terluka namun tak terlihat (beban hidup)

1236 Words
Awal sebuah kisah angin bertiup perlahan menyapa senja yang semakin larut, aku duduk termenung memikirkan keputusan yang baru saja ku sampai kan pada bapa dan ibu, untuk menerima lamaran pria yang baru saja ku tau namanya. aku hanya ingin menikah agar beban orang tua ku berkurang, dengan aku menikah setidaknya ibu dan bapak tidak perlu lagi menafkahi ku, tak sadar aku menangis dalam diam, entah kenapa aku merasa sedih dan air mata ku mengalir begitu saja, tenang rindu kamu pasti akan bahagia dengan nya, hanya kata itu yang ku semat kan dalam hati untuk menenangkan pikiran ku yang bimbang, "rindu sedang apa di sini na? "suara ibu membuyarkan lamunan ku, ya ibu yang sangat lembut dan penyayang, sehingga aku tak kuasa mengabaikan harapan nya untuk melihat aku menikah, "tidak sedang apa apa bu "jawabku buru buru karna kaget dan lekas saja ku usap air mata ku, hawatir ibu tau aku menangis. "sudah hampir malam na, nanti kamu masuk angin, ayo masuk "ucap ibu sambil setengah memeluk ku, ibu memang selalu seperti ini, membuat aku selalu merasa nyaman . kemudian aku menuruti nya masuk kedalam rumah yang selalu ku anggap surga dunia Ku. rumah yang memiliki dinding dari anyaman bambu namun selalu membuat Ku hangat. sekilas kulihat bapak masih duduk di kursi yang berada di ruang tamu, 'mengapa bapak belum istirahat di kamar 'ucap ku dalam hati, ya aku tak berani bertanya pada bapak walau pun ada sesuatu yang aneh menurut ku, karna biasa nya bapak selalu masuk kamar pas waktu isya dan tidak keluar lagi karna lelah seharian bekerja jadi langsung tidur. yah itulah bapak yang selalu aku segani dan hormati selama hidup ku, bahkan untuk menatap wajah nya pun aku tak berani. "rindu tidur lah na kamu harus istirahat !"ibu yang menyadari sikap ku, kembali mengingatkan ku. gegas ku langkah kan kakiku menuju kamar. perlahan ku rebah kan tubuh ku yang lelah di dipan tempat tidur ku sambil berusaha ku pejamkan mata ini agar cepat tidur. malam semakin larut, tak terasa aku sudah mulai masuk ke alam mimpi. sayup sayup ku dengar lantunan suara adzan berkumandang dari kejauhan, karna memang jarak musholah dan rumah ku sangat lah jauh. gegas aku keluar kamar untuk membersihkan diri, karna memang di rumah ini hanya memiliki satu kamar mandi yaitu di sebelah dapur yang letak nya di ruangan paling belakang. ku lihat ibu sudah bersiap untuk menunaikan kewajiban nya pada sang pencipta, buru buru aku memasuki kamar mandi agar tidak ketinggalan solat berjama'ah dengan ibu. setelah ritual bersih bersih ku selesai lekas aku menyusul ibu ke ruang kusus untuk kami sekeluarga melakukan ibadah, sedang kan bapak selalu berjama'ah di musholah . pagi mulai beranjak siang bapak sudah di ladang dengan berbagai macam senjata nya untuk meringankan pekerjaan nya menanam cabe, ibu pun turut serta membantu, aku hanya bertugas mengantar makanan dan minuman untuk ibu dan bapak selama di kebun dan bebenah rumah agar ketika ibu dan bapak pulang rumah sudah bersih dan rapih kembali. aku berjalan menyusuri jalan yang turun naik karna ladang bapak yang berada di balik pegunungan dan sawah . aku pulang melewati rumah rumah yang terlihat agak berjarak ,karna ini memang perkampungan yang jauh dari kota. samar kudengar suara yang sangat gaduh dari salah satu rumah yang ku lewati, ternyata ada sepasang suami istri yang sedang ribut. semakin lama suara itu semakin jelas terdengar, "kamu tau kang betapa aku terluka hidup dengan mu "ucap si istri "luka yang tak terlihat, karna akang sangat pandai menyembunyikannya, kenapa kang?, kenapa aku harus menanggung beban hidup seberat ini,? apa salah ku kang...? "ucap sang istri itu sambil bersimpuh dan menangis meraung raung meratapi hidup nya, namun suami nya dengan santai pergi begitu saja meninggalkan sang istri. tak terasa air mata ku ikut mengalir menyaksikan drama yang begitu memilukan di samping kiri jalan yang ku lalui. 'ya allah apakah suami ku kelak akan seperti suami nya, yang tidak memiliki rasa iba melihat istrinya begitu tertekan, ya ada luka ,terluka namun tak terlihat, itulah beban hidup yang sesungguhnya. 'kata ku dalam hati. gegas saja ku percepat langkah ku agar segera sampai di rumah, ingin rasanya ku luap kan kebimbangan di hati ini dengan menangis sekencang kencang nya di kamar ku agar tak bisa di lihat orang lain. "Asalam mu alaikum "tiba tiba saja aku mendengar se seorang mengucap salam ketika kaki ku baru memasuki pekarangan rumah. "wa.. wa alaikum salam "jawab ku terbata karna kaget karna kadatangan nya yang tiba tiba, ya dia calon imam ku yang datang tiba tiba orang yang sa'at ini sedang berada dalam pikiran ku, pikiran yang penuh dengan tanda tanya. "apa kau habis menangis rindu?, apa yang membuat mu sedih? "tanya nya penuh rasa hawatir. "ti. tidak kang, kenapa akang datang tiba-tiba? "jawab ku mengalih kan omongan . "duduklah di sini dulu akang mau ngomong sama kamu! "titah nya pada ku kemudian aku menuruti saja apa katanya yang menyuruh ku untuk duduk di samping nya, di kursi panjang yang ada di depan rumah. "ada apa kang ?"tanyaku penasaran . "besok akang mau kekota, untuk bertemu dengan keluarga akang, dan meminta mereka untuk mempersiapkan pernikahan kita minggu depan " deg, tiba tiba saja jantung ku berasa berhenti berdetak bibir ku kaku pikiran ku kacau berbagai tanya muncul di otak ku. 'ya allah apa yang harus ku lakukan 'ucap ku dalam hati tanpa tau apa jawban nya pernikahan ku makin dekat, tinggal menghitung hari namun mengapa hati ini masih bimbang ya allah. aku tak henti berdo'a, agar aku di beri keyakinan dalam hati ini agar tidak goyah. tak terasa hari beranjak sore, setelah kepergian kang dardi tadi aku bergegas untuk menyiapkan makanan untuk mengisi perut seisi rumah setelah lelah seharian beraktipitas, ahirnya bapak dan ibu pun tiba, lalu aku bergegas menyambut nya . "Asalam mu alaikum! ". "wa alaikum salam "jawab ku sambil aku mencium punggung tangan ibu sma bapak. "bu! " panggil ku lirih ,lalu ibu pun menghampiri ku. "ada apa neng? " ibu yang mendengar panggilan ku mengerti apa yang ku rasakan. "batalkan jika kamu ragu na " ucap nya pelan. aku menggeleng kuat "tidak bu " berusaha meyakinkan pada ibu bahwa aku yakin dengan keputusan ku sambil ku peluk ibu erat, ku sembunyikan rasa bimbang ini di hadapan ibu agar ibu bahagia. "aku seneng ko bu, mungkin ini karena aku gugup saja " jawab ku sambil senyum yang di paksakan agar ibu tidak resah nanti nya. "Oh ya bu, kang dardi tadi kesini, dia pamit mau ke kota untuk bertemu keluarga nya di sana " aku memberi tau ibu soal niat kang dardi tadi. "oh... "jawab ibu sambil mengangguk anggukan kepala sambil tersenyum. 'apa maksudnya berexfresi macam itu 'lanjut ku dalam hati. kemudian ibu melangkah meninggalkan ku yang terdiam. sore telah sirna, malam pun tlah beranjak pagi . enam hari sudah berlalu begitu cepat semenjak kepergian kang dardi enam hari yang lalu. kini aku sedang bersama ibu ku dan tukang rias pengantin yang senantiasa sangat telaten mendandaniku. aku yang tidak terbiasa dandan terpaksa menurut saja, walau pun sebenarnya aku risi, tapi demi ibu bahagia aku harus abaikan rasa itu, karna nanti siang aku akan melakukan akad nikah dengan kang dardi. "duh.. anak ibu cantik sekali " ucap ibu penuh haru. yah hanya ada riasan untuk kedua mempelai, tak ada riasan rumah yang biasa nya di temui , di rumah yang akan menikahkan anak nya. tamu undangan pun tak ada hanya keluarga dekat saja yang ada, agar bisa menjadi saksi atas pernikahan ku dengan Kang Dardi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD