tak terasa kini setatus ku sudah berubah dari seorang gadis menjadi seorang istri. sekilas tak ada yang aneh dengan sikap kang dardi, namun rasa nya aku jadi bingung.
seminggu sudah aku menjadi istri nya tapi tak pernah sepeser pun kang dardi memberikan nafkah lahir padaku.
bahkan aku sampai harus jualan makanan keliling kampung untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga ku, aku malu kalau harus bergantung sama ibu dan bapak untuk menafkahi kami, bahkan ibu pun ga pernah tau kalau aku belum juga di nafkahi.
satu bulan sudah berlalu ,kini aku mulai tak tahan lagi untuk bertanya pada suami ku,
"kang,? "tanya ku sedikit ragu,
"ya rin, ada apa? "kang dardi terlihat bingung karna aku terdiam setelah nya ,
aku pikir ini sa'at yang paling tepat untuk bicara, karna aku pun sudah mandi dan bersiap untuk istirahat, ada baiknya kita ngobrol dulu.
"kang,. kita kan sudah suami istri "
"lalu "
"kenapa akang belum juga ngasih uang belanja buat kebutuhan kita,? saya malu kang kalau untuk makan pun harus ngandelin ibu sma bapak ",tambah ku panjang lebar.
kang dardi terdiam .
"nanti kalau akang sudah kerja pasti kasih kamu uang ",jelas nya sambil memeluku dari samping, kang dardi memang selalu seperti ini kalau sedang berdua dengan ku di kamar, hehh manis memang ,membuat aku selalu terbuai.
"memang akang mau kerja apa l" tanya ku penasaran.
"yaah, apa aja lah yang penting bisa kerja trus dapet uang "jawab nya sambil menghela napas perlahan.
sejenak aku berpikir untuk berusaha mengerti keadaan, mungkin kang dardi sedang berusaha untuk mencari nafkah, karna aku tidak tau apa saja yang di lakukan kang dardi kala aku tak ada di rumah.
"ya sudah ya rin kamu kan cape, harus istirahat ya, jangan terlalu larut "bujuk nya sambil membaring kan tubuh ku di kasur, dan aku pun menurut saja, ya aku memang lelah.
samar ku dengar suara adzan di musolah sudah mulai berkumandang, gegas aku keluar kamar menuju kamar mandi untuk membersih kan diri, setelah itu baru aku membangunkan kang dardi untuk solat subuh berjama'ah.
aku pun kembali ke kamar setelah mengambil wudu, perlahan lahan aku menggoyahkan tubuh nya sambil ku panggil panggil ,"kang,.. kang..! "
"ada apa rin,? akang masih ngantuk "
jawab nya sambil mengucek matanya.
"sudah masuk waktu subuh kang, ayo kita solat dulu "
"rindu duluan ya, akang masih ngantuk "
"tapi kang ",baru saja aku mau melanjutkan bicara kang dardi sudah tertidur lagi, ya sudah lah aku tak berani membangun kan nya lagi.
ahirnya aku solat sendiri di kamar.
tepat pukul enam pagi aku sudah ber ada di rumah tetangga ku untuk mengambil dagangan nasi kuning buatan tetangga ku itu ,lalu aku bergegas keliling untuk berjualan .
ku tawarkan dagangan ku pada setiap rumah rumah yang selalu menunggu ku untuk mampir.
lumayan lah kalo untuk makan hari ini aku rasa cukup. itu yg selalu menyemangati ku sepanjang hari.
"rindu...! masih ada nasi kuning nya? "
"Oh iya, masih, ada dua bungkus lagi, emping nya juga masih ada ini teh"
tawar ku pada pelanggan yang biasa membeli makanan untuk sarapan pada ku.
"Oh.. iya mau dua nya? "
"yah teh, tinggal satu "
"ya udah ga papa lah satu juga ", jawab si teteh sambil menghela napas nya.
kemudian aku pergi setelah menerima uang dari pembeli tadi, dan tidak lupa Ku ucapkan terima kasih pada nya.
tak terasa hari mulai menunjukkan waktu ashar, dagangan ku pun sudah habis terjual.
sampai di depan rumah aku di sambut ibu dan bapak yang sudah pulang lebih dulu, "aslm mu alkm! "ucap ku memberi salam, kemudian mencium punggung tangan ibu sma bapak, lalu aku melirik kanan kiri, aku merasa ada yang aneh kemana kang dardi, biasa nya ia ikut menyambut ku di depan pintu.
"kamu cari suami mu ya nak, " tanya bapak padaku, kemudian aku mengangguk.
"tadi dia pamit sama bapak dan ibu, katanya di suruh kekota ada yang mau bertemu "terang bapak kemudian.
"ooh!. ." entah mengapa aku merasa ada yang hilang dalam hati ini, di sa'at suami ku pergi tanpa pamit pada ku, ntah apa yang ku rasakan, marah, heran, kesel, kangen, juga cemas jadi satu.
ya cemas, kalau dia kenapa kenapa di jalan, takut dia ada masalah dengan keluarga nya, takut dia tidak kembali pada ku, tanpa terasa air mata ku mengalir begitu saja tanpa bisa di tahan.
suara angin yang kencang menyibak ranting ranting pohon menimbulkan suara yang gaduh, seolah menggambarkan keadaan hati ini yang tak menentu, ku pandang jendela kamar ku yang asik beradu, membuat Ku nggan menutup nya ,ku biarkan saja begitu.
ya allah baru satu hari dia pergi, aku sudah seperti ini, bagaimana kalau dia benar benar meninggalkan ku .Oh ya ampun kenapa aku jadi selebay ini, mungkin karena aku terbiasa tidur dalam pelukan nya.
sudah pukul dua dini hari mataku pun mulai lelah dan perlahan menutup mata, hingga jendela yang terbuka pun tak ku hiraukan lagi dan aku mulai memasuki alam mimpi .
"rinduuu...! bangun nak, kamu hampir melewatkan waktu subuh nak, ayo bangun! " teriakan ibu di balik pintu membangunkan tidur ku yang lelap.
"i.. iya bu "jawabku gugup karena shok, aku tidak terbiasa bangun kesiangan, gegas aku keluar kamar menuju kamar mandi, ibu yang berdiri di dekat pintu pun terheran heran, melihat kamarku masih berantakan dan jendela dalam keadaan terbuka.
"kenapa kamu biarkan jendela kamar mu terbuka rindu, angin pagi ini masih sangat dingin, nanti kamu masuk angin nak! " ibu memperingatkan ku, namun tak sedikit pun aku berniat menjawab nya.
"ayo bu kita solat "ajak ku pada ibu.
"solat lah nak ibu sudah selesai "
"salah nya kamu juga, bangun kesiangan"jawab ibu tersenyum .
setelah selesai solat, aku mulai membereskan tempat tidur, setelah itu, aku membantu ibu memasak di dapur.
ku lihat bapak sudah di ruang tamu dengan secangkir kopi di meja.
"hari ini ibu ikut ke kebun ya bu " tanya ku membuka percakapan.
"memang kenapa, tumben tanya begitu "
"ng.. ngga bu, cuma rasa nya sepi aja bu dirumah " jawab ku ragu.
"ibu tau!. pasti kamu kangen kan sama suami mu? " ucap ibu sambil mengedipkan sebelah mata nya, sengaja menggoda ku.
"iih... ibu apa an siih!? "tambah ku malu.
malu rasa nya ibu tau kalau aku meridukan nya.
"rindu ! baik baik di rumah ya, siapa tau suami mu pulang hari ini !" bapak berpesan.
"ya harus lah, soal nya ada yang kangen nii " ibu sudah mulai suka menggoda ku.
aku sebel kalo udah gini deh .
"ya sudah pa nanti keburu siang, rindu juga mau jualan " buru buru aku masuk agar tidak terus di goda oleh ibu.
aku masuk kamar untuk mengambil tas ku, kemudian keluar untuk mengambil dagangan dirumah tetangga seperti biasa, tak lupa ku kunci pintu rumah ku agar tidak memicu orang berbuat kejahatan.
ku susuri jalan dengan menggendong dagangan ku, karena aku memang tidak memiliki kendaraan apapun.
tak terasa hari beranjak siang, aku masih dengan semangat menawarkan dagangan ku .
tak sadar aku melirik ke kanan jalan, sekilas ku lihat ada seseorang yang tak asing bagiku, turun dari angkutan umum.
perlahan kedua sudut bibir ku terangkat keatas dan ku sebut satu nama,
"kang dardi... " pelan aku berucap namun seperti magnet yang bertemu dengan logam, kang dardi menoleh ke arah ku dan tersenyum.