14.

1513 Words
Arkan kesal terhadap Keysa yang terus saja menolak suapan buburnya, padahal baru dua sendok yang masuk tertelan ke dalam perut Keysa. "Buka mulutmu dan makanlah, Keysa! Habiskan buburmu ini dan berhentilah membuatku marah." Arkan dengan galaknya mengintimidasi serta memaksakan kehendaknya kepada Keysa. "Tidak, aku tak mau memakannya lagi. Aku sudah kenyang," elak Keysa menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. "Kenyang dari mana, kamu ini baru menghabiskan dua sendok dan kamu bilang sudah kenyang? Ch, yang benar saja. Sudahlah berhenti menolak dan cepatlah buka mulutmu!" "Tidak mau ..." "Kamu mau terus-terusan sakit? hahh!!"Bentak Arkan dengan geramnya menyebabkan kedua bola mata Keysa menjadi berkaca-kaca. "Buburnya pahit dan rasanya enek ...." beritahu Keysa dengan nada lemah, tapi masih terdengar oleh Arkan. Arkan jadi prustasi sontak menyugar rambunya kebelakang dengan kasar menggunakan sebelah tangannya yang menganggur. "Terus kamu maunya bagaimana? Kamu mau aku menaburkan banyak gula ke dalam mangkuk bubur ini supaya menjadi lebih manis?" tanya Arkan setelah menghela nafas mencoba sabar menghadapi tingkah Keysa. "Nggak gitu juga." "Jadi?" "Aku nggak mau makan, buburnya enek itu saja," jawab Keysa dengan yakinnya membuat Arkan mengeram tak suka. "Makan, aku bilang makan! Ayo buka mulutmu Keysa ...," bujuk Arkan hampir kehilangan kesabarannya. "Tidak mau, aku enek dan aku sudah kenyang," jawab Keysa yakin dan beraninya membantah Arkan. Tak mampu menahan amarah yang mendesak untuk meluapkannya menyebabkan, Arkan akhirnya dikuasai oleh rasa marahnya. Mangkuk bubur yang tadinya dipegangnya, Arkan taruh di atas nakas dengan kasarnya... "Makan!!" Tegas Arkan tidak mau ditolak, mencengkram rahang Keysa keras agar segera membuka mulutnya kemudian menyuapkan makanannya dengan paksa. Keysa meronta tak diam saja berusaha menolak suapan Arkan bahkan berusaha memuntahkannya, tapi sayangnya Arkan lebih kuat dan menyebabkan buburnya akhirnya masuk serta tertelan oleh Keysa. "Nah beginikan bagus, kamu makan buburnya dengan baik." Arkan tersenyum puas menyeringai penuh kemenangan ke arah Keysa. "Ok. Sekarang buka mulutmu lagi, sayang. Aaa ..." bujuk Arkan dan lagi-lagi Keysa kembali menolaknya. "Ya, sudah. Baiklah, jika kamu memang tak mau memakannya, aku tidak akan memaksamu lagi, tapi jangan salahkan aku jika sampai pengobatan temanmu yang sudah jadi mayat hidup itu aku hentikan!" Arkan dengan tenangnya kembali menggunakan Syaniah sebagai ancamannya. "Kenapa sih kamu ngancem aku gini terus?" "Supaya kamu sadar dan berhenti membangkang kepadaku. Yasudahlah, Keysa. Nggak usah banyak protes lagi, sekarang makan dan habiskan buburmu." Arkan mengarahkan suapan buburnya ke dalam mulut Keysa. Lalu Keysa dengan enggannya terpaksa menerimanya dan kembali memakannya. Suapan demi suapan masuk kedalam mulutnya sampai mangkuk buburnya kosong. "Nah sekarang kamu minum obatmu." Beritahu Arkan sambil membereskan mangkuk bubur yang sudah kosong, lantas menaruhnya ke atas nakas dan beralih mengambil obat yang kemudian Arkan serahkan agar Keysa segera menelannya. Melihat hal itu bukannya Keysa segera menerimanya, Keysa malah terlihat menatap horor dengan wajah pucat pasi dan terdiam tanpa reaksi. Menyadari hal itu membuat Arkan teringat masa lalunya dulu bersama Keysa. "Ck, aku lupa. Kamu tidak bisa minum obat berbentuk Pil. jadi sekarang bagaimana?" Keysa menggeleng, "tidak tahu." "Baiklah jika kamu tak punya solusi, itu artinya kamu harus meminumnya menggunakan cara lama. Telan bulat-bulat." Keysa menggeleng pelan, "aku nggak bisa nelennya." "Aku nggak perduli, pokoknya kamu harus minum obatnya atau temanm--" "Iya-iya, aku minum," potong Keysa tak mau mendengar ancaman Arkan menggunakan Syaniah. Kemudian untuk pertama kalinya, Pil obat tersebut dengan berat hati Keysa telan. Bersamaan dengan hal itu, air matanya ikut meluncur luruh begitu saja mengalir dipipinya. "Ckck, kekanakan. Begitu saja menangis ...." ejek Arkan sambil menilap tangannya sambil terkekeh lucu menyaksikan Keysa menangis cuma gara-gara ia paksa minum obat. "Kamu jahat, hiks-hiks ..." "Iya aku tahu." Arkan beralih mendengus menatap datar Keysa seolah tak tersinggung sama sekali dengan ucapan Keysa. "Aku tahu aku jahat dan kamu lemah tak mampu berbuat banyak bahkan jika itu cuma menyangkut masalah ibu tirimu. Ckck, bahkan kamu cukup sangat bodoh dan mudah sekali ditipu olehku. Bisa-bisanya kamu membubuhkan tanda tanganmu pada berkas yang kamu sendiri tidak tahu mengenai apa isinya," lanjut Arkan merendahkan Keysa. Keysa yang tadinya menangis akibat kepahitan yang ditinggalkan oleh obat berbentuk Pil dalam mulutnya, kini memikirkan kalimat hinaan Arkan kepadanya. "Lalu jika kamu tahu aku bodoh kenapa masih menikahiku, kenapa masih sangat menginginkan aku sebagai milikmu? Kenapa Arkan ..." Arkan menyunggingkan seulas senyuman devil-nya sambil menatap lurus ke arah dua bola mata Keysa. "Untuk membalaskan sakit hatiku atas penghinaanmu beberapa tahun lalu," Enteng Arkan sengaja menahan kalimatnya untuk menikmati raut Keysa yang kaget tak menyangka ucapannya. "Kenapa, kamu kaget, Key? Kamu tak menyangka bahwa pria yang pernah mencintaimu sampai tingkat obsesi bisa berpikiran demikian!! Atau sekarang kamu mau mengataiku kekanakan, berengsek, b******n juga cuma lelaki bekas wanita jalang, hhmm ... silahkan saja. Tapi setelah itu kamu akan tau rasanya ke--" "Kehilangan Syaniah? Aku akan kehilangan sahabatku Syaniah hanya karena kesalahanku telah berani mengataimu?!" Arkan mendengus sambil menatap Keysa kembali datar, "sepertinya kamu kini telah mengetahui konsekuensinya jika melawanku, jadi aku harap kamu menurutlah." Setelah mengatakannya Arkan menarik selimut untuk Keysa sambil membantunya berbaring dengan baik di atas tempat tidur. Sedangkan Keysa yang tak ingin berdebat lagi hanya pasrah membiarkan Arkan memperlakukan dirinya dengan semaunya. Tak lama kemudian Arkan pun keluar dari kamar membiarkan Keysa bisa beristirahat dengan baik, tak lupa juga membawa serta piring kotor bekas makanan serta minum Keysa. Keysa menatap langit-langit kamar merenungi kalimat Arkan yang membuatnya kecewa. Sebenarnya Keysa berharap saat menanyai kenapa Arkan masih menikahinya, jawabannya masih sama dengan beberapa tahun lalu saat pertama kali pria itu berambisi menikahinya. "Karena aku sangat menyukaimu sampai taraf obsesi, Keysa Ayunda Panditha. Aku sangat menyukaimu sampai setisp kali kita berjauhan, aku selalu merindukanmu." □ □ □ Arkan terdiam cukup memakan waktu didepan pintu kamar setelah menutupnya dari luar. Arkan seakan berat melangkahkan kakinya menjauh dari kamar itu meski setelah beberapa saat kemudian Arkan pun melangkah pergi dari sana. "Harusnya juga kamu tidak menghinaku hari itu, mungkin hari ini cerita kita akan berbeda Keysa." . Flashback! Arkan sedang menatap cincin yang baru saja dibelinya menggunakan tabungannya. Arkan begitu bahagia melihatnya, sebab Arkan sudah tak sabar memasangkan cincin tersebut ke jemari mungil kekasih hatinya, Keysa. "Ckck! Baru juga pacaran lima minggu kamu sudah mau main lamar saja. Segitu bucinnya kamu pada Keysa ..." ejek Adien menghampirinya sambil menepuk pundaknya. "Dari padaloh, memberi harapan tanpa kepastian. Mengatakan cinta pada semua cewek, tapi enggak modal. Duit Papa yang dikasih jajan loh kemanain? Sampai buat jajan doang pacar loh yang bayarin?" "Kepo, loh!" Arkan mengangkat bahunya sambil beranjak, "terserah loh saja, gue gak peduli. Tapi nanti malam tepat di acara perayaan ulang tahun perusahaan papa, gue akan melamar Keysa, melangkahi loh lebih dulu menikah." "Dasar bucin!! Gue sumpahin loh ditolak ..." "Dasar laki-laki nggak bermodal tukang iri!! Awas aja entar gue aduin mama papa kalo loh jajan suka dibayarin sama cewek." "Kayak loh udah punya modal aja, sadar woii!! Loh itu masih SMA, belum kerja sama kek gue, sama-sama nggak menghasilkan duit." Kedua bersaudara itu terus adu debat tak ada yang mengalah sampai sang ibu yang menyaksikannya marah dan menghentikan keduanya. ***** Kini Arkan sudah berada diperayaan ulang tahun perusahaan papanya dan Arkan sudah tak sabar menantikannya. Tidak perlu heran kenapa Keysa bisa menghadiri pesta tersebut, sebab ayahnya Keysa merupakan rekan bisnis dari ayah Arkan. Setelah melihat keberadaan Keysa, Arkan dengan beraninya tanpa gugup segera naik kepodium panggung yang ada disana. Kemudian menyanyikan lagu romantis yang lanjut puisi romantis mengandung lamaran untuk Keysa. Papanya yang melihat hal itu tersenyum bangga berbeda dangan mamanya juga Adien yang mangatai aksinya lebay. Sampai akhirnya Keysa pun naik ke panggung hendak menjawab lamarannya setelah mendapat sorakan dari orang-orang agar ia segera menjawabnya. "Maukah kamu menikah denganku, setelah kita lulus nanti. Maukah kamu terus berdebat denganku sampai lelah dan tak sanggup lagi, sampai gigi-gigimu rontok tak bisa mengomeliku lagi?" Tanya Arkan sambil mengulurkan cincin hendak memakaikannya ke jemari Keysa. Namun, entah karena apa Keysa malah menepisnya dengan raut marah seolah tak suka pada perlakuan Arkan barusan kepadanya. Arkan menghela nafas berpikir mungkin Keysa sedang merasa tak siap dengan niat baiknya. Arkan pun berusaha memahami Keysa. "Kenapa kamu mau aku menikah denganmu?" "Karena aku sangat menyukaimu sampai taraf obsesi, Keysa Ayunda Panditha. Aku sangat menyukaimu sampai ketakutan membayangkan dirimu dimiliki oleh orang lain dan karena sampai setiap kali kita berjauhan, aku selalu merindukanmu." PLAKK! Tiba-tiba saja Keysa mendaratkan telapak tangannya di pipi Arkan. Membuat semua orang yang menghadiri acara itu kaget dan menoleh. "Setelah tidur dengan banyak jalang kamu berani mengatakan bahwa kamu menyukaiku. Munyukaiku dibagian mana? Bagian yang ingin kamu cicipi sebagai mana kami mencicipi jalang-jalangmu sampai satu diantaranya hamil, hah?!!" "Apa maksudmu, Key?" Tanya Arkan kebingungan tak mengerti suasana yang terjadi. "Nggak usah pura-pura bodoh. Aku tahu kelakuan bejatmu berengsekkk!" Hina Keysa. Malam itu, malam yang awalnya penuh harapan Arkan berubah jadi malam penghinaan pada dirinnya. Keysa terus menyudutkan dirinya bahkan memberikan sebuah bukti pada Papa Arkan tentang kelakuan b***t Arkan. Padahal Arkan sendiri tak mengerti. Malam itu hancur begitu saja bersamaan dengan Arkan. Papanya yang kecewa setelah memukulnya membabi buta bersikap menjauhinya begitu pula mamanya. Bahkan dia hampir saja menikah dengan wanita tak dikenalnya yang juga merupakan wanita yang dengan yang Keysa tuduhkan sudah Arkan hamili. Andai ayah sebenarnya dari si bayi dari wanita itu tak segera datang. Flashback off
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD