17

1234 Words
Drew POV   "Drewwww!!!! Airnya datang. Huaaaaaaa." Gior berlari menghindari ombak sambil memegangi perut buncitnya. Aku sempat berpikir jika anak kami kelak akan menyukai ombak. Mengingat Mommy-nya setiap sore selalu mengajakku untuk mengejar dan kabur bersama ombak. Sambil duduk di cafe tepi pantai ini, aku sedikit memikirkan apa yang dibicarakan oleh Gior dan Carry. Dua kakak beradik yang sudah terpisah lebih dari dua puluh tahun. Dan akhirnya aku menyadari jika sedikitpun aku tak pernah memperdulikan Gior dengan seharusnya. Bahkan aku tidak mengetahui apapun tentang keluarganya. Untungnya saat itu Dokter Gerald memberitahukan sesuatu yang tidak pernah kusangka. Tebakan jitu seorang dokter. Awalnya aku tak percaya. Namun, saat wanita bernama Carry itu muncul di rumah kami, aku sangat yakin mereka memiliki hubungan persaudaraan. "Kemarilah, G. Cumi-cumi bakar yang kau inginkan sudah siap!" teriakku dari meja kami. Dia berlari menuju ke arahku. Rambutnya sudah basah karena terkena percikan air. Dan... tubuhnya yang hanya terbalut bikini sudah berwarna cokelat sempurna. Tidak adakah hal yang lebih menyakitiku selain ini? Sepertinya aku harus mengurung Gior di rumah saja. "Ya Tuhan, ini kelihatan lezat sekali!" Dia berujar girang. Aku terkekeh dan menyodorkan sepiring penuh seafood bakar itu. "Ingat, G. Sesudah ini aku harap kau tidak merutuki berat badanmu yang naik," kataku sambil mengusap rambutnya. Dia yang tadinya ceria langsung mencebikkan bibirnya kesal. "Kau selalu tahu bagaimana membuat nafsu makanku hilang, Drew," rutuknya kesal namun tetap menyuapkan makanan lezat itu. Aku mendesah lega. Perubahan mood Gior memang kadang sangat drastis. Terkadang tertawa dan bersedih sesudahnya. Bahkan sekali waktu dia memilih untuk tidak makan karena aku mengatakan badannya mulai berisi. Namun, semua itu bisa aku atasi dengan menyebut kata kunci anak kita. Dia akan makan lahap setelahnya. "Bagaimana perasaanmu setelah bertemu dengan Carry?" tanyaku di sela-sela suapan. Dia menghentikan suapannya di udara dan mendongak menatapku. "Aku senang ... Hanya saja akan lebih senang jika aku bisa bertemu dengan Dad." Tidak ada keceriaan yang tersisa di wajahnya melainkan murung yang menggantikan. "Kenapa kau tidak tanyakan pada Carry? Maksudku mereka selama ini tetap berkomunikasi 'kan?" Dia menggeleng. "Ayahku malu mengakuiku anaknya."Tiba-tiba saja air matanya jatuh, Gior menangis. Melihat kerapuhan Gior, rasa ingin melindungiku muncul lagi. Kerapuhan Giorlah yang membawanya datang padaku. Memiliki kekasih gila, terpisah dari saudara, tidak diakui ayah, dan jauh dari ibu. Apalagi yang kau alami, Gior? Kutarik dia ke dalam dekapanku. Memeluk erat hingga tidak ada celah untuk melepaskan. Badannya mulai bergetar menandakan isak itu akhirnya datang. Dia terus menangis bersama matahari yang mulai tenggelam. Aku berharap memiliki umur yang panjang agar Gior dapat kulindungi setiap waktu. Dan kucintai setiap saat. ∞∞∞ Aku memijat pelipisku dengan perasaan kacau. Bagaimana tidak? Jika aku harus membayar kerugian sebesar dua belas juta dollar untuk menanggung kelalaian yang aku buat sendiri. Meskipun dua belas juta dollar tidak bisa membuat Smart bangkrut, tetapi tetap saja angka tersebut membuat lubang yang cukup besar bagi perusahaan. Jika membayangkan reaksi Dad, aku mungkin akan menangis saat ini. Selama Dad menjabat, belum pernah Smart mengalami kerugian hingga belasan juta dollar. Harusnya aku bangga. Tetapi tidak. Ini semua angka yang harus dibayar jika ingin Gior-ku tetap aman. Biarlah aku membayar milyaran dollar jika itu menyangkut Gior. Namun jika kerugianku disebabkan oleh Sam, maka angka tersebut sangat besar. Ya, harusnya aku membuat si b******k itu membayar semuanya. Ponselku bordering, menampilkan sederet angka yang tidak aku kenali. Mataku menyipit dan pikiranku berputar, menebak-nebak siapa yang menghubungi pada jam sibuk seperti ini. "Ya?" Aku menjawab sambungan tersebut. Tidak ada jawaban langsung pada awalnya. Hingga saat ketika aku hampir memutuskan sambungan, orang itu berbicara. "Senang sekali rasanya kita bisa berbicara seperti ini, Mr. Smart." Aku mengernyit. Jika naluriku benar, orang itu pastilah dia. "Siapa?" tanyaku pada orang diseberang. Dia terkekeh dan menjawab, "Mantan kekasih Gior. Orang yang sama dengan orang yang kau tuntut, Smart." Deg. Benar! Dia adalah Samuel. Sudah sejak lama aku menunggu panggilan darinya. Dan dugaanku benar, dia akan menghubungiku, akhirnya. Sudah bulan demi bulan berlalu. Proses hukum masih terus berlanjut. Meskipun tak ada peraturan dan landasan hukum yang jelas tentang kasus video ini. Aku masih menuntutnya dengan tuduhan pencemaran nama baik. Bagaimana tidak? beberapa kali pecundang ini berusaha menjual foto dan berita tentang Gior! Bukan untuk uang tentu saja, manusia ini sudah memiliki cukup uang meskipun aku perlahan membuatnya bangkrut. Aku berterima kasih untuk pengaruh nama Smart di dataran Amerika Serikat ini. "Apa maumu?" Dia tertawa miris. "Aku ingin kita bertemu secara pribadi. Ini tentang hubunganmu dan Gior. Bisa jadi hal ini dapat membuatmu berubah pikiran untuk memiliki hubungan dengan gadis itu. Asal kau tahu saja, aku sudah bersamanya bertahun-tahun," ujarnya seraya tertawa keras. Aku sedikit heran, kemana semua wibawa orang ini. Rush bercerita, dulunya sewaktu mereka menjalin kerja sama, Sam adalah orang yang amat berwibawa. Dan sekarang? Dia nyaris gila. "Baiklah, dimana tempatnya?" "Garden Palacé Cafe jam 4 sore ini." ∞∞∞ Aku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru cafe. Semua meja terisi. Wajar saja, jika ingin datang kesini seseorang harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Dan Sam, dia pasti sudah melakukan reservasi sebelumnya. Seorang pelayan yang membukakan pintu kembali datang menghampiriku dan bertanya masalah reservasi dan sebagainya. Aku menyebutkan nama Samuel. Orang itu mengangguk dan mengantarkanku ke lantai dua. Lebih tepatnya ke meja yang sudah ditempati oleh seorang pria berperawakan tinggi dengan wajah yang memiliki jambang tipis. Sam. Pria itu nampaknya sudah mengetahui kedatanganku. Dia mendongak dan memberi isyarat supaya aku duduk di depannya. Entah kenapa keadaan ini sedikit menyesakkan sehingga aku harus membuka kedua kancing jasku serta melonggarkan simpul dasi yang tadi pagi dipakaikan oleh Gior. "Ada apa?" tanyaku tanpa berbasa-basi. Dia tak langsung menjawab, membiarkan seorang pelayan meletakkan kopi untuk kami. Bahkan aku belum memesan. Aku langsung mengantisipasi, bagaimana jika dia meletakkan sianida di dalam kopiku? Aku tidak tahu apa yang direncanakan oleh pecundang ini. Dia menarik sudut bibirnya membentuk seringaian sebelum berkata, "Tidakkah kita berbasa-basi? Membicarakan harga saham Smart atau mata uang dunia?" Aku tidak menjawab, hanya memperhatikan pria bodoh ini mentertawakan lelucon bodohnya. Tak lama, masih dengan senyum licik, dia kembali membuka percakapan. "Kukira hubunganmu dan Gyorintt memiliki banyak pengaruh, ya. Aku yakin kau tak semena-mena memberikan bantuanmu pada gadisku yang bodoh itu." Dia kembali tertawa, "Apa yang dia berikan? Kau tidur bersamanya?" Aku tetap diam. Namun, tanganku terkepal. Sejujurnya aku berusaha untuk tidak gegabah dalam menyulut emosi. Pria ini bisa saja menuntutku karena melakukan kekerasan yang tidak beralasan. Apalagi yang bisa pecundang ini lakukan? Sekali lagi, aku tak tahu apa yang sedang dia mainkan. "Tidakkah kau menyadari jika Gior tidak mencintaimu? Coba kita buktikan. Apakah sebelum tidur dia berkata jika wanita itu mencintaimu? Pernakah dia mengatakan dengan senang hati akan melakukan semuanya, termasuk membuat sebuah video hubungan badan kalian? Dan yang paling penting, tahukah kau siapa Gior dan keluarganya?" Rahangku mengetat mendengar semua perkataan pria ini. Memang betul yang pria ini tanyakan. Tidak semua tentang Gior aku ketahui, termasuk keluarganya. Bahkan saat menangis dipinggir pantai waktu itu, Gior masih enggan menceritakan siapa keluarganya. Apakah seburuk itu membaginya padaku? Menarik nafas dalam lalu menghembuskannya. Saat ini aku berusaha untuk tampak tenang dan tidak tersulut emosi. "Terserah apa yang ingin kau sampaikan, yang jelas aku tidak akan pernah terpengaruh dengan kata-kata pecundang sepertimu. Kurasa kau hanya terobsesi pada Gior, gadisku, milikku." Raut wajahnya langsung berubah ketika mendengar kepemilikan Gior yang aku ucapkan. Memang benar, jika saat ini aku tak boleh terpengaruh padanya. Saat ini Gior adalah milikku, dan sudah pasti Gior mencintaiku. Aku bangkit berdiri dan hendak meninggalkannya. Saat sudah hampir melintasi kursinya, perkataan Sam membuatku benar-benar tercengang. "Aku mengasumsikan jika sekarang ayah Gior yang pecandu itu sudah mati. Kudengar, kau mengurung Gior hingga tak dapat melihat dan berhubungan dengan dunia luar. Lalu bagaimana dengan pengobatan ayahnya yang mantan pecandu itu? Jika sebelumnya aku yang membiayai, itu tak masalah karena aku kekasih Gior. Tetapi sekarang? Aku sudah tidak peduli lagi jika pria tua menyedihkan itu mati. Pria tua yang amat sangat dicintai Gior." Bajingan. ∞∞∞
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD