“Sepertinya, Ayah ikut mengantarmu hingga ke Rusia saja,” ucap Baskara tiba-tiba saat memeluk putrinya di bandara.
Hari ini, Carlise memang akan berangkat ke Rusia seperti yang sudah dijadwalkan. Tentu saja Carlise tidak berangkat sendiri, ia didampingi oleh Daniel yang juga resmi berpindah tugas dari perusahaan yang berada di Indonesia dan mengurus perusahaan yang berada di Rusia. Ini sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi Daniel. Ia sudah berulang kali pergi ke Rusia untuk mengurus perusahaan di sana. Dia juga memiliki bisnis pribadi di sana, dan tentu saja harus ia urus secara pribadi tanpa turut campur kedua orang tuanya.
Carlise yang mendengar hal tersebut memukul punggung sang ayah dengan gemas dan merenggangkan pelukannya pada sang ayah. “Tidak boleh. Jika Ayah ikut, nanti Ayah tidak mau lagi berpisah dengan Lise,” ucap Carlise.
Bara dan Makaila yang berada di sana juga tidak bisa menahan diri untuk mengulum senyum setelah menyaksikan betapa besarnya kasih sayang Baskara pada sang putri. Tentu saja Kartika juga berada di sana dan tidak bisa menahan diri untuk merasa bahagia. Setelah memiliki Carlise, Baskara memang banyak berubah. Jelas, perubahannya sangat positif dan membuat sosoknya menjadi seorang suami dan ayah yang sangat bisa dibanggakan. Kartika tahu, saat ini jika dirinya tidak turun tangan, sudah dipastikan jika Baskara pasti akan menepati perkataannya dengan ikut bersama Carlise ke Rusia.
“Sepertinya ayahmu sudah tidak lagi mencintai Ibu, Lise,” ucap Kartika mulai bersandiwara.
Hal tersebut membuat Baskara menoleh dengan penuh tanda tanya. “Hei, apa maksudmu?” tanya Baskara lalu meraih pinggang ramping sang istri yang ia kira tengah merajuk.
“Kamu berniat meninggalkanku sendirian di sini, bukankah itu artinya kamu sudah tidak lagi mencintaiku?” tanya Kartika dan sukses membuat Baskara membungkam sang istri dengan ciuman yang membuat Carlise melotot bukan main.
Carlise memang tau, jika ibu dan ayahnya sangat saling mencintai. Namun tetap saja, Carlise merasa sangat terkejut karena Baskara sama sekali tidak malu saat mencium Kartika begitu di hadapan umum seperti ini. Pipi Carlise memerah, merasa malu. Apalagi saat dirinya menangkap pemandangan yang lebih mengejutkan, ternyata Bara juga mencium Makaila seperti seakan-akan tengah mencoba bersaing dan menunjukkan siapa yang lebih romantis di sini. Saat itulah, Daniel yang jengah memilih untuk merangkul pinggang ramping Carlise dan membawa gadis itu berbalik pergi.
“Uncle, Lise belum selesai berpamitan,” ucap Carlise memprotes apa yang tengah dilakukan oleh Daniel.
Namun, Daniel sama sekali tidak melepaskan rangkulan lembutnya pada pinggang Carlise. Daniel malah memberikan isyarat pada orang kepercayaannya untuk mengurus keperluan untuk penerbangan mereka. Karena penerbangan dari Jakarta menuju Moskow memerlukan waktu sekitar 13 jam 45 menit, maka Daniel harus memastikan jika semua hal yang berada di pesawat sudah dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Tentu saja hal tersebut berkaitan dengan kenyamanan Carlise nantinya. Meskipun Carlise sudah sering berlibur ke luar negeri, ia belum pernah mengunjungi Rusia, dan pasti akan merasa lelah serta bosan karena harus menghabiskan hampir 14 jam di dalam pesawat.
“Tidak apa-apa, mereka sudah mengerti,” ucap Daniel dan terus membawa Carlise untuk melangkah menuju pesawat pribadi keluarga Treffen. Pesawat ini adalah produk dari perusahaan yang dipimpin oleh Daniel. Semenjak dewasa dan dipercaya untuk memimpin perusahaan, Daniel memperluas cakupan perusahaan tidak hanya dalam jasa keamanan dan perusahaan kimia saja. Daniel mendirikan perusahaan-perusahaan cabang yang jelas memperbesar kerajaan bisnis Traffen. Apalagi, Daniel juga mengurus dan menyatukan perusahaan milik kakeknya, yaitu perusahaan Yakov untuk bernaung di kerjaan bisnis yang sama dengan label bisnis Traffen.
Daniel dan Carlise tiba di dalam pesawat. Keduanya disambut oleh awak pesawat yang ramah. Daniel menarik Carlise untuk duduk dengan nyaman, sementara awak pesawat dan pilot mempersiapkan penerbangan. Pesawat tersebut berhasil lepas landas dengan lancar. Carlise pun larut dengan kegiatannya menonton rekaman pentas demi pentas yang pernah ia lakukan, serta rekaman latihannya. Carlise mengulang untuk menonton semua itu untuk menilai apakah ada yang perlu ia perbaiki di pelatihan dan pertunjukkan selanjutnya. Hal ini selalu Carlise lalukan untuk mengevaluasi dirinya sendiri.
Carlise dimanjakan oleh bantal lembut yang menyangga punggungnya, lalu begitu banyak camilan serta minuman yang terasa lezat. Namun, Carlise mengernyitkan keningnya saat merasakan sesuatu aneh. Rasanya sangat janggal karena Daniel yang ditinggal berdua dengannya tidak memanfaatkan waktu ini untuk menggoda atau mengambil kesempatan untuk melakukan kontak fisik yang membuat Carlise kesal. Carlise pun melepaskan earphone yang ia kenakan dan menatap Daniel yang tampak tersenyum-senyum dengan kedua netranya yang tertuju sepenuhnya pada layar tablet mewah di tangannya.
Carlise mengerucutkan bibirnya dengan sebuah pemikiran yang membuatnya kesal bukan main. “Harusnya Uncle tidak boleh melupakan jika Lise ini sudah menjadi tunangan Uncle. Setidaknya, Uncle tidak boleh melihat perempuan lain, ketika Uncle tengah bersama Lise seperti saat ini,” ucap Carlise dengan sorot kesal di kedua netranya.
Daniel yang mendengar hal tersebut mengangkat pandangannya dari tablet dan menatap Carlise dengan penuh tanda tanya. “Tunggu dulu. Apa saat ini tunanganku yang manis ini tengah merasa cemburu?” tanya Daniel dengan nada menggoda.
Carlise mengurucutkan bibirnya dan menatap Daniel dengan tatapan yang benar-benar kesal. Hal itu membuat Daniel tergelitik untuk tertawa geli. Carlise pun berkata, “Tidak mungkin. Hanya saja, kita sudah sepakat, bahkan Uncle sudah menandatangi kontrak yang sudah kita buat. Jadi, Uncle tidak boleh melanggarnya. Uncle harus ingat poin-poinnya dan mematuhinya.”
Daniel pun melipat kedua tangannya di depan d**a. “Memangnya, kau mengingat setiap poin dalam kontrak itu?” tanya Daniel seakan-akan tengah mencoba mengetes ingatan Carlise.
Namun, Carlise malah terlihat bangga. Sepertinya, Carlise memang ingat detail dari kontrak yang memang melibatkan dirinya sendiri dalam penulisan poin persyaratan yang harus dipatuhi oleh dua belah pihak. “Tentu saja ingat. Pertama, Uncle tidak boleh memiliki kekasih saat masih berstatus sebagai tunangan Lise. Itu juga berlaku pada Lise. Namun, Lise tidak memiliki kewajiban untuk memiliki perasaan apa pun pada Uncle. Kedua, tidak boleh mencampuri urusan pribadi. Poin ini termasuk Uncle yang tidak boleh mengatur-ngatur Lise seenaknya. Ketiga, masa berlaku kontrak ini selama Lise menuntut ilmu di Rusia. Jika sudah lulus, kontrak otomatis habis masanya. Artinya pertunangan ini batal.”
Daniel yang mendengar hal itu mengangguk-angguk. “Kau terdengar sangat yakin saat menyebutkan semua poin tersebut,” ucap Daniel membuat Carlise tersentil dan merasa kesal dengan tingkah Daniel yang ia anggap sebagai bentuk dari ledekan tersebut.
“Ya, tentu saja. Lise benar-benar harus berhati-hati jika berhadapan dengan Uncle. Karena Uncle selalu mempermainkan Lise, dan itu membuat Lise kesal,” ucap Carlise menggebu-gebu.
Daniel mengernyitkan keningnya. “Memangnya kapan aku mempermainkanmu, Lise? Aku sama sekali tidak pernah mempermainkanmu,” ucap Daniel seolah-olah melupakan semua tindakan yang pernah ia lakukan.
Hal itu membuat Carlise semakin merasa kesal saja. Carlise pun merebut tab yang dipegang oleh Daniel. Ia berkata, “Ini buktinya. Uncle bermain-main dengan kontrak yang sudah Uncle tanda tangani sendiri. Uncle tengah melihat foto perempuan lain, bukan? Itu melanggar salah satu poin kesepakatan kita.”
“Itu tuduhan tidak berdasar,” tampik Daniel.
“Itu benar! Lise akan memeriksanya. Lise yakin, pasti isi tab ini adalah foto-foto seksi perempuan lain. Jika iya, Lise akan menuntut Uncle untuk membayar uang denda.”
Namun, begitu membuka galeri, Carlise terkejut karena galeri tersebut terisi oleh ribuan foto seorang ballerina yang tampak begitu epik. Semua foto tersebut diambil di momen-momen terbaik dan membuat ballerina yang menjadi model tersebut terlihat sangatlah hebat di mata Carlise. Hanya saja, Carlise sama sekali tidak menyangka, jika Daniel ternyata tersenyum setulus tadi karena tengah mengamati potret seperti ini.
“Aku tidak pernah melanggar janji yang sudah aku katakan,” ucap Daniel lalu berlutut di depan kaki Carlise.
Daniel menyentuh sisi wajah Carlise yang lembut. “Satu hal yang perlu kau ketahui, Lise. Sejak lima belas tahun yang lalu, pandanganku sama sekali tidak bisa berpindah pada siapa pun. Gadis keci berusia tahun yang berani menggenggam tanganku saat dirinya kehilangan kedua orang tuanya, sudah berhasil mencuri perhatianku dan mencuri hatiku hingga saat ini,” ucap Daniel membuat Carlise benar-benar merasa malu. Karena Carlise mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Daniel. Pria itu tengah membicarakan dirinya.
Maslaah potret ballerina di dalam galeri tersebut, itu pun potret dirinya. Carlise sama sekali tidak menyangka, jika ternyata Daniel menyimpan semua potretnya seperti ini. Lalu, tanpa sadar Carlise pun bertanya, “Apa Uncle menyukai Lise?”
Daniel tidak menjawab dengan jawaban yang tegas. Ia malah menjawab dengan jawaban yang pernah Carlise berikan padanya. “Memangnya kapan aku mengatakan jika aku tidak menyukaimu? Aku memang tidak senang saat kau bertingkah karena melanggar peraturan. Tapi intinya aku tidak membencimu, hanya saja terkadang aku merasa kesal dengan tingkahmu yang menyebalkan,” jawab Daniel dengan seringai menyebalkan yang membuat Carlise melayangkan pukulan pada bahunya.
Carlise pun berseru, “Uncle menyebalkan!”