tanpa menghirau kan jalan aku berlari ke arah sebrang jalan, ingin segera memeluk suami ku yang baru saja turun dari angkutan umum, untuk segera meluapkan segala rasa yang ada di hati ku.
tanpa sadar aku langsung berhamburan memeluknya di pinggir jalan ,dan suami ku pun mebalas pelukan ku. ups,
"ma.. ma'af kang " dengan rasa malu aku melepaskan pelukan ku kemudian tertunduk.
bodoh sekali aku baru menyadari begitu banyak orang yang melihat ku dengan heran, ada pula yang mencibir, "pacaran ko di pinggir jalan, ga tau malu, mana sama om om lagi, ihh ",jelas sekali ku dengar mereka mencibir ku.
"ga papa rin, ga usah di denger omongan mereka, sini akang peluk lagi " kang dardi malah semakin erat memeluku dengan senyuman yang mengembang .
padahal aku malu sekali sampai sampai pipi memerah seperti tomat. hh.
"ayo pulang, akang udah laper nih " ajak kang dardi sambil mencolek pipi ku yang sudah sangat merah karna malu.
*prov dardi *
setelah seharian aku berbincang dengan teman ku, yang menawariku pekerjaan untuk ku, dia mengajak ku menjadi patner bisnis nya di perkebunan yang ada di kampung tempat tinggal istriku.
aku hanya bertugas mengawasi para pekerja dan mengotrol hasil panen.
yah aku pikir dari pada aku jadi pengangguran ada baik nya kuterima saja tawaran nya itu.
dan kini aku sudah menuju jalan pulang, tak sabar rasa nya aku untuk sampai di rumah lalu menikmati masakan istriku, sepertinya aku sudah mulai kecanduan masakan nya, terbukti dari aku sampai di kota hingga aku akan kembali lagi terhitung aku hanya makan satu kali selama sehari semalam.
perjalanan ku aga sedikit jauh, karena aku berangkat dari pukul lima pagi aku baru sampai setelah waktu dzuhur. uh lelah nya.
baru saja aku sampai dan turun dari angkutan umum yang ku naiki, seolah ada magnet yang menggerakan arah pandang ku ke sebrang jalan, dan kulihat istri ku sedang menatap ke arah ku,
aku pun refleks menyunggingkan senyum ku. aku baru kali ini melihat istriku begitu berbinar melihat ku.
ia berlari menghampiri ku yang baru saja turun dari angkutan umum, kemudian tanpa ku duga dia tiba tiba memeluku dengan erat seolah menunjukn kalau ia sangat merindukan ku.
lalu tiba tiba saja ia terperanjat dan melepaskan pelukan nya dengan rona wajah yang memerah, sepertinya ia baru menyadari kalau ini di pinggir jalan, lalu ia berkata "ma.. ma'af kang " Oh ya tuhan sungguh jantung ku berasa berdetak lebih cepat melihat wajah nya yang memerah karena malu, sungguh aku tak perduli omongan orang yang sengaja mencibir kami karena berpelukan di pinggir jalan, lalu aku kembali memeluk nya dengan erat agar dia tau bahwa aku tidak masalah dengan semua itu .
lantas ku ajak saja dia pulang sambil ku genggam erat tangannya.
selama ini istri ku tak pernah bersikap mesra pada ku, hingga aku berpikir dia belum mau menerima ku sepenuhnya, hingga aku tak berani meminta hak ku sebagai suami, aku hanya memeluk nya sepanjang malam karena saat aku memeluk nya ia hanya diam saja tanpa bereaksi apa pun, kalau aku meminta nya aku takut tiba tiba dia lari jauh dari ku, hingga aku sulit menjangkau nya.
sesampainya di rumah aku langsung membersihkan diri di kamar mandi, sambil menunggu istriku menyiapkan makanan untuk ku.
setelah selesai aku mengganti pakaian ku dengan pakaian santai lekas aku menuju ke meja makan untuk bersiap menyantap hidangan yang di masak oleh istriku. hemmm yaumi.
"kang "
"ya "
"apa akang lapar sekali? " tanya nya pada ku karena merasa heran, dia baru melihat aku makan seperti orang kelaparan, antara enak dan lapar jadi satu.
kemudian aku terdiam, lalu menyengir seperti kuda. "ma'af rin akang lapar sekali " jawab ku dengan rasa malu.
"apa akang tidak diberi makan di sana? "
tanya nya kembali menyelidik.
"di kasih rin, cuma akang tak berselera, akang lebih suka masakan kamu, jadi akang baru makan sekali di sana "
jelas ku panjang lebar.
"astagfirullah,!.. akang bagaimana kalau akang pingsan di sana, siapa yang akan merawat akang disana, jangan lagi lagi ya akang begitu " ucap nya mengomeli ku, baru kali ini istri ku bicara panjang lebar, dan berani mengomeli ku. tapi aneh nya aku malah senang dibuat nya.
getaran itu, bahagia itu, apa mungkin ini cinta, ntah lah aku masih belum bisa menyimpulkan.
tak terasa hari mulai gelap, aku pun melakukan ritual ku yang baru semenjak aku punya istri aku jadi lebih sering ibadah dan selalu berharap pada sang pencipta ,setelah selesai solat aku mulai memasuki kamar, untuk menemui istriku yang sudah menunggu ku di kamar.
perlahan ku buka pintu kamar agar tidak mengganggu ,takut kalau istriku sudah terlelap, dan aku tak tega membuat nya terjaga, kasian dia udah cape seharian berjualan.
'rin ma'af kan akang ya sudah buat kamu kesusahan 'bisik ku dalam hati sambil ku peluk tubuh nya yang kecil, karna memang dia masih sangat muda, jauh sekali bila di banding kan dengan usia ku. aku memang layak jadi om nya. Heh kadang aku jadi minder.
ntah kenapa tiba tiba dia balik memeluku erat dan mengusel di d**a ku, membuat gemuruh di d**a ku makin kencang tak menentu, ada rasa yang aneh menjalar di tubuh ku.
lama semakin lama aku tak tahan lagi untuk mengecupi wajah nya yang imut, tak henti aku mengecupi wajah nya kemudian lehernya sambil ku tahan tengkuk nya agar tetap menempel pada ku, melihat reaksi nya yang seperti nya tak menolak setiap sentuhan ku, hasrat ku makin membara. oh ya tuhan rasa apa ini hingga aku tak dapat menahan nya.
perlahan rindu mulai mendesah karna sentuhan ku, dan tanpa aku meminta izin pada nya aku mengambil hak ku sebagai suami, dan aku melakukan nya hingga beberapa kali, dan rindu masih terus menerima nya tanpa penolakan, hingga aku sendiri kelelahan dan tertidur sambil kupeluk tubuh nya yang hanya ku tutupi dengan selimut, aku takut dia kedinginan.
suara adzan sudah berkumandang, namun dua insan yang masih dalam selimut seolah nggan untuk bangun ,namun karena sudah terbiasa bangun subuh ahirnya rindu pun terbangun, perlahan rindu mebuka selimut yang tengah menyelimuti nya.
"aahh..! "teriak nya setelah ia menyadari kalau tubuh nya dalam keadaan polos, ternyata ia melupakan sesuatu yang semalam di alami nya.
perlahan rindu memunguti baju nya yang bercecer di tanah ,kemudian mengenakan nya, sebelum keluar kamar ia tak lupa membawa baju ganti untuk di kenakan nya setelah mandi.
"awh...! ups.., perih sekali " ucap nya sambil menahan rasa yang ada di bagian inti tubuh nya .
karena rindu terus ngedumel, hingga dardi pun mendengar nya ,
"rin..! perih ya, ma'af, akang kebablasan,; ma'af ya? "ucap dardi merasa bersalah .
"ga papa kang "
"mau akang gendong ,biar ga sakit "
"ga usah kang "aku malu "
rindu menunduk malu.
kemudian buru buru keluar menuju kamar mandi dan di ikuti suami nya dari belakang yang juga sudah siap dengan baju ganti nya.
Acara nya mandi nya ngantri ya kaya di toilet umum, ga bisa bareng soal nya malu ketauan sama pa udin dan bu nia. hahahhhhh