"Miyabi, kenapa kamu tidak menjawab ku? Sebenarnya dari mana kamu? Dan, di mana kamu tidur semalam?" Freya lagi bertanya. Seketika itu pula Miyabi pun tersadar dari pikirannya. Lantas dia pun tersenyum kepada Freya.
"Maaf Freya, Grace, karena aku tidak pulang semalaman, aku jadi harus merepotkan kalian berdua untuk menjaga ibuku. Semalam aku ada lembur di kantor. Dan aku tidak sengaja ketiduran di sana. Dan karena aku sudah semalaman bekerja, atasanku pun mengizinkanku untuk tidak masuk bekerja hari ini. Dia memintaku untuk beristirahat saja!"
Freya dan Grace pun mengangguk-ngangguk mendengar penjelasan Miyabi. Hingga kemudian tatapan Mereka pun beralih ke wajah dan tubuh Miyabi. Begitu banyak sekali luka memar di tubuhnya. Begitu juga dengan wajahnya. Freya pun menyentuh wajah Miyabi.
"Miyabi, ada apa dengan wajahmu? Kenapa memar begini?" Tanya Freya.
"Iya Miyabi, tubuhmu juga. Banyak sekali luka. Apa yang sebenarnya terjadi?" Lanjut Grace.
Miyabi pun menundukkan pandangan mendengar itu. "Sebenarnya, yang melakukan semua ini adalah ayah tiriku. Kemarin, pada saat aku datang ke rumah sakit untuk menandatangani surat izin tindakan untuk ibuku, aku tidak sengaja bertemu dengan ayah tiriku. Dan dia memukuliku karena mendapati ketidakberadaanku di rumah sakit ini untuk menjaga ibuku. Dia pun memukuliku dengan brutal. Hingga aku luka-luka seperti ini."
Freya dan Grace pun menatap sendu ke arah Miyabi. Mereka memang tidak heran dengan kabar tersebut. Miyabi memang kerap kali mendapatkan perlakuan kasar dari ayah tirinya bahkan sejak dulu, Freya dan Grace pun tahu.
"Sebaiknya kamu laporkan saja ayah tirimu itu ke kantor polisi, Miyabi, perbuatannya itu sudah sangat keterlaluan! Kamu tidak boleh diam saja dan membiarkan itu. Karena kalau terus dibiarkan, maka dia akan terus bertindak semena-mena padamu!" Ucap Grace. Freya pun turut mengangguk.
"Aku setuju dengan Grace. Apa yang dilakukan ayah tirimu itu benar-benar sudah kelewatan, Miyabi. Sudah sepantasnya dia dihukum atas perbuatannya itu! Ini sama saja dengan kekerasan dalam rumah tangga. Dan ini bukan pertama kalinya terjadi."
Miyabi pun menghela napas gusar mendengar ucapan kedua sahabatnya itu. Dia juga sebenarnya sudah merasa lelah dengan perbuatan ayah tirinya itu. Namun demi ibunya dan kedua adiknya, Miyabi berusaha untuk terlihat lebih kuat dan tidak memperdulikan semua itu. Selama ibu dan kedua adiknya baik-baik saja, Miyabi tidak keberatan menghadapi kemarahan ayah tirinya itu.
"Sudahlah, Freya, Grace, Aku sungguh tidak apa-apa. Aku baik-baik saja. Yang penting dia tidak menyakiti ibu dan kedua adikku. Itu saja sudah cukup!" Ucap Miyabi pasrah.
"Tapi bagaimana dengan dirimu Miyabi, mau sampai kapan kamu bertahan seperti ini? Lama-lama kamu bisa mati karena terus dipukuli olehnya! Kami sebagai sahabatmu tentu khawatir dengan keadaanmu. Kami tidak mau terjadi hal yang buruk kepadamu!"
Miyabi pun memaksakan senyumnya mendengar itu. "Kalian tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku bisa menjaga diriku sendiri."
Freya dan Grace pun saling menatap satu sama lain. Mereka sungguh bingung harus berkata apa lagi dengan pernyataan Miyabi tersebut.
****
Sementara itu di perusahaan raksasanya, Leo sedang berbicara dengan Brandon. Setelah pemecatan beberapa orang karyawati yang membully Miyabi sebelumnya di perusahaannya, Leo pun meminta Brandon untuk menyeleksi kembali karyawan yang akan dipekerjakan di perusahaan mereka. Leo berharap, kejadian sebelumnya yang menimpa Miyabi tidak akan pernah terulang kembali.
"Tolong kamu seleksi lebih detail para karyawan yang mengajukan lamaran ke perusahaan kita! Saya tidak ingin kejadian sebelumnya yang menimpa Miyabi terulang kembali. Kamu harus memeriksa lebih jelas, seperti apa karakter mereka. Kalau karakter mereka seperti Susi dan Tina sebelumnya, lebih baik Jangan diterima!" Pinta Leo. Brandon pun mengangguk menanggapi itu.
"Sesuai dengan keinginan anda Pak Leo, saya akan memeriksanya kembali."
Leo pun mengangguk. Setelah itu Brandon pun pergi. Sementara Leo, dia kembali meraih benda pipih miliknya untuk menghubungi Miyabi.
Seharian tidak melihat wanita itu, tentu membuatnya begitu rindu. Andai saja Miyabi tidak sakit, mungkin Leo sudah terus mengapitnya dan membawanya kemanapun dia pergi. Atau bahkan mungkin akan menempatkannya di ruangannya, supaya dia bisa terus melihatnya.
Leo pun tersenyum kala mengingat itu. Hingga tak berselang lama panggilan itu pun diangkat oleh Miyabi.
****
Di rumah sakit, Miyabi yang saat itu masih bersama dengan kedua sahabatnya Freya dan Grace, dia pun langsung meminta izin ke toilet saat mendapatkan telepon dari Leo. Tentu dia tidak ingin, kalau pembicaraannya dengan atasan barunya yang baru saja menjadi kekasihnya itu terdengar oleh Freya dan Grace.
Setelah menutup pintu dan menguncinya, barulah Miyabi pun mengangkat panggilannya. Dia harus memastikan lebih dulu, kalau dirinya sudah aman dari pendengaran.
"Halo Pak Leo? Ada apa?" Tanya Miyabi begitu panggilan itu tersambung. Tentu dia berkata dengan sangat pelan karena tidak mau perkataannya itu didengar oleh Freya dan Grace yang berada di luar.
"Apa kamu masih di rumah sakit saat ini? Apa kamu belum kembali ke apartemen untuk beristirahat?"
Seketika Miyabi pun menghela nafas gusar mendengar pertanyaan Leo tersebut. "Belum Pak Leo, saya masih berada di rumah sakit saat ini. Saya tidak bisa meninggalkan Ibu saya sendiri, karena di sini tidak ada siapapun. Kedua adik saya tidak datang ke rumah sakit, apalagi ayah tiri saya. Semalam juga yang menemani Ibu saya adalah kedua teman saya, Freya dan Grace. Namun saya tidak bisa mengandalkan mereka terus-menerus. Mereka juga banyak kepentingan dan harus segera pergi."
Leo tertegun mendengar itu. "Kalau begitu saya akan menyuruh orang untuk menjaga ibumu di sana. Kamu kembalilah ke apartemen! Tidak perlu memikirkan itu lagi."
"Tapi,—"
"Menurut lah! Ini juga demi kebaikanmu! Kamu membutuhkan istirahat Miyabi, jangan terlalu menyiksa dirimu! Saya akan memerintahkan orang untuk menjaga ibumu di sana selama kamu tidak ada. Saya juga akan memintanya untuk terus mengawasi ibumu dan mengabarkannya kepadamu!"
"Baiklah kalau begitu. Saya akan kembali ke apartemen setelah orang itu datang. Tapi sebelum itu, tolong jangan larang saya untuk berada di sini dulu menjaga ibu saya."
"Baiklah, saya akan segera memerintahkan orang itu untuk segera datang ke sana!"
Setelah itu panggilan pun berakhir. Miyabi pun kembali ke ruang rawat ibunya.
"Miyabi, maaf sekali, tapi kami tidak bisa lama-lama lagi di sini. Kami harus segera pulang," ucap Freya.
"Iya Miyabi, sepertinya kami harus pulang dulu. Nanti kami akan datang kembali untuk berkunjung," lanjut Grace.
Miyabi pun mengangguk menanggapi itu. "Baiklah, tidak apa-apa. Kalian pulang saja. Terimakasih karena sudah menjaga Ibuku semalaman ini."
Freya dan Grace mengangguk.
"Sama-sama Miyabi, tidak perlu sungkan begitu. Kebetulan tadi malam kami memang tidak ada kegiatan. Dan saat mengetahui ibumu tidak ada yang menjaga, kami pun memutuskan untuk tinggal di rumah sakit."
Miyabi mengangguk menanggapi itu. "Untungnya ada kalian. Kalau tidak, kasihan ibu... Sherly dan Vivian juga. Entah mengapa mereka tidak ada datang untuk menjenguk Mama. Apakah mungkin Papa Wilson yang melarang mereka?"
"Sepertinya memang begitu. Sudah pasti papa tirimu itu yang melarang kedua adikmu untuk berkunjung ke rumah sakit," ucap Grace.
"Lalu bagaimana nanti kalau kamu kerja, Miyabi? Siapa yang akan menjaga ibumu?" tanya Freya.
"Mungkin aku akan meminta orang untuk menjaganya selama aku tidak ada. Karena aku juga khawatir kalau harus meninggalkan ibu sendiri di sini."
"Ya, memang sebaiknya begitu Miyabi, kasihan kalau Aunty Yumna sendirian di sini. Lebih baik kamu menyuruh orang saja untuk menjaganya selama kamu sibuk. Tapi, apakah kamu memiliki uangnya untuk membayar orang itu?"
Miyabi pun langsung gugup. "Aku masih belum menghitungnya. Mungkin aku akan mempertimbangkannya lagi..."
Freya dan Grace mengangguk.
Bersambung...