3

1691 Words
Gior POV   "Kau mengenal Drew?" tanyaku pada Laura. Laura hanya bergumam mengiyakan sambil tetap menyuapi anaknya Arthur Welmingheld makan di kursi tinggi miliknya. Saat ini aku berada di dapur penthouse milik Laura dan Rush. Nama Drew yang membawaku kesini. Sedikit mengorek informasi tentang Drew mungkin akan membuat hatiku terasa lega. Drew kembali bersikap biasa malam itu, seperti tidak peduli ataupun jijik pada diriku. Mungkin hanya sebagian orang saja yang akan berpikir positif seperti pria ini. "Ceritakan tentang dia, L," paksaku, namun Laura masih sibuk menyuapi bocah bernama Arthur itu sambil mengajaknya bicara seolah anak itu akan membalas ucapannya. Bahkan Laura yang pendiam dan tenang seperti selama ini aku tahu, menjadi sangat aneh di depan anaknya. Aku menghela nafas dan bangkit berdiri, "Baiklah kalau kau sibuk, aku akan pulang saja, L," kataku pada akhirnya. Laura kemudian bangkit berdiri, membawa Arthur dalam gendongannya dan ikut mengantarku ke pintu keluar. Benar-benar wanita menyebalkan, ada apa dengan dia yang enggan menjawab pertanyaanku? "L, aku serius. Ada apa dengan dirimu sebenarnya?" Laura kini dengan enggan memanggil pengasuh Arthur, menyuruhnya untuk membawa Arthur ke kamar. Kami kini kembali masuk ke dalam penthouse miliknya dan duduk di sofa berwarna gelap pada ruang keluarga. "Seminggu yang lalu Samuel datang ke sini dan menceritakan semuanya, G," kata Laura masih dengan nada enggan. Aku mengangguk dan meminta dia untuk melanjutkan ceritanya. "Dia berkata kau putus darinya karena sudah merasa bosan dan pergi untuk mencari pengganti Sam yang lebih kaya dan mapan." Aku menatap Laura dengan tidak percaya. Benarkah Sam berkata seperti itu? Membuatku terlihat seperti jalang dihadapan sahabatku sendiri? Aku menelan ludah dengan susah payah, "Kau percaya padanya, Laura?" cicitku. Laura mengangguk lalu menggeleng yang langsung membuatku berkerut, tak mengerti apa maksud dari isyaratnya itu. "Aku sebenarnya tidak percaya, G." Aku menghembuskan nafas lega. "Tapi, Rush yang mempercayainya. Menurut Rush, jika pria menangis, itu datangnya dari hati. Dan saat itu, Rush berpendapat jika Sam jujur," lanjutnya lagi yang membuat aku merasa seperti menelan sebongkah batu. "Tapi, aku tidak seperti itu!" elakku. Laura diam tampak berpikir, "Kau juga menanyakan Drew tadi. Maksudku kau boleh mencari pria lain yang lebih kaya, tetapi bisakah jangan Drew? Dia pria baik, G." Dan aku benar-benar terpukul oleh kenyataan, Laura lebih percaya pada Sam daripada aku yang merupakan sahabatnya. Ternyata pertemanan kami sejak sekolah menengah 13 tahun lalu tidak membuatnya paham dan sadar dengan diriku. Aku tertawa miris, di umur kami yang ke 26 tahun pun Laura sebenarnya tak mengerti dengan aku. "Kenapa? Kenapa kau lebih percaya pada pria itu daripada aku? Aku mengenal Drew sebagai tetangga dan dia bersedia membantu semua masalahku! Aku tak pernah mengenalnya sebagai orang kaya seperti yang kau tuduhkan, L. Aku kecewa padamu." Aku bangkit berdiri dan mencoba berjalan menuju pintu keluar. Namun Laura segera menahan lenganku. Dia menyipitkan matanya, "Ceritakan padaku, kau bahkan melewatkan aku dan datang terlebih dahulu pada Drew. Apa sebenarnya masalahmu?" Aku pun menceritakan semuanya pada Laura tanpa melewatkan satu bagian sekecil apapun. Laura tampak kaget dan langsung memeluk diriku erat. Seolah dia dapat membagi kegundahan yang aku rasakan padanya. Memang aku tak pernah menceritakan sebab putusnya aku dan Sam. Mungkin itu juga yang membuat Laura tak memiliki perbandingan, harus percaya padaku atau pada Sam. ∞∞∞ Ketika datang ke The Boom Boom Room aku berjanji hanya minum 2 gelas cocktail. Namun, beberapa teman memaksaku untuk minum beberapa gelas lagi. Kepalaku mulai pusing diakibatkan kadar alkohol yang biasa aku minum lebih banyak dari biasanya. Mungkin aku harus mencari taksi untuk pulang ke apartemen. ∞∞∞ Drew POV "Bukankah dia tampak sexy, Drew?" ujar James sambil menyodorkan ponselnya padaku. Gambar seorang gadis bertubuh sexy yang sangat aku kenali, Gior. Sial. Sesuatu dalam diriku berdesir hanya karena melihat foto Gior yang berpose sexy. Ada apa denganku? Bahkan sangat jarang aku merasakan perasaan seperti ini. Laura pun tak bisa membuatku nyaris sesak walaupun berada sangat dekat dengannya. Sedangkan gadis bernama Gior ini sudah membuatku sangat-sangat aneh! Aku mengabaikan James dan bangkit menuju meja bartender. Mungkin sedikit lebih banyak minum akan membuat pikiranku kembali cerah dan tidak memikirkan b****g dan p******a milik Gior lagi. Seperti biasanya, sepulang bekerja aku akan mampir ke club malam. Bukan untuk mabuk, bisa dikatakan aku sangat jarang mabuk. Aku hanya bercengkrama bersama teman-temanku. Walaupun mereka melakukan aktivitas club malam sebenarnya, maksudku mabuk dan bermain dengan wanita. Berbeda denganku yang hanya menjadi penonton. Aku bukanlah seorang perjaka. Tetapi bagiku, s*x adalah sesuatu yang sakral. Aku tidak pernah melakukan s*x dengan wanita bayaran walaupun mereka merengek hingga menciumi telapak kakiku. Sekali lagi, hubungan s*x adalah sesuatu yang sakral yang hanya akan aku lakukan dengan kekasihku dan orang tertentu saja. Gior. Wanita itu yang ada dibenakku saat ini. Membayangkan tubuhnya membuatku meradang dan memutuskan minum lebih banyak dari biasanya. "Aku minta satu martini lagi!" teriak sebuah suara dari belakangku. Aku berbalik dan menemukan wanita itu di belakang sana. Duduk dengan beberapa teman wanita yang semuanya dalam keadaan mabuk. Dia bahkan terus meminta martini berulang kali kepada pelayan. Aku hanya menggeleng dan memperhatikan gerak-geriknya sambil menyesap minumanku sendiri. Awalnya, cara minum wanita ini membuatku kagum. Dia kelihatan tidak terlalu mabuk meskipun wajahnya sangat merah. Namun setelah dia bangkit berdiri, barulah aku sadar jika dia masih bisa berakting saat mabuk. Tubuhnya limbung, membuat wanita itu kembali terjatuh ke sofa. Beberapa temannya menyambut dengan gelak tawa. Dasar wanita. "Aku pikir p***s pria yang disana sangat besar," kata seorang wanita yang berada tepat di sebelah Gior. Gior dengan wajah merona mencari-cari siapa yang dimaksud oleh temannya. Gior mengibaskan tangannya, tanda tidak setuju. "Tidak, menurutku penisnya jauh lebih kecil dari milik Sam," ujarnya sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri merasa bangga. Sedangkan aku hanya mengerutkan keningku dan mendengarkan percakapan wanita-wanita ini. "Kau sudah putus dari Sam. Dan tidak ada lagi p***s besar, Gior," ujar temannya yang lain mengejek. Gior tertawa cekikikan, "Kau tidak tahu jika aku sudah menemukan yang baru." "Well, beritahu kami siapa dia, Gyorintt," perintah wanita berpakaian minim didepan Gior. "Dia seorang pria berkacamata yang tinggal bertetangga denganku saat ini, Kau tidak tahu seberapa indah tubuhnya." Sial. ∞∞∞ "Permisi, Ladies. Sepertinya malam ini Gior sudah banyak minum, dan aku akan membawanya pulang." Aku berkata kepada para wanita di meja yang sama dengan Gior. Mereka menatapku, lalu tertawa. Aku menggaruk tengkukku salah tingkah, mungkin bersikap gentle bukanlah keahlianku. Seharusnya aku tak menawarkan diri untuk membawa Gior pulang. Dan gadis ini, apa-apaan dia? Sudah terlibat masalah, dan dia kembali menambah masalah. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat padanya? Seperti membuat foto telanjangnya ketika sedang mabuk? Kau bodoh Drew! Apa pedulimu, boy? "Apa pria ini nyata, G? Dia seperti penyihir yang datang ketika dipanggil, " teriak salah satu wanita histeris. Sedangkan Gior memejamkan matanya tidak peduli. "Siapa yang kalian maksud? Pria itu tak mungkin ada disini, dia mungkin sedang membaca buku di rumah," kata Gior malas. Wanita ini benar-benar. Sepertinya dia benar-benar ingin mempermalukan aku di depan semua teman-temannya. Aku sedikit bernafas lega karena semua temannya mabuk. Dan aku harap, mereka tak mengingat malam dimana aku merendahkan harga diriku demi seorang, GIor. "Kau bodoh, G! Apa pria yang kau bilang membaca buku itu berkulit cokelat sempurna?" Gior bergumam mengiyakan. Sedangkan aku hanya menahan malu ketika dinilai seorang wanita mabuk. "Dia berkacamata dengan janggut tipis?" Gior bergumam lagi, namun masih memejamkan matanya. Dan saat itulah mata para wanita itu melebar nyaris keluar. "Bangun, bodoh!" teriak mereka bersamaan. Saat itulah Gior bangun dan langsung terkejut melihat keberadaanku, "Kenapa bisa kau ada disini, b******n?! Kau berubah menjadi penguntit!" tuduh Gior yang langsung disetujui oleh teman-temannya. Aku mencoba meredam kemarahan mereka dan langsung mengajak Gior pulang. "Well, sepertinya kau terlalu mabuk, Gior. Aku akan membawamu menuju apartemen. " Tanpa menunggu jawaban Gior. Aku segera menyeretnya menyingkir dari keramaian. Namun dia tak bisa berjalan cepat karena mabuk dan stiletto yang dia gunakan. "Kau sangat tak romantis, Drew," gumamnya yang masih bisa aku dengar. Aku berhenti dan melotot padanya. "Apa?! Aku hanya ingin bicara, harusnya kau menggendongku bukannya menyeretuk seperti ini! Kakiku akan terasa sakit esok hari." Mataku menyipit menatap wajahnya, namun dengan terpaksa menuruti permintaan gadis sexy ini. Gadis sexy ini. Kubungkukkan punggungku sedikit menyuruhnya untuk naik, namun dia kembali menggerutu walaupun pada akhirnya naik ke punggungku. "Aku tak akan bicara hal romantis lagi padamu! Kau bahkan tak mengerti artinya romantis. Harusnya gendong aku ala bridal, Drew bodoh," katanya sambil memukul punggungku. Baru saja aku ingin menuruti permintaannya, nafasnya pada leherku mulai teratur, menandakan jika dia sudah terlelap. "Kenapa aku begitu peduli padamu, Gyorintt?" lirihku. Pandangan para pengunjung tertuju padaku, beruntungnya mereka seperti tidak menyadari jika yang berada di dalam gendonganku adalah Gior yang mereka puja. Jika mereka menyadarinya, aku tak tahu apa yang akan dipikirkan oleh orang tuaku. Pastilah mereka akan langsung menyuruhku menikahi Gior karena senangnya. Sebagai anak satu-satunya keluarga Smart, pernikahan adalah hal yang paling ditunggu. Aku bersyukur mereka tidak berniat atau mungkin belum berniat menjodohkanku. Mereka sangat terbuka pada siapapun calon yang aku pilih. Setidaknya aku menyukai kebebasan yang diberikan oleh orang tuaku. Sebebas apapun aku memilih, pilihanku tidak akan jatuh pada Gior. Dia adalah wanita bermulut paling kasar yang pernah aku temui. Itu adalah masalah untuk diriku maupun orang tuaku. Semua sifatnya juga tak ada yang berada dalam lingkup nalar menurutku. Semua orang membicarakan sensasi yang dia ciptakan, di TV bahkan di Smart pun dia seringkali menjadi Highlight—sebutan untuk trending topic di Smart—yang bahkan sangat sulit menghilang. Dan semua foto sexy miliknya? Aku bergidik mengingat jika Ayahku banyak menyimpan majalah Playboy ketika muda. Dan sudah dipastikan jika beliau menyimpan foto Gior di ponselnya. Itu adalah hobinya. Aku tak ingin berbagi dengan ayahku. Masalah yang sedang dihadapi Gior juga bukan masalah yang mudah. Bagi seorang aktris sekelas Hollywood, skandal video adalah yang terberat. Dan aku tak habis pikir jika gadis ini masih tetap membuatnya bersama seorang pria pengecut itu. Membayangkan laki-laki yang memerasnya membuatku geram. Aku bukanlah seorang yang romantis ataupun gentle, namun bersikap pengecut juga bukan diriku. Memeras perempuan lemah dibalik topeng antagonis yang dia tampilkan. Sejak bertemu dengannya di lift malam itu, aku sangat tahu jika wajah Gior penuh dengan sandiwara. Sifatnya yang ingin selalu terlihat kuat bagaikan buku yang terbuka—sangat mudah dibaca. Aku terus melamuni kemalangan Gior tanpa menyadari jika kami sudah sampai di mobilku. Sedikit kesusahan ketika aku akan meraih kunci mobil yang ada di dalam saku celanaku dikarenakan kaki panjang Gior yang menggantung. Namun akhirnya berhasil. Gior bergumam sesuatu, sangat jelas ditelingaku ketika dia menyebutkan kalimat 'Kenapa tidak ada yang ingin menikahiku?' Problematika yang sangat berbanding terbalik denganku. Dia ingin menikah dan aku belum ingin menikah. Sangat bertolak belakang. Aku membuka pintu penumpang dan menurunkan Gior perlahan lalu memasangkan seatbelt padanya. Atas dorongan darimana tanganku menyibak rambutnya yang menutupi wajah. Dan bibirku tanpa bisa ditahan mengecup sekilas bibirnya. "Bagaimana caranya agar aku tidak menyukaimu?" ∞∞∞
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD