“Uncle berbohong!” seru Carlise saat dirinya duduk berhadapan dengan Daniel di ruang berlatihnya.
Ketika mode merajuk, saat itulah Carlise akan melarikan diri pada gedung berlatih yang berada di belakang bangunan utama kediaman Sequis. Tentu saja, saat ini Carlise tengah merajuk pada Daniel, karena Carlise menganggap Daniel sudah mengingkari janji yang sudah ia katakan. Carlise sama sekali tidak menganggap jika bertunangan dengannya adalah cara untuk mendapatkan apa yang Carlise inginkan. Kini, bagi Carlise Daniel benar-benar perlu dijauhi. Ke depannya, Carlise tidak akan menganggap jika dirinya pernah kenal dengan Daniel.
Carlise mengurucutkan bibirnya dan membuat Daniel yang duduk bersila di hadapannya merasa gemas bukan main dengan tingkahnya itu. “Memangnya aku berbohong di mananya, Lise? Aku sama sekali tidak mengerti,” ucap Daniel mempertanyakan sebenarnya apa yang membuat Carlise sampai berpikiran seperti itu.
Carlise menjawab, “Bukankah Uncle yang menjanjikan bahwa Uncle akan membantu Lise untuk bisa sekolah di Rusia? Lalu kenapa keadaannya menjadi seperti ini? Rasanya tidak salah bagi Lise menyebut Uncle sebagai pembohong karena kenyataannya memang begitu. Uncle sudah berbohong pada Lise.”
Daniel terkekeh. “Memangnya apa yang salah dengan itu? Aku memang menjanjikan akan membantumu untuk mendapatkan izin dari ayahmu, bukan? Dan aku sudah membuktikannya. Aku membantumu, dengan caraku sendiri,” ucap Daniel begitu santai dan membuat Carlise benar-benar kesal saat ini.
“Tapi harusnya Uncle tidak memakai cara seperti ini. Bagaimana bisa aku bertunangan dengan Uncle, itu terasa tidak masuk akan bagi Lise,” gumam Carlise dan tentu saja Daniel bisa dengan mudah mendengar apa yang dikatakan oleh gadis satu itu.
“Kenapa tidak masuk akal?” tanya Daniel.
Carlise mengangkat pandangannya dan menatap Daniel dengan tatapan penuh rasa tidak percaya. Apa Daniel bertanya karena benar-benar tidak mengerti, atau Daniel tengah menggodanya kembali? Memikirkan jika Daniel memang tengah menggodanya, suasana hati Carlise pun semakin memburuk saja. Namun, ekspresi cemberut Carlise tersebut terlihat sangat manis di mana Daniel. Rasanya, mau seperti apa pun ekspresi yang ditunjukkan oleh Carlise, itu adalah pemandangan terbaik yang pernah Daniel lihat di dunia ini.
“Karena usia kita berbeda terlalu jauh. Lagipula, Uncle pasti sudah memiliki kekasih, Lise tidak mau merebut kekasih orang lain,” ucap Carlise membuat Daniel mengernyitkan keningnya.
“Pertama, masalah usia bukanlah masalah. Malah, sosok pria yang lebih dewasa, lebih mampu untuk bertanggung jawab dan menjagamu, Lise. Kedua, aku sama sekali tidak memiliki kekasih, dan kau tidak akan merebut diriku dari siapa pun, jika kau menjadi tunanganku,” jelas Daniel sembari mengulurkan tangannya untuk memainkan ujung rambut Carlise yang menjuntai indah. Carlise membiarkan Daniel melakukan hal itu, karena sejak dirinya kecil pun, Daniel paling senang memilin helaian rambutnya seperti ini.
“Tapi tetap saja, Lise tidak ingin bertunangan dengan Uncle.” Lise tetap bersikukuh. Ia tidak ingin bertunangan dengan pria yang sudah ia anggap sebagai keluarganya sendiri.
“Memangnya kenapa kau sampai setidak ingin ini untuk bertunangan denganku? Apa kau tidak menyukaiku?” tanya Daniel.
Carlise mengernyitkan keningnya. “Memangnya kapan Lise mengatakan jika Lise tidak menyukai Uncle? Lise memang tidak senang saat Uncle bertingkah menyebalkan, ketika Uncle menggoda Lise, hingga saat Uncle menci—ekhm, intinya Lise tidak membenci Uncle, hanya saja terkadang Lise merasa kesal dengan tingkah Uncle yang menyebalkan,” ucap Carlise lalu berusaha menyembunyikan rasa gugupnya karena hampir menyebutkan kejadian di mana Daniel menciumnya. Itu hal yang sangat memalukan bagi Carlise, dan ia tidak ingin mengungkitnya lagi. Toh, Daniel juga sepertinya tidak mengingat hal itu, dan melakukannya secara spontan untuk menggodanya.
Pandangan tajam Daniel menanungi Carlise, dan hal itu membuat Carlise tidak bisa menahan debaran jantungnya yang mulai menggila. “Uncle kenapa menatap Lise seperti itu? Apa Uncle marah?” tanya Carlise.
“Tidak. Aku hanya tengah berpikir. Kau sudah tumbuh dengan sangat cepat, dalam lima belas tahun terakhir,” jawab Daniel dengan memberikan tatapan hangat yang membuat rona merah merebak di kedua pipi putih Carlise. Rasanya apa yang dikatakan oleh Daniel sama sekali tidak spesial, hanya saja entah kenapa Carlise merasa jika itu adalah pujian yang ditujukan Daniel khusus untuknya. Carlise pun berdeham.
“Tentu saja, Lise sudah dewasa sekarang. Jadi, Uncle tidak boleh lagi menggoda Lise seperti saat Lise masih kecil. Uncle juga jangan memperlakukan Lise seperti anak kecil. Jadi, tolong bantu Lise untuk meyakinkan Ayah. Lise ingin sekolah di Rusia, tetapi Lise tidak ingin bertunangan dengan Uncle.”
Daniel menarik tangannya dan menatap Carlise yang masih berusaha untuk meyakinkan dirinya jika apa yang ia inginkan adalah hal yang sangat masuk akal. Namun, Daniel sama sekali tidak akan tergoyahkan. Daniel menahan diri untuk tidak menyeringai, ia harus bisa mengendalikan ekspresinya di hadapan gadis manis ini. “Sayangnya tidak bisa. Aku sudah memberikan saran pada ayahmu. Kemarin ia bertanya apa yang harus ia lakukan atas permintaanmu itu. Ia ingin memberikan apa pun yang kau inginkan, Lise. Tapi, ia cemas jika harus melepaskanmu begitu saja di negeri asing, karena tentu saja ia dan Tante Kartika tidak bisa menemanimu,” ucap Daniel.
Carlise diam dan mendengarkan apa yang tengah dijelaskan oleh Daniel. Ini adalah salah satu sikap Carlise yang patut diacungi jempol oleh Daniel. Salah satu etika dasar menghormati lawan bicara yang sejak kecil sudah ditanamkan oleh kedua orang tuanya. “Karena kecemasannya itu, ia ingin mendapatkan seseorang yang bisa ia percaya untuk menjagamu. Jadilah, aku memilih untuk menawarkan rencana pertunangan ini. Toh, daripada ditunangkan dengan orang lain yang jelas tidak kau kenal, bukankah lebih baik kau bertunangan denganku?” tanya Daniel yang tidak bisa dibantah oleh Carlise.
Apa yang dikatakan oleh Daniel memang terasa benar. Daripada harus bertunangan dengan orang lain yang tidak ia kenal, memang rasanya lebih baik bertunangan dengan orang yang ia kenal. Namun, bertunangan dengan Daniel rasanya tidak bisa diterima begitu saja oleh Carlise. Meskipun Daniel masih terlihat sangat tampan, muda, dan tentunya hot, tetapi tetap saja rasanya Carlise tidak bisa menerimanya begitu saja. Rasanya sangat aneh jika dirinya harus bertunangan dengan pria di hadapannya ini.
“Tapi tetap saja, Lise tidak mau bertunangan dengan Uncle,” ucap Carlise bersikukuh.
Daniel tidak terlihat keberatan dengan penolakan yang diberikan oleh Carlise. Tentu saja karena dirinya sama sekali tidak dirugikan dalam hal diterima atau ditolak oleh Carlise. “Kalau begitu, jangan berharap jika kau bisa pergi ke Rusia dan menempuh pendidikan di sana.”
Carlise yang mendengar hal itu pucat pasi. Memang benar, pada awalnya alasan untuk melanjutkan pendidikan baletnya di Rusia bukanlah keinginan utama Carlise. Namun, setelah kesempatan yang sudah ia tunggu-tunggu selama bertahan-tahun sudah berada di hadapannya, Carlise tidak bisa membiarkannya begitu saja. Hanya saja, Carlise merasa ragu. Jika dirinya menerima pertunangan ini, apa yang akan terjadi nantinya? Carlise yakin jika Daniel akan semakin menjadi dalam mengaturnya. Ia akan merasa semakin berwenang untuk mengatur hidup Carlise.
Namun, tunggu dulu. Bukankah jika diperhatikan ini adalah kesempatan baginya? Carlise menunduk dan memainkan ujung gaun yang ia kenakan. Benar, ini bisa dimanfaatkan oleh Carlise. Karena pikiran tersebut, Carlise mengangkat pandangannya dan menatap netra biru yang menyorot tajam. “Kalau begitu, Lise mau bertunangan dengan Uncle.”
“Baik. Kalau begitu, aku akan mengatakannya pada yang lain,” ucap Daniel.
Namun saat Daniel bangkit, Carlise menahannya dan membuat Daniel tetap duduk di hadapannya. Hal tersebut tentu saja mendorong Daniel untuk bertanya, “Ada apa lagi, hm?”
Carlise menahan senyumnya saat benaknya dipenuhi oleh berbagai ide yang jelas akan membuatnya untung. Itu yang Carlise pikirkan. “Lise mau bertunangan dengan Uncle, tetapi ada syaratnya,” ucap Carlise.
“Sebenarnya, di sini siapa yang memerlukan pertunangan ini untuk mendapatkan hal yang diinginkan ya? Kenapa di sini aku yang harus memenuhi syarat yang kau ajukan? Tapi, mari. Katakan apa syaratmu,” ucap Daniel gemas dan mencubit salah satu pipi Carlise yang lembut.
Carlise merengek dan meminta Daniel melepaskan cubitannya. Untung saja, Daniel menurut dan melepaskanya. Carlise pun mengusap bekas cubitan Daniel pada pipinya, tetap tak ayal senyuman manis yang memukau terukir dengan indah pada wajah jelita Carlise. Tampaknya mendung di hati Carlise sudah pergi dan digantikan oleh rasa bahagia yang membuat suasana hatinya benar-benar baik. Lalu beberapa saat kemudia, Carlise berseru, “Mari buat kontrak. Jadikan ini pertunangan kontrak!”