Tidak Pernah Bahagia

1176 Words

POV Asya “Dari mana kamu dapat nomor telepon saya?” bentak Ardika ketika Kak Feeya duduk di sampingnya. “Dari mana tidak penting. Yang penting sekarang makanannya sudah datang,” ujar Kak Feeya riang menyambut menu dari pelayan. “Mas tadi pesan apa? Kamu bisa pesan lagi, Sya,” lanjutnya memberikan buku menu padaku, lalu mendekatkan spaghetti dengan campuran jamur ke arah Ardika dan membawa piring lain ke sisinya. Jelas dia tahu kalau aku tidak memakan olahan jamur. “Sebenarnya aku masih kenyang. Mas, aku tunggu di apartemen—” Aku menerjap saat Ardika meletakkan beberapa lembar uang di atas meja dan menarikku sementara Kak Feeya memanggilnya. “Mas Ardika,” pekik Kak Feeya. “Mas—” “Diam!” bentaknya padaku—menarikku terus keluar dari restoran. Aku mengikuti langkahnya meski terseok-seo

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD