Gran Principe 2

924 Words
Malam yang amat sunyi itu tidak menghentikan sang Raja yang kini tengah membalasi surat-surat dari kerabat kerajaan lain yang diterimanya sore tadi, tidak sampai seorang wanita cantik bergaun tidur putih dengan motif naga silver kehitaman yang masuk dan menghampiri dirinya, “aku mulai khawatir, Regard” mendengar suara lembut dari wanita cantik itu membuat Regard menoleh menatapnya dengan pandangan terpana.   Wanita cantik itu memiliki rambut keriting berwarna coklat keemasan yang sangat indah, rambut itu ia biarkan terurai, ia juga memiliki mata berbentuk naik berwarna biru yang persis seperti Reglus dan Abraham, hidung mancung, bibir kecil berwarna merah serta kulit putih yang amat lembut itu adalah sang Ratu.    “apa yang membuatmu merasa khawatir Ivana?” pertanyaan yang dilontarkan Regard saat itu terdengar amat lembut, kedua matanya tetap melihat sang Ratu dengan pandangan yang penuh dengan raut keterpukauan terhadap Permaisurinya,   “aku khawatir dengan Reglus, tidakkah kau mendengar berita yang menyebar di kalangan para prajurit dan dayang-dayang?” jawaban dari sang Ratu membuat kedua alis Regard kini bertautan, “apa yang mereka katakan? Siapa saja yang mengatakannya? Lancang sekali mereka melakukan hal itu!” ucapan sang Raja seolah tak berhenti, membuat sang Ratu kini menghelakan nafasnya pelan. “tidakkah kau melihat perubahan yang terjadi pada anakmu sendiri?” sebuah senyuman kini terulas di bibir Regard yang kemudian menganggukkan kepalanya menjawab Ivana yang masih senantiasa berdiri di hadapannya,   “tentu, tidakkah itu baik? Dia menjadi seseorang yang kuat sekarang” ucapan sang Raja tidak membuat Ivana merasa bangga akan hal itu, “bukankah seharusnya itu menjadi sebuah tanda tanya, Regard? Aku bukanlah seorang pengelana dan begitu pun dengan dirimu, bahkan dalam silsilah keturunan sekali pun aku tidak melihatnya” khawatir, Regard mendapati sang Permaisuri amat khawatir terhadap perubahan yang terjadi pada anak pertama mereka, Reglus. Itu membuat Regard menghentikan aktivitasnya dan melangkah mendekati Ivana yang kala itu berdiri di hadapannya. Kedua matanya menatap Ivana dengan dalam, diusapnya bahu sang Ratu, “tenanglah dan percayalah, Ivana … Reglus adalah anak yang hebat dan kita adalah orang tua yang beruntung karena memilikinya” ucapan Regard saat itu akhirnya meyakinkan Ivana terhadap kekuatan yang dimiliki Reglus. tanpa mereka ketahui, bahwa saat ini Reglus mendengar ucapan mereka berdua melalui angin tenang yang ia kendalikan malam itu.   ‘Reglus, tidakkah kau mendengarnya? Ivana amat meragukan dirimu’ Rahang Reglus mengeras mendengar ucapan Obs yang saat itu terdengar seperti mengejeknya, “lancang kau menyebutnya hanya dengan nama. Dia adalah ibuku!” kesal Reglus pada Obs yang baru saja memanggil sang Ibunda tidak dengan embel-embel apapun, ‘baiklah… ibumu itu meragukan dirimu’ Reglus terkekeh menanggapi ucapan Obs, ia kemudian menggelengkan kepalanya dan berucap, “tidak Obs, ibunda tidak pernah meragukan diriku. Dia hanya khawatir padaku” bela Reglus pada ibunya sendiri, ya… ia sangat mengetahui bahwa sang Ratu amatlah menyayanginya,  ‘haha… kau terlalu naif, sangat jelas ia meragukanmu dengan bukti bahwa ia lah yang mengajukan kepercayaan, untuk menemani Abraham nantinya’ dieratkannya kepalan tangan kanan Reglus mendengar ucapan Obs, membuatnya mendengus kesal, “berani-beraninya dirimu memengaruhi diriku dengan ucapan yang tidak kau ketahui itu, Obs” merasa gerah dengan dirinya sendiri, membuat Reglus kini beranjak dari kasur dan berjalan menghintari kamarnya sendiri, ‘ohoho… tidak, Reglus. Aku tidak pernah memengaruhi dirimu, hal yang kuucapkan adalah fakta. Fakta yang belum kau ketahui’ mendengar ucapan Obs membuat Reglus kembali terkekeh, “bukti, aku memerlukan bukti yang nyata dan bukan dari sebuah ucapan, Obs” diliriknya lengan kiri miliknya sendiri yang kini menunjuk ke arah rak buku tersebut, ‘aku tau kau akan mengatakannya, jadi aku sengaja membawa bukti itu langsung padamu, Reglus’ ucap obs.   Dahi Reglus berkerut mendapati sebuah lembaran yang terselip di salah satu buku yang tersusun rapi di dalam rak buku tersebut, “apa itu?” kedua langkah Reglus kini mendekati rak tersebut, diambilnya lembaran itu dan dibacanya isi dari surat tersebut. Rahang Reglus kembali mengeras, setelah membaca isi dari surat itu, “dari mana kau mendapatkannya? Bagaimana bisa surat ini berada di ta…- dipejamkannya kedua mata Reglus, ketika ia merasa bahwa emosinya hampir saja memakan kesadarannya “kau menggunakan tubuhku untuk mengambilnya?! apa saja yang kau lakukan ketika aku tengah tertidur, Obs?” berusaha untuk tenang, Reglus menanyakan hal tersebut, ‘aku meminjam tubuhmu untuk berlatih tentunya, kau pikir mengaplikasikan kekuatan yang kau baca di siang hari itu instan, huh?? tanpa melakukan pelatihan, aku maupun dirimu tidak akan bisa mengaplikasikannya dengan sempurna. Jadi aku meminjam tubuhmu di waktu malam untuk berlatih’ jawaban yang diberikan Obs saat itu dapat diterima dengan akal sehatnya, hingga akhirnya Reglsu mengangguk mengerti. “lalu bagaimana dengan surat ini, kenapa bisa ini berada di tanganmu?” diliriknya lembaran kertas yang kini ia genggam, ‘aku menemukannya di lorong kerajaan ketika malam tiba, yang kemungkinan surat ini terjatuh dari berkas yang di bawa oleh dayang istana. Sebenarnya aku ingin mengembalikan surat yang telah di persetujui oleh Raja ini padanya, namun… aku tau bahwa kau tidak akan mudah percaya jika tidak memiliki sebuah bukti, jadi kubawa surat ini sebagai bukti atas ucapanku padamu, Reglus’ jawaban panjang lebar yang dilontarkan Obs membuat Reglus kembali menatap surat tersebut, “tulisan tangan dari surat ini benar, ini adalah tulisan tangan Ibunda dan kau benar, Obs. Dia mengajukannya” sorot sedih tergores jelas di kedua matanya, perasaan di khianati pun membuatnya menjadi amat geram, malam itu sebuah barrier menyelubungi tubuh Reglus untuk menahan aura Huyz miliknya agar tidak memengaruhi desa malam itu. ------------------------------------------------------------------------------------------   Surat permohonan no.CDLXIII. yang diajukan oleh: Ratu Muller X   (Ivana Soff / Ivana Muller)   Kepada:  Raja Muller X  (Regard Muller)   Saya mengajukan sebuah permohonan secara resmi kepada Baginda Regrad, untuk meminta seorang pengawal muda, yang ditujukan menjadi Pengawal sekaligus kepercayaan dari Putra kedua, anak Raja Muller X. Abraham Muller, dengan alasan yang nantinya akan membantu meringankan tugas sang Pangeran di Kerajaan Valens di masa depan.    Hormat saya, Ivana Soff.        Surat yang telah diajukan ini, disetujui oleh Raja Muller X.  Regard Muller.  ---------------------------------------------------------------------------------------------------- To be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD