Ntxhi

1694 Words
(Ntxhi*)  “makan malam bersama dengan kerajaan Clairchanter*??” Reglus menatap Ray dengan cukup terkejut, ia bertanya seolah acara makan malam merupakan sesuatu yang amat jarang di lakukan di kedua pihak kerajaan tersebut, namun pada kenyataannya tidak. Dianggukannya kepala Ray yang kala itu berhadapan dengan Reglus yang tengah terengah-engah karena baru saja menyelesaikan dua latihannya, yang ia lakukan dari siang hingga menjelang sore, berkuda serta berpedang. Bersama dengan Raph tentunya, “Baginda Raja mengharapkan anda untuk segera bersiap dan menemani Pangeran Clairchanter, ketika beliau berbincang dengan Raja Claichanter” ucapan yang dilontarkan oleh Ray membuat kedua mata Reglus menoleh menatap Raph yang kini membalas menatapnya, sebelum akhirnya kedua pandang itu kembali beralih pada Ray yang berada tepat dihadapannya, “bukankah Pangeran Clairchanter memiliki umur yang tidak jauh berbeda dengan Abraham?” tanya Reglus seraya menggerakan tangan kanannya di udara, seolah ia menggambarkan perbedaan umur antara adiknya dan Pangeran Claichanter, dianggukannya kepala Ray untuk menjawab pertanyaan sang Pangeran, “namun Raja menginginkan anda yang menemani sang Pangeran muda, dan terlebih lagi … Pangeran Ab saat ini tengah belajar mengenai strategi yang tidak bisa diganggu” mendengar penjelasan sang Panglima membuat Reglus akhirnya mengangguk dan berjalan meninggalkan lapangan seraya berucap,  “bailklah, aku akan melakukannya”. … Acara makan malam tidaklah seperti makan malam biasanya, kerajaan Clairchanter datang diwaktu sore untuk kemudian kedua Raja saling berbincang di ruang Raja mengenai banyak hal. Tugas Reglus saat itu adalah menemani sang Pangeran tunggal Clairchanter untuk berkeliling atau setidaknya menghabiskan waktu bersama hingga acara makan malam tiba nantinya. Kedua langkah Reglus kini berjalan beriringan dengan seorang anak sebelas tahun,  bertubuh kecil, berkulit warm ivory, ia memiliki rambut coklat keemasan yang terpotong pendek dan rapi, hidung mancung namun kecil, dengan tulang rahang yang terlihat hingga terkesan tegas, bibir tipis berwarna orange pudar, dan mata bulat berwarna violet itu terus menyorot tajam kepada siapapun yang ia tatap dan bahkan Reglus sekalipun, ia adalah Zhumon Potens. Putra dari Raja Clairchanter, Ginormous yang kala itu berusia sebelas tahun. “kita sudah berkeliling di taman ini lebih dari dua kali” merasa bahwa setidaknya ia harus mengajak sang Pangeran dari Kerajaan Clairchanter berbincang, membuatnya berucap demikian. Reglus menatap Zhumon yang kini menghentikan langkahnya dan membalas tatapan Reglus dengan tajam, “a..adakah tempat lain yang ingin kau telusuri?” sebelumnya tidak pernah ia rasakan kecanggungan yang seperti ini ketika menghadapi siapapun, namun tatapan dari Pangeran Zhumon yang terkesan tajam itu lah yang membuat Reglus kembali menghela nafas dengan risih. Anak kecil ini mampu membuatnya merasa amat tidak nyaman. “a…- “berhati-hatilah dengan apa yang anda dengar nantinya” perkataan Zhumon kini membungkam Reglus, kedua mata Zhumon masih menatapnya dan kian kemari kian menusuk ketika Reglus memerhatikannya dengan seksama, “a..apa maksudmu??” pertanyaan yang Reglus lontarkan membuat pemilik kedua mata tajam itu kini berjalan mendekatinya,  “berhati-hatilah dengannya” Reglus terkekeh setelah mendengar ucapan Zhumon yang terkesan mewanti-wanti dirinya, anak kecil yang ia anggap polos itu kini perlahan berjalan mendekatinya dan berucap, “perhatikan langkah anda, jangan sampai anda masuk ke dalam jurang yang tak berujung yang nantinya akan membuat anda menyesal seumur hidup” entah apa yang mendera Reglus saat ini, namun ia merasa begitu takut setelah mendengar ucapan Zhumon yang kini berlalu meninggalkannya di tengah taman kerajaan begitu saja. Perasaan takut itu menjulur dari hatinya dan perlahan menyebar hingga bulu kuduknya, Reglus terdiam di tempat cukup lama dan akhirnya ia menghelakan nafasnya dengan panjang setelah dirasa bahwa ia dapat kembali mengontrol dirinya.   …   “dia mengatakannya??” pertanyaan Raph diberi anggukan oleh Reglus, saat itu Raph merebahkan dirinya di atas rumput yang mulai menghijau dan menatap langit malam yang terbentang luas di atas kepala mereka, “ya… dan itu sempat membuatku takut” ucap Reglus kini hanya mampu menghela nafasnya dengan berat setelah kembali ia mengingat ucapan serta raut dari anak kecil yang menurutnya amat mengganggu tersebut, “siapa orang yang dia maksudkan itu?” pertanyaan Raph kini kembali menginterupsi kesunyian malam, digelengkannya kepala Reglus untuk menjawab pertanyaan darinya, “kurasa ada baiknya kau mengikuti ucapannya dan lebih berhati-hati lagi, Reglus” mendengar saran dari sang sahabat membuatnya kini menganggukkan kepala, “ya… aku akan berhati-hati” jelasnya.   …   Dua musim telah terlewati, cuaca yang terik saat itu tidak membuat Reglus mengurungkan niatnya untuk berhenti berlatih pedang bersama dengan para Prajurit di lapang latihan perang. Desingan pedang terus berasautan tanpa henti, hingga akhirnya permainan pun dimenangkan oleh Reglus dengan jumlah lawan satu berbanding lima. Pandangan Reglus beralih dan tertuju pada enam orang yang berjalan mengikuti langkah kaki Ray yang kala itu melewati lapang pelatihan, dan kini pandangannya terfokus pada Rezen yang tengah berjalan diantara kerumbunan itu. Seperti yang ia katakan sebelumnya, kedua matanya terus memerhatikan gerak-gerik bahkan derap langkah yang ditunjukkan oleh Rezen saat itu. Ia bukanlah orang biasa, caranya melangkah saat ini penuh dengan wibawa… aku benar-benar penasaran dengannya dan aku yakin bahwa dia adalah seorang keturunan Nium. Itulah yang ada dalam pikirannya saat ini.   ‘ya… dugaanmu itu seratus persen benar, Reglus. Anak itu adalah seorang Nium’ Dahi Reglus berkerut ketika mendengar sebuah suara yang akhirnya membuat dirinya menoleh ke belakang, menatap satu persatu prajurit yang berdiri di sana, “adakah dari kalian yang berbicara??” mendengar pertanyaan sang Pangeran membuat mereka saling bertatapan dan menggelengkan kepalanya dengan serempak, dihelakan nafasnya ketika ia kembali menatap enam anak yang berjalan dengan tegap dan penuh dengan kesopanan. ‘apakah kau tau? Mereka adalah calon kepercayaan Raja’ diliriknya kembali para prajuri yang masih terdiam tepat di belakangnya dengan amat murka, “lancang sekali kau padaku, bubar kalian!” titah Reglus saat itu membuat mereka semua pun akhirnya membubarkan diri dengan wajah yang terheran-heran serta ketakutan karenanya.   …   Langkah kaki Reglus berjalan dengan cepat menelusuri taman istana, nafasnya menderu-deru karena marah setelah mendengar ucapan seseorang yang tidak ia ketahui siapa pelakunya, ‘tak perlu kesal dengan mereka, bukan mereka yang mengatakannya, tapi aku yang berbicara padamu’ sebuah suara terdengar tepat di telinganya, membuat Reglus spontan menghentikan langkah kakinya,   “siapa kau?!!” Reglus kembali membalikkan tubuhnya, mendapati tak ada siapapun di sana dan hal itu membuatnya segera menunjukkan pedangnya ke arah depan, ‘ini aku… temanmu, Obs’ mendengar itu Reglus menggelengkan kepalanya, ingat Reglus … mungkin saja bisikan ini adalah orang yang akan menjerumuskanmu. Itulah yang ada dalam pikiran Reglus,   ‘khkh… aku adalah orang yang mengerti dirimu, mana mungkin aku menjerumuskanmu’ terkejut mendengar Obs yang mengatakannya membuat Reglus kembali menoleh ke sekeliling taman yang saat itu sepi, “siapa sebenarnya dirimu? Tunjukkan!” titah Reglus dengan tegas, namun ketika kedua kaki Reglus spontan melangkah, ia sangat bingung dan terkejut bukan main karenanya, “ada apa ini?! aku tidak ingin berjalan saat ini, apa yang telah kau lakukan?!” pekik Reglus terkaget-kaget ‘kau yang meminta untuk menunjukkan diriku bukan? Maka lihatlah’ kedua mata Reglus kini terbelalak, ia berhenti tepat di depan cermin yang terpasang di aula Istana dan hanya ada satu orang yang terpantul di cermin saat itu.   Bukan… Reglus tidak mengenal orang itu, Pantulan itu memanglah dirinya, namun Reglus menyadari perbedaan yang ada dalam pantulan tersebut. Mata yang keseluruhannya berwarna merah serta goresan tato yang muncul dari leher kirinya itu menjalar hingga memenuhi wajahnya,   “s..siapa kau, apa yang kau lakukan pa..-” perkataan Reglus terhenti menyadari sesuatu, tubuhnya, rautnya serta seluruhnya tidak mengikuti apa yang ia pikirkan saat ini. Ia hanya dapat melihat dirinya sendiri menatap ke arah cermin dengan tersenyum dan kemudian berucap, ‘tenanglah, aku adalah dirimu yang lain… aku datang untuk membantumu, dan aku tidak pernah menjerumuskanmu’ itulah yang dapat Reglus lihat dengan matanya sendiri, ia seperti berbicara pada dirinya sendiri saat ini dan ia sadar akan hal itu.   “beraninya kau menguasai diriku?!” ucap Reglus geram, ‘tidak, aku meminjamnya … karena kau yang memerintahkanku untuk menunjukkan diriku padamu, bukan?’ digelengkan kepala Reglus dan dengan nafas yang menderu-deru, sekuat tenaga ia pejamkan matanya sendiri. “kembalikan diriku, kumohon… pergilah!” ucap Reglus menggeram dengan keras, “Pangeran Reglus??” sebuah suara membuat Reglus kini menoleh menatap Alexandra yang baru saja memanggilnya, “anda baik-baik saja, Pangeran?” nafas Reglus masih menderu, diliriknya cermin yang ada di sampingnya, kini cermin tersebut mencerminkan dirinya dan itu membuat Reglus bernafas lega, “yah … hh… aku baik” jawab Reglus yang kemudian segera meninggalkan aula dan meninggalkan Alexandra. … Reglus melangkah menelusuri lorong dan itu berakhir, ketika ia memasuki kamar tidur miliknya. Tidak ada yang ia lakukan saat ini selain terdiam dan mencerna apa yang baru saja terjadi pada dirinya saat itu, ia merasa bahwa sesuatu mengendalikan tubuhnya dan ia yakin bahwa itu adalah orang yang bernama Obs tadi. Jiwa kedua. itulah kata yang muncul dibenaknya, yang akhirnya ia yakin seratus persen bahwa ia memiliki Jiwa kedua. Sedikit keraguan muncul dihatinya, ketika ia teringat dengan perkataan sang Ayah  yang saat itu mengatakan bahwa dirinya tidak lahir bersama dengan jiwa kedua. ‘apa salahnya jika kau memang memiliki Jiwa kedua? Bukankah itu bagus, Reglus… kau bukanlah Pangeran tanpa jiwa yang mereka kenali lagi’ sebuah senyuman tergurat diwajah Reglus ketika mendengar ucapan Obs saat itu, “ya… kau benar, aku adalah calon Raja yang sempurna bukan?” gumam Reglus, ‘ya! Aku adalah pelengkapmu saat ini, maka biarkan aku memberikan beberapa saran untukmu dan akan kupinjamkan keahlianku ini padamu. Agar kau dapat menjadi Raja yang hebat yang tak tertandingi oleh siapapun!’ ucapan Obs terdengar amat menggiurkan bagi Reglus dan itulah yang membuat Reglus kini mengangguk menjawabnya, “terima kasih karena telah lahir bersamaku, Obs. Aku akan mendengarkan seluruh saranmu!”.     Satu kesalahan yang tidak disadari oleh Raja Muller X saat itu adalah tidak memberikan arahan kepada Reglus mengenai Jiwa kedua. Jiwa kedua memanglah sebuah anugerah, namun jika mereka yang mendapatkannya tidak diberikan sebuah arahan, maka anugerah itu akan menjadi bumerang yang amat berbahaya*. Dan malam itu, tanpa sepengetahuan siapapun… Reglus Muller adalah satu-satunya anak yang mengetahui bahwa dirinya memiliki jiwa kedua dan merupakan seorang anak raja yang diberikan anugerah yang sempurna, itu terjadi disaat mereka meyakini bahwa Reglus Muller tidak lahir dengan Anugerah yang lengkap.  to be continue. *Ntxhi: diambil dari bahasa Hmong yang berarti Whispering (berbisik) *Clairchanter adalah keturunan campuran dari seseorang yang berdarah Clairvoyant (peramal) dengan seseorang yang berdarah Enchanter (penyihir), yang mana di masa lalu keturunan campuran ini merupakan keturunan yang terlarang. [mengutip: NaraEander-Clairvoyant, Enchanter, and the Goddess (Dreame)] *Bumerang yang amat berbahaya: Jiwa kedua dikatakan berbahaya karena memiliki sifat 180 derajat yang berbeda dengan jiwa utamanya, tak ada yang mengetahui jalan pikiran jiwa kedua. Dan hal yang utama yang harus dilakukan oleh jiwa pertama adalah mengendalikan jiwa keduanya dan jiwa pertama tentu harus berkuasa penuh atas dirinya dan juga jiwa kedua.(tidak membiarkan jiwa kedua yang mengambil alih serta tidak diperkenankan jiwa pertama mengikuti ucapan jiwa kedua).
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD