham saat ini’ ucapnya dengan nada yang amat antusias,  “ya… ini semua salahnya” layaknya pandangan yang tertutupi oleh kegelapan saat ini, memunculkan sebuah aura yang jahat yang muncul dari dalam diri Reglus. ‘Raja tak ada di tempat saat ini, jadi tunggu apa lagi? Bunuh Ivana sebelum terlambat!’ Tanpa rasa takut, ia akhirnya berjalan melenggang melewati lorong kerajaan dengan pedang yang ia seret-seret hingga memberikan goresan yang kentara di atas permadani. Seorang Pangeran muda yang sudah menginjak usia tujuh belas itu pun memiliki Pandangan yang terlihat kosong saat itu, dibalik pandangan tersebut menyimpan rasa yang penuh dengan amarah, Reglus berjalan mendekati Ivana yang terduduk di gazebo taman iris, ditemani oleh secangkir teh dan tanpa adanya satu pun dayang yang menemaninya, membuat Reglus akhirnya tersenyum menyadari bahwa ini adalah timing yang tepat untuk membunuhnya. Dengan kaki yang kini berlari menujunya, pedang itupun ia tusukan ke arah sang Ratu.   Zraaakkk!!!   Baik Reglus maupun Ivana, kini mereka sama-sama terkejut karena pedang yang diarahkan tepat ke Ivana tertancap di jantung Ray yang kala itu berdiri menghalangi aksi sang Pangeran yang hendak melukai sang Ratu.   Trak!!!   Prang!!!   Beriringan dengan itu, barrier yang sengaja di pasang oleh Ray sejak pagi tadi pun pecah dan melebur, “apa yang akan anda lakukan, pangeran?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Ray terdengar amat tegas, kedua pandang Reglus kini menoleh menatap sang Ratu yang terlihat amat shock, ketika menyadari bahwa anaknya sendiri hendak melukainya dengan pedang naga. “...” Reglus yang menyadari kesalahannya, kini terdiam ketika beberapa Prajurit khusus kerajaan datang bersamaan dengan Rezen, Abraham dan Alexandra, lalu pasukan itu pun diperintahkan oleh sang Ratu untuk serega menangkapnya.   … Mendengar kabar buruk yang terjadi di istana, membuat Regard menghentikan perbincangannya dengan Raja Sanghwa yang saat itu tengah mengadakan semacam pertemuan dengannya serta Raja naga lainnya, dan ia segera pulang ke Kerajaan Valens.   Langkah cepat dari sang Raja yang kala itu berjalan memasuki istana, langkah Regard membuat para pelayan segera memberi jalan ketika ia menghampiri Ivana yang nampak Shock tengah terduduk di singgahsananya, “apa yang terjadi?!” dipeluknya sang Ratu dengan amat erat, kedua matanya kini menoleh Rezen dan Abraham yang memang berada di sana, mereka menemani sang Ratu sedari tadi, “idzinkan saya yang melaporkan peristiwa yang telah terjadi kepada anda, baginda Raja” diliriknya Rezen yang saat itu memberanikan diri untuk berucap membuat Regard menganggukkan kepalanya, “Pangeran Reglus menyerang baginda Ratu dengan pedang naga di taman iris, beruntung tuan Ray menghalangi aksinya, dan sebelumnya … Pangeran Reglus pun melempar belati naga untuk menyerang Pangeran Abraham di taman lainnya” mendengar laporan Rezen, membuat nafas Regard menderu-deru, kedua matanya kini mencari sosok Ray yang tak kunjung terlihat, “dimana Ray?” tanya Regard pada mereka yang kini tampak bungkam, “dia berada dalam ruang tabib, tengah diobati oleh tabib istana” kedua mata Regard kini menatap Alexandra yang datang bersama dengan dayang-dayang lainnya, “dimana Reglus?” kedua mata Alexandra kini menatap sang Raja dengan penuh keraguan untuk menjawabnya, mengetahui hal itu membuat Regard kini beralih menatap Rezen, “Pangeran di bawa oleh petinggi Youji, untuk kemudian diintrogasi oleh para petinggi lainnya, Baginda” raut khawatir ditunjukan oleh Regard dan kini ia beralih menatap Alexandra yang menatapnya cukup serius. “kau harus berbicara dengan para petinggi perihal Reglus, Regard” kedua mata Regard menatap Ivana yang terlihat amat sedih, membuatnya mengangguk pelan menjawab permintaan sang Ratu.   …  to be continue *Castigo di ambil dari bahasa spanyol yang berarti hukuman. *Hamush : Adalah kebun apel hitam yang sengaja ditumbuhkan tepat menghintari Aidanum oleh Joseph Muller (Raja ke VII), kebun itu selain diperuntukan untuk warga dan kerajaan namun juga memiliki peran penting dalam menjebak seorang dewi. Hamush diambil dari kata ‘hamus’ (latin) yang memiliki arti “umpan”, dan umpan itu diperuntukan untuk para dewi. *Belati Naga : Belati yang diperuntukan untuk melukai keluarga naga (orang yang memiliki darah keturunan naga) yang bertujuan untuk membunuh naga pembimbing dan menjadikan orang tersebut lemah dan akhirnya mati secara perlahan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD