Resmi

1258 Words
    “Entah aku harus mengucapkan selamat atau merasa sedih karena kabar yang kudengar ini,” ucap Elvira sembari menggenggam tangan Carlise.     Namun, Carlise yang mendengar hal tersebut malah tersenyum. Ia membalas genggaman tangan Elvira dan mengedarkan padangannya pada semua rekannya. “Aku harap, kepergianku bisa diantarkan dengan senyuman bahagia. Lagi pula, aku tidak pergi selamanya. Aku hanya menuntut ilmu untuk sementara waktu dan akan kembali setelah mendapatkan ilmu yang aku inginkan. Tolong jangan lupakan aku, ya,” ucap Carlise.     Ada dua kabar mengenai Carlise yang sudah tersebar luas di akademi ballerina ini. Salah satu kabarnya adalah mengenai Carlise yang akan menuntut ilmu ke Rusia. Karena itulah, saat ini pelatih dan rekan-rekan Carlise mengucapkan kata-kata perpisahan dan memberikan hadiah perpisahan yang sudah mereka persiapkan. Carlise tentu saja merasa terharu, karena dirinya mendapatkan perhatian sebesar ini dari orang-orang di sekitarnya. Carlise merasa bahagia karena hal itu. Bukan masalah hadiah yang ia terima, tetapi Carlise merasa jika kehadirannya selama ini memang dianggap berharga oleh mereka. Carlise tersenyum saat mendapatkan pelukan dari para sahabat dan pelatihnya.     Rasanya, Carlise tidak ingin menangis karena sebenarnya perpisahan ini hanya sementara waktu. Carlise akan kembali tahun depan, saat liburan akhir tahun. Namun, karena suasana yang mendukung, Carlise tidak bisa menahan diri untuk menangis. Tangisan yang cukup lama tersebut membuat hidung Carlise memerah dan tampak begitu lucu. Sesi berpelukan dan mengucapkan ucapan perpisahan berakhir, dan kini Carlise tengah menunggu jempuran. Saat ini, kepindahan Carlise ke Rusia memang sudah dipastikan. Tentu saja, sebelum itu pertunangannya dengan Daniel harus dilangsungkan.     Kebetulan, kabar pertunangan Carlise ini pun sudah didengar oleh Elvira. Karena itulah, Elvira tadi mengatakan jika dirinya bingung, harus menyebut kabar ini adalah kabar sedih atau kabar bahagia. Tentu saja, Elvira merasa sangat senang karena Carlise akan bertunangan dan menuntut ilmunya di Rusia, di mana balet muncul dan berkembang. Namun, Elvira juga merasa sangat sedih, karena dirinya harus kehilangan murid terbaikya. Hanya saja, sebagai seorang guru, Elvira mendoakan yang terbaik dan melerakan untuk Carlise, dan hal itu membuat Carlise merasa bahagia karena Elvira melepasnya dengan senyum tulus.     Carlise masih tidak menyangka jika dirinya benar-benar akan bertunangan dengan Daniel. Carlise menangkup pipinya yang terasa memanas. Rasanya sungguh memalukan bagi Carlise. Namun, entah kenapa ada setitik rasa senang karena dirinya bertunangan dengan Daniel. Setidaknya, Carlise tidak perlu bertunangan dengan pria asing baginya. Bahkan kemarin malam Carlise membayangkan jika dirinya ditunangkan dengan pria lain yang sumuran dengan Daniel. Saat itulah Carlise mengarasa ngeri. Rasanya, Carlise benar-benar bertunangan dengan seorang om-om.     Carlise menghela napas panjang. Meskipun merasa masing agak ragu-ragu, dirinya tidak lagi bisa mundur dari pertunangan yang akan berlangsung nanti malam. Carlise mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia memiliki kontrak yang sudah ditanda tangani oleh kedua belah pihak yang terlibat. Bahkan, Carlise meminta Daniel untuk menghubungi kuasa hukumnya agar meresmikan dan menguatkan kontrak mereka di mata hukum. Karena itulah, Carlise merasa jika dirinya sudah aman. Carlise tersenyum senang saat mengingat isi kontrak yang ia tulis. Benar-benar kontrak yang menguntungkan baginya.     “Carlise.”     Carlise mengernyitkan keningnya dan menoleh saat mendengar seseorang memanggil namanya. Saat ini, Carlise berhadapan dengan Faro. Pria ini bisa dibilang sebagai salah satu penggemar Carlise. Setiap Carlise pentas, Faro selalu menyempatkan diri untuk hadir dan menghadiahkan buket bunga yang cantik. Jika pun dirinya tidak bisa hadir, Faro selalu mengirim buket bunga cantik yang tentu saja bisa membuat Carlise senang setiap menerimanya. Carlise menyuguhkan senyumnya dan menyapa, “Hai, Kak Faro.”     “Panggil aku seperti biasa saja, Carlise,” ucap Faro membuat Carlise mengangguk mengerti.     “Ada keperluan apa? Kenapa sampai datang ke sini, Faro? Hari ini tidak ada pentas, bukan?” tanya Carlise menanyakan alasan mengapa Faro berada di sini. Carlise sendiri sudah mengenal Faro hampir dua tahun, dan ia tahu jika Faro bukanlah orang yang santai di mana dirinya bisa berkeliaran begitu saja sepanjang hari ini. Karena Carlise tahu, jika Faro adalah salah satu pengusaha muda yang tentunya memiliki jadwal padat dan harus membuat jadwal terlebih dahulu untuk menjalani hari-harinya.     “Ah, ada sedikit urusan di sini, dan aku datang untuk bertemu denganmu karena kudengar kau masuk ke dalam daftar kandidat penari utama tahun ini. Namun, ternyata setibanya di sini, aku malah mendengar kabar lain yang membuatku merasa sedih,” ucap Faro dengan ekspresi sedih yang melengkapi wajahnya yang tampan.     Carlise mengernyitkan keningnya beberapa saat sebelum dirinya mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Faro. “Ah, pasti kamu mendengar kabar kepindahanku, ya? Iya, aku akan pindah dan melanjutkan pendidikanku di luar negeri. Tapi, sepertinya aku akan pulang setiap liburan akhir semester, atau setiap akhir tahun,” ucap Carlise menjelaskannya. Ia berpikir, kemungkinan jika Faro merasa sedih karena tidak lagi bisa melihatnya pentas. Tentu saja, Carlise merasa sangat tersanjung karena dirinya memiliki seorang penggemar yang mencintai karyanya seperti ini.     Baru saja Faro akan mengatakan sesuatu, Carlise sudah lebih dulu melihat mobil milik Daniel yang tiba. Carlise tentu saja segera menatap Faro dan berkata, “Faro, aku pulang lebih dulu ya. Semoga kita bisa bertemu kembali. Aku pastikan jika pertemuan kita selanjutnya, akan sangat menyenangkan. Aku akan mengundangmu sebagai tamu kehormatan di pentas soloku.”     Carlise pun melambaikan tangannya dan melenggang pergi dengan langkah riang. Carlise meninggalkan Faro yang mematung di posisinya. Faro melambaikan tangannya pada Carlise dengan ekspresi sedihnya. “Tapi kesedihanku bukan karena kepindahanmu, Lise. Melainkan karena kabar lain,” bisik Faro dengan penuh kesedihan.       ***         “Selamat, sekarang kalian sudah resmi bertunangan,” ucap Baskara pada Carlise dan Daniel. Hal tersebut membut tamu undangan yang terdiri dari keluarga, rekan-rekan terdekat, dan kolega dari dua pihak keluarga saat ini bertepuk tangan dengan semangat menyambut kabar bahagia yang sudah diumumkan oleh Baskara.     Seperti yang sudah direncanakan. Carlise dan Daniel melangsungkan acara pertunangan dengan tamu undangan yang dibatasi, walaupun pertunangan tersebut secara resmi diumumkan oleh Baskara dan Bara. Setelah acara tukar cincin, Carlise tampan sudah malas berada di dalam ruangan yang dipenuhi oleh banyak orang dan memberikan kode yang jelas dimengerti oleh Daniel. Saat itulah, Daniel meminta izin pada orang tua dan membawa Carlise untuk ke luar dari ruangan besar yang biasa disebut sebagai aula pesta di kediaman Seguis.     Daniel membawa Carlise menuju taman samping bangunan yang biasanya digunakan oleh Carlise berlatih. Keduanya duduk di ayunan panjang berkanopi yang bisa memuat keduanya. Carlise memainkan kedua kakinya dan memandang cincin kecil yang menghiasi jari manisnya. “Cantik. Uncle pilih sendiri?” tanya Carlise memuji cincin pertunangannya.     “Tentu saja. Apa kau menyukainya?” tanya balik Daniel.     “Iya. Ukurannya juga sangat pas. Uncle menyiapkannya dengan baik,” jawab Carlise lalu menghela napas panjang.     Carlise pun mendongak dan menatap langit yang dihiasi oleh bintang-bintang yang indah. “Apa di Rusia langitnya juga seindah ini?” tanya Carlise.     “Kau bisa menemukan jawabannya saat sudah berada di sana,” jawab Daniel sama sekali tidak menatap langit, melainkan menatap wajah cantik Carlise yang sudah berstatus sebagai tunangannya itu.     Carlise menarik pandangannya dan menatap Daniel. “Uncle juga akan ikut dengan Lise ke Rusia, apa Uncle tidak apa-apa meninggalkan pekerjaan Uncle di sini?” tanya Carlise merasa penasaran.     Daniel melonggarkan simpul dasinya dan terkekeh pelan. “Bukankah pertanyaanmu terlalu terlambat, Lise? Lusa kita akan berangkat,” jawab Daniel dengan sedikit nada menggoda.     Carlise mengerucutkan bibirnya, tetapi tidak menjawab pertanyaan Daniel. Hal itu membuat Daniel tersenyum tipis dan berkata, “Sepertinya kau lupa, aku memiliki darah Rusia, Lise. Kakekku adalah warga asli Rusia, dan sebenarnya ada begitu banyak bisnis dan perusahaan keluargaku yang berada di Rusia. Tentu saja, kepergianku ke Rusia sama sekali tidak membuatku meninggalkan pekerjaanku, karena di Rusia pun, sudah menunggu setumpuk pekerjaan.”     Namun sepertinya, jawaban yang diberikan oleh Daniel tersebut sama sekali tidak sesuai dengan harapan Carlise. Hal tersebut membuat ekspresi Carlise memburuk dan membuat Daniel tertawa. Ia dengan sigap menarik Carlise untuk duduk di atas pangkuannya dan memeluk sang tunangan dengan pelukan penuh kasih. “Namun, jika pun pada kenyataannya aku harus meninggalkan semua pekerjaanku hanya untuk mendampingin dan menjagamu, aku sama sekali tidak peduli, Lise. Karena bagiku, kau yang terpenting,” ucap Daniel lalu menanamkan sebuah kecupan yang membuat jantung Carlise berdebar dengan gilanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD