Trust 2

983 Words
    Pagi itu Reglus hendak menemui Raph di tengah lapang latihan, setelah sebelumnya mereka membuat rencana untuk berlatih pedang bersama hari ini. Langkah kaki Reglus kala itu terlihat gagah ketika ia menelusuri lorong untuk menuju lapang latihan, dengan pedang yang ia genggam ditangan kanannya.  Kedua pandang Reglus tertuju pada Alexandra yang saat itu berjalan bersama dengan seseorang yang nampak asing baginya, merasa penasaran terhadap orang yang dibawa oleh Alexandra, membuat Reglus segera menghampiri mereka,      “Alexandra!” panggilan dari sang Pangeran tentu membuat Alexandra segera menghentikan langkahnya dan memberi salam hormat pada sang Pangeran yang kini berdiri tepat dihadapannya.      “siapa dia?” pertanyaan itu terdengar amat tegas di telinga keduanya, membuat Alexandra kini menoleh menatap anak yang ia bawa seraya berucap,       “Pangeran Reglus … perkenalkan, dia adalah calon pelayan muda yang akan menemani Pangeran Abrhaman nantinya. Rezen” pandangan Reglus terpincing menatap Rezen secara seksama, anak lelaki berumur sekitar sembilan tahun itu memiliki kulit Natural, rambut hitam pendek, kedua mata berbentuk naik dengan warna mata amber, hidung mancung dan bibir berbentuk biasa berwarna merah pucat serta bahu yang tegap dan terlihat berwibawa. Membuat Alexandra yang baru saja memperkenalkannya kini merasa aneh melihat tingkah sang Panmgeran yang memerhatikan Rezen dengan amat seksama seperti saat ini,      “p..Pangeran Reglus?” mata tajam itu kini melirik menoleh dan menatap Alexandra yang baru saja memanggil namanya,      “siapa anak ini? Kenapa dia yang dipilih? Keturunan apa dia??” pertanyaan yang bertubi itu terlontar dari mulut Reglus untuk Alexandra, yang membuatnya kini tersenyum,      “bukan hanya dia yang terpilih, Pangeran. Ada lima calon lainnya yang belum tiba, dan kebetulan Rezen tiba terlebih dahulu dari anak-anak lainnya” kedua mata Reglus masih terpincing menatap Alexandra yang menerangkannya,      “kalau begitu, keturunan apa dirimu ini??” ditolehkannya kepala Reglus hanya untuk menatap Rezen yang tampak bungkam dan tidak menjawabnya,      “hei, aku bertanya padamu!” ucap Reglus dengan amat tegas, tak ada yang dapat dilakukan oleh Alexandra saat ini selain terdiam menatap keduanya silih berganti.      “saya anak seorang pengelana yang menetap di Kerajaan ini, pangeran” jawab Rezen, kedua mata Amber dengan warna orange menyala miliknya itu kini bertubrukkan langsung dengan kedua mata biru Reglus yang saat itu menyorot dengan amat tajam padanya, seolah ia tidak menerima jawaban dari dirinya,      “untuk kali ini, aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi… kurasa aku akan menaruh banyak perhatian padamu, karena sepengetahuanku kedua matamu itu tidak pernah kulihat sebelumnya. Tak pernah kulihat dari mereka para pengelana yang menetap di sini” Reglus meninggalkan mereka berdua setelah menyelesaikan ucapannya tersebut.    …   Srang!!!    Desingan pedang terdengar di tengah lapang, saat itu adalah waktu bagi Reglus dan Raph berlatih pedang bersama,      “hah… jadi kau mencurigainya??” pertanyaan Raph membuat Reglus menganggukkan kepalanya dan kini segera menangkis dan menahan ayunan pedang yang dilakukan Raph padanya,      “berpikirlah Raph… hh… aku kenal para pengelana yang menetap di Kerajaan ini, … danh… aku tidak pernah menemui pengelana bermata Amber sepertinya!” Reglus nampak kesusahan ketika berbicara padanya saat ini, karena berusaha menangkis pedang Raph yang terus menyerangnya saat itu, hingga akhirnya Reglus dapat membalas serangan Raph dan membalas serangannya serta membuatnya terpojokkan di tengah lapang itu.    Srang!!!    Satu kibasan yang amat kuat membuat Raph terjatuh dan akhirnya pertarungan dimenangkan oleh Reglus,      “ahk!! hah… apa mungkin … ada pengelana baru yang masukhh? Sudah sebulan ini kita tidak berbincang dengan mereka… hh … hh …” Raph memekik ketika menyadari bahwa ia kalah dalam permainan pedang tersebut, dan iapun berucap demikian hingga membuat Reglus menggelengkan kepala dengan pelan, menanggapi sang sahabat,      “tidak, aku tidak mendengar adanya pengelana baru yang masuk akhir-akhir ini, bahkan dari pembicaraan mereka para prajurit yang berjaga di sekitaran istana” ucap Reglus yang kini melempar pedang yang ia genggam ke atas tanah dan berjalan menuju pinggir lapang.  Mendengar hal itu membuat Raph menoleh menatap Reglus yang kini berjalan menjauh dari lapangan dan duduk di kursi yang tersedia di sana, membuatnya ikut membututi langkah Reglus dan ikut duduk di sana, “apa kita harus mengeceknya?” Raph bertanya seraya menyeka keringatnya dengan handuk kecil yang ia raih dari meja yang telah disediakan oleh para dayang kerajaan sebelum mereka memulai pertarungan.      “tidak perlu Raph… karena aku yakin bahwa ia bukan lah seorang pengelana” Reglus berucap seraya menghela nafasnya, ia menoleh ke atas awan yang amat cerah,       Mendengar ucapan itu membuat dahi Raph kini berkerut, “kenapa kau begitu penasaran dengannya, dan begitu yakin bahwa dia bukanlah seorang pengelana??” kedua mata Reglus kini menatap Raph yang baru saja bertanya, nampak jelas di kedua matanya bahwa ia amat penasaran akan hal itu,      “karena aku sangat mencurigai bahwa anak itu adalah seorang nium” jawaban Reglus membuat Raph akhirnya menghela nafas dan mengangguk mengiakannya,      “kalau begitu, kita lihat saja keahliannya nanti dan dari sana juga lah kita dapat mengetahui keturunan apa dia sebenarnya” pandangan Reglus kini beralih menatap Raph yang menoleh padanya dan tersenyum, “bagaimana?” saran dari sang Sahabat tentu di berikan sebuah anggukan oleh Reglus,      “ya… saranmu benar, kita tunggu dan lihat keahliannya” gumam Reglus padanya.      Perbincangan yang mereka lakukan selalu membahas seputar kecurigaan Reglus serta rasa penasarannya terhadap sesuatu hal yang menurutnya janggal, namun tidak seperti orang-orang lainnya yang selalu mengatakan bahwa Reglus terlalu melebih-lebihkan dan terlalu curiga setelah mendengar ucapan sang Pangeran pertama itu, Raph bukanlah orang yang masuk ke dalam golongan seperti itu. Ia akan mendengarkan seluruh ucapan Reglus dan mengarahkan rasa penasaran Reglus untuk masuk ke dalam saran yang dirasanya cukup bagus untuk dilakukan, netral dan tidak menjerumuskan siapapun. Itulah yang selalu dilakukan Raph dalam membimbing Reglus yang membuatnya semakin terlihat seperti seorang pangeran yang berwibawa dihadapan siapapun, tanpa mengetahui bahwa ada seseorang yang mendorongnya untuk terlihat seperti itu. Hanya Reglus yang mengetahuinya, mengetahui kebaikan dan ketulusan sang sahabat dalam membantunya.      Sahabat.  Mereka akan sangat berguna ketika seseorang tengah dihadapi oleh sesuatu hal yang amat menekannya, mereka akan menjadi penenang ketika seseorang tengah dilanda rasa amarahnya, mereka akan menjadi sebuah informasi ketika seseorang tengah berada dalam kebingungannya, mereka akan berubah menjadi jawaban jika seseorang tengah berada dalam kebimbangannya dan menjadi penguat ketika seseorang tengah berada di dalam rasa keraguannya. Itulah sahabat sejati yang sesungguhnya, dan aku berterimakasih karena mendapati sahabatku yang seperti itu saat ini. Takkan pernah kulepaskan dan takkan pernah kubiarkan seseorang mengganggunya.  Untukmu, dariku yang begitu kau pahami.  -Reglus Muller-  To Be Continue
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD