Episode 10 : Kekesalan Sarnia

1525 Words
Seperti niatnya, Sarnia memang mendatangi kantor Sasmita. Akan tetapi, pandangan Sarnia dipenuhi kebersamaan Sasmita dan Rarendra. Keduanya terus bergandengan, tak terpisahkan. Kenyataan tersebut membuat Sarnia urung dan memilih mundur, sebab yang ia butuhkan hanya berbicara dengan Sasmita, tanpa Rarendra yang bisa Sarnia pastikan akan membela Sasmita. Jadi dengan berat, Sarnia memilih berlalu dari sana meninggalkan kedua sejoli yang kompak mengenakan atasan biru dipadukan dengan bawahan warna hitam. Dan seperti dugaan Sarnia, Rarendra dan Sasmita benar-benar bahagia di atas penderitaan Suci! ****  Di mata Suci, Sasmita adalah bukti nyata betapa orang tua mereka memperlakukan anak dengan berbeda-beda. Suci sadar betapa orang tua mereka pilih kasih. Orang tua mereka lebih menyayangi Suci tanpa peduli kepada Sasmita. Tak hanya mengenai semua keperluan Suci yang selalu terpenuhi bahkan lebih, melainkan mengenai kasih sayang berikut perhatian yang justru tidak pernah Sasmita dapatkan. Bahkan meski hidup di rumah yang sama, Suci dan Sasmita justru menjalani hidup bak langit dan bumi. Sedangkan semua tingkah Sasmita yang selalu menentang semua peraturan dan kerap berbuat onar, kenyataan tersebut Suci yakini karena Sasmita kesepian, Sasmita sengaja mencari perhatian. Dan karena hal tersebut pula, Suci memberikan perhatian lebih kepada Sasmita. Suci berusaha menjadi kakak yang baik, berusaha menjadi sumber kebahagiaan Sasmita. Tanpa terkecuali, ketika lamaran Rarendra, dikira Sasmita benar-benar untuk Sasmita. Suci hanya meng-iyakannya, asal Sasmita bahagia, apalagi saat itu, Suci memiliki calon lain yang jauh lebih dari Rarendra.   Karena tanpa diketahui siapa pun, diam-diam Suci memang menerima lamaran dari pria lain yang lebih dari Rarendra, satu hari sebelum Rarendra melamarnya. Akan tetapi, pria tersebut mendadak menghilang, sedangkan Suci tak mungkin meminta Rarendra yang ia paksa menikahi Sasmita, membatalkan pernikahan mereka. Namun, tak lama setelah pernikahan Rarendra dan Sasmita, Suci yang mengetahui Sasmita justru bukan adik kandungnya dan itu dari Sarnia, dikata Sarnia, Sasmita merupakan anak dari w*************a Surono, menjadi menilai Sasmita dengan berbeda. Dan karena kenyataan tersebut pula, Suci seolah memiliki peluang, cintanya kepada Rarendra tetap memiliki kesempatan. Apalagi, Sarnia dan orang tua Rarendra mendukung Rarendra untuk berpoligami.  Akan tetapi, pada kenyataannya, semuanya justru di luar dugaan. Karena ternyata Rarendra benar-benar jatuh cinta kepada Sasmita. Sedangkan alasan Rarendra tetap menjaga perasaan Suci, tak lain karena Rarendra berusaha menjaga perasaan Suci berikut keluarga mereka, agar mereka tidak terus menyalahkan Sasmita. Kini, melihat Rarendra yang dengan telaten menyuapi Sasmita sambil sesekali menyeka air mata Sasmita, membuat Suci menyadari, tak ada pria lain yang sangat menghargai wanita, melebihi Rarendra. Dan Suci menyesal, kenapa dulu ia tergoda pria lain, sedangkan ia sudah memiliki cinta sekaligus separuh hidup Rarendra. “Jangan menyalahkan penampilan apalagi jilbabnya. Salahkanlah akhlaknya!” Sindiran sinis dari Giani, sukses mengejutkan Suci. Ternyata bukan hanya Suci yang diam-diam mendatangi kantin di sekitar perusahaan Sasmita dan Rarendra bernaung. Sebab Giani yang Suci kenal sebagai sahabat terdekat Sasmita, juga melakukan hal serupa. Suci menunduk dan sibuk menyeka air matanya menggunakan tangan kiri, dikarenakan tangan kanan menenteng bekal makanan. “Ci, kita harus bicara. Ini mengenai Mita dan Rarendra. Aku tahu ini berat, tapi aku ingin, kita sama-sama melek ke kenyataan. Apalagi aku yakin, dari dulu sampai sekarang bahkan selamanya, kamu akan tetap menjadi kakak terbaik Mita!” tegas Giani masih melirik sinis Suci. Dirasa Giani, ada yang aneh dengan Suci. Atau, karena Suci terlalu stres dengan kenyataan yang harus dihadapi? Meninggalkan Suci yang terpaksa mengikuti Giani, di salah satu meja kantin, Sasmita memang sedang terisak pilu. Itu juga yang membuat Rarendra sibuk menyeka air mata Sasmita menggunakan sapu tangan. “Sudah, Ta. Yang sudah, ya sudah. Yang penting ke depannya, kamu lebih baik. Belajar dari kesalahan sebelumnya.” “Tapi, Mas. Aku heran banget, kenapa aku bisa sebodoh tadi? Ya ampun … untung aku enggak sampai dipecat!” “Sabar, Ta. Pelan-pelan. Nanti, pulang kerja kita beli beberapa buku buat referensi kamu, ya. Biar kamu bisa lebih banyak belajar. Nanti, aku juga bakalan bantu.” Rarendra masih berusaha meyakinkan sekaligus menenangkan Sasmita. “Semua ini gara-gara aku terlalu payah. Kenapa saat meeting seperti tadi, aku justru teringat kata-kata Mamah pagi tadi?” batin Sasmita yang seketika melirik Rarendra.  “Sudah, ya, jangan nangis lagi. Tuh lihat, orang-orang terus merhatiin kita. Dikiranya pasti aku udah ngapa-ngapain kamu,” bisik Rarendra yang kemudian merengkuh kepala Sasmita dan menyandarkannya ke dadanya. “Mulai sekarang, … berhentilah jadi orang lemah, Ta. Kamu harus sukses. Kamu harus serba bisa. Syukur-syukur, kamu bisa lebih hebat dari Mbak Suci! Sudah, ya, Ta. Jangan malu-maluin lagi,” batin Sasmita yang tetap saja menangis, meski ia sudah berusaha tersenyum sambil menyeka tuntas air matanya. “Maaf, yah, Mas?” “Maaf kenapa? Katanya mau move on dan fokus ke kita?” Permintaan maaf Sasmita membuat Rarendra menatap dan memastikan wajah Sasmita. “Ya ampun, kamu nangis lagi.” “Maaf karena aku belum bisa jadi lebih baik!” isak Sasmita. Jauh di benaknya, Sasmita teringat ucapan Sarnia, pagi tadi dan itu melalui sambungan telepon nomor baru yang sempat Rarendra kira sebagai nomor mantan Sasmita. “Percaya enggak percaya, Ta. Sebenarnya yang harus Rarendra nikahi itu Suci, bukan kamu. Kamu terlalu kepedean dan mengira lamaran itu untuk kamu. Sedangkan demi kamu, Suci rela mengalah. Suci melakukannya karena Suci sangat menyayangi kamu, padahal Suci juga sangat mencintai Rarendra. Dari dulu, Suci selalu berusaha memberikan yang terbaik buat kamu, kan? Terus, ... setelah apa yang terjadi, setelah semua pengorbanan yang Suci lakukan, begini balasan kamu?” “Suci benar-benar kasih kamu semuanya. Dan coba dipikir ulang, masih kamu egois, tega bahagia di atas kehancuran Suci?” Teringat kata-kata Sarnia, Sasmita menjadi kacau dan sampai berdampak ke acara meeting beberapa jam lalu. “Memangnya Mbak Suci cinta banget, yah, ke Mas Rara? Biar bagaimanapun dan apa pun alasannya, Mas Rara kan sudah menjadi suami aku? Kesannya enggak ada laki-laki lain saja?” pikir Sasmita beberapa saat kemudian. “Kalau dipikir-pikir, Mamah kok semakin kejam, yah, ke aku? Aku terkesan anak tiri. Anak yang enggak diharapkan,” pikir Sasmita. *** Malam itu, di balik kemudi, Sarnia muda sengaja mengincar seorang wanita yang memiliki rupa bak pinang dibelah dua dengan Sasmita. Dan Sarnia sengaja mengemudi dengan kecepatan penuh, tak lama setelah Sarnia memastikan tak ada orang lain bahkan pengemudi lain, selain ia dan si wanita bernama Putri yang memiliki rupa sama layaknya Sasmita, dan saat itu tengah menyeberang menuju gang sempit kontrakan sekitar.  Ulah Sarnia sukses membuat tubuh Putri yang ditabrak, mental. Putri terkapar di sebelah got sekitar yang terbilang gelap, dikarenakan lampu jalan hanya ada di setiap pengkolan berikut lorong masuk menuju gang. Tubuh khususnya kepala Putri, perlahan menjadi berlumur darah. Sedangkan setelah sempat terlihat sulit bernapas bahkan memelotot, Putri berangsur terpejam. Di mana semakin lama, wajah berikut kulit Putri juga menjadi semakin pucat. **** “Hah!”  Sarnia terengah-engah. Ia baru saja bermimpi buruk mengenai kejahatan di masa lalu yang pernah ia lakukan. Ia dapati, Surono yang masih terlelap berselimut, di sebelahnya. “Aku bukan pembunuh … aku melakukan itu karena dia yang memulai!” batin Sarnia dengan keringat yang sudah membuat wajah, leher, berikut tubuh lainnya, basah. “Gara-gara Sasmita. Gara-gara dia kembali membuat ulah. Aku jadi mimpi buruk dan melihat wanita jallang itu lagi. Ah … ibu dan anak sama saja. Sama-sama jallang.” “Heran … si jallang itu sungguh mewariskan semua sifatnya kepada Sasmita!”  “Huh! Hari besok juga, aku harus menemui Sasmita dan memintanya untuk melepas Rendra. Apalagi dari awal, Sasmita terlalu kepedean dan mengira lamaran Rendra untuknya, padahal wanita yang Rendra dan orang tuanya lamar, Suci!”  “Bodohnya, Suci yang dari dulu baik hati dan berusaha jadi kakak yang baik untuk Sasmita, justru melepaskan bahkan memaksa Rarendra agar menikahi Sasmita, hanya karena Suci yakin, Renda merupakan satu-satunya kebahagiaan Sasmita!” Namun, tiba-tiba saja, Sarnia memiliki pemikiran lain. “Atau jangan-jangan, alasan kenapa aku kembali mimpi seperti tadi, itu ibarat … ah … iya. Jika Sasmita tetap tidak mau melepaskan Rarendra, dengan kata lain, sebaiknya aku melenyapkannya, seperti aku menyingkirkan Putri!” Sarnia yakin dengan keputusannya. Singkat cerita masa lalu mereka, pertengkaran yang kerap terjadi antara Sarnia dan Surono akibat masalah ekonomi, membuat Surono kerap menghabiskan malam di luar. Apalagi, Sarnia tipikal yang tak segan mengunci pintu atau malah mengusir Surono, jika pria itu pulang tanpa membawa uang. Kenyataan tersebut terjadi dikarenakan dulu, Surono belum memiliki pekerjaan tetap setelah mengalami PHK massal. Puncaknya, ketika Suci yang kala itu masih bayi, sakit, tapi Surono tetap pulang tanpa membawa uang. Sarnia mengusir Surono dari kontrakan. Sedangkan Surono yang muak mendapatkan perlakuan kasar dari Sarnia, menjadi terjebak kehidupan dunia malam. Surono semakin jarang pulang dan menjadi bagian dari bandar juddi. Tentunya, juddi, alkoholl, sekaligus wanita, menjadi teman akrab Surono, kala itu. Akan tetapi, pertemuan Surono dengan Putri selaku wanita yang melahirkan Sasmita, bukan di club malam Surono menghabiskan waktu, melainkan ketika Surono yang menjadi memiliki banyak uang dari kemahirannya berjuddi, berniat mengisi mobilnya bensin. Putri sendiri merupakan petugas SPBU dan kebetulan malam saat Surono mengisi bensin, berjaga seorang diri. Surono yang malam menuju dini hari itu dalam pengaruh alkohhol, tak kuasa menahan diri melihat Putri yang memiliki kecantikan di atas rata-rata, lengkap dengan gaya Putri yang sangat lemah-lembut, berbanding terbalik dengan Sarnia yang lebih sangar dari singa hutan. Dan saat itu pula, Putri menjadi korban pemerkosaaan Surono di mobil yang belum lama Putri isi bensinnya. Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD