tak sanggup lagi berjuang

462 Words
hari berganti minggu berlalu, kini usia pernikahan ku sudah tepat dua belas bulan, dan itu artinya, aku berjuang mencari nafkah untuk suami, sudah menginjak satu tahun lama nya. sampai pada titik ini, rasa nya lelah ku makin mendera, bahkan aku tak yakin mampu bertahan. di sa'at aku berniat meninggalkan kang dardi, sa'at itu pula pikiran buruk ku muncul. bagaimana kalau kang dardi mencari ku kerumah bapak, bagaimana kalau ibu tau. apa ibu bisa menerima kenyataan kalo anak nya kabur dari rumah suami nya . bagaimana kalau ibu jadi sakit karena ulah ku. Oh ya allah tolong beri hamba jalan, agar bisa keluar dari masalah ini, aku meratap dalam hati. rasanya aku sakit, tapi tak berdarah juga tak terlihat, bagaimana cara mengobati nya. rasanya aku tak sanggup lagi berjuang. aku berusaha mengobati kegelisahan ku selama ini dengan pikiran yang positif. namun rasanya semakin berat. sampai pada suatu sore aku memberanikan diri untuk bicara pada kang dardi, lebih tepatnya memberi pilihan. "kang! " "ya " "apa akang tidak berniat memberi nafkah untuk ku " "rindu tau kang, rindu memang bukan wanita yang cantik seperti gadis kota yang sering akang lihat, tapi tidak begini caranya kan, " aku berucap dengan berlinang air mata, tak kuasa menahan rasa yang semakin sesak di d**a, teramat sakit rasanya, hingga seluruh tubuh ku bergetar. kemudian aku mencoba mengumpulkan tenaga untuk bicara, ku hela nafas ku kasar dan berkata, "antarkan aku pada orang tua ku kang atau akang yang pergi dari sini dan jangan kembali, " "karena aku sudah tak sanggup lagi berjuang untuk menafkahi mu kang ", "pergi lah kang, aku iklas, atau kembali kan aku pada ibu dan bapak, " "karena aku rasa lebih baik kita pisah ". kang dardi tertegun, namun aku makin tak kuasa menahan sakit dan perih yang kurasakan, aku makin menangis meraung raung, hingga wajah ku terlihat begitu kacau. hingga aku baru menyadari begitu aku membuka mata, aku sudah berada di kamar, ntah apa yang terjadi, aku merasa tiba tiba sa'at aku menangis tadi pandangan ku menggelap. lelah rasanya hati ku menahan sakit yg semakin hari semakin menganga. kang dardi hanya melihat ku dengan wajah datar nya. tak ada rasa kasih dan cinta layaknya seorang suami pada istrinya, apa lagi rasa iba. lalu aku bangkit dari tempat tidur dan duduk menyender. "kang,, apa keputusan mu sekarang ?" "ga usah aneh aneh, sudah kamu tidur saja, akang mau pergi, ada pekerjaan di perkebunan. " katanya sambil berjalan keluar kamar tanpa berniat sedikit pun untuk memberikan keputusan apa pun pada ku. seperti ini lagi, yang ahirnya aku terpaksa menafkahi nya lagi dan lagi , ntah sampai kapan nasib ku akan seperti ini, apa aku harus bilang pada orang tua ku, ah tapi aku tak tega, lalu aku harus bagaimana, ya allah semoga ini ada jalan keluarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD