Part 44 - sudah direvisi
Crt..! Crt..!
"Aduh abis lagi, keluar dong," ucap Mario menggoyangkan botol parfumnya yang kosong. Mario menekan-nekan spray namun isinya tidak mau keluar. Setidaknya parfumnya harus habis sampai titik darah penghabisan. Ini sisanya masih ada 1 mili liter, tapi tidak mau keluar-keluar.
"Yaudah lah gapapa yang penting udah wangi," ucap Mario bangga, lalu melempar parfumnya ke atas ranjang. Bagaimana parfumnya tidak habis. Jika ia memakainya satu botol penuh.
"Malmingan pertama harus spesial."
Mario menatap cermin. Menatap pantulan dirinya yang terlihat sempurna, di matanya. Ia memakai jas hitam, dasi kupu-kupu, dan rambut yang gaya Pomade, biar kencan ala-ala bule gitu.
"Rambut udah, baju udah, wangi udah, ganteng udah … beuhh Mario Mario … ketampananmu sungguh luar bisa," puji Mario dengan kepercayaan diri tinggi.
Drrt drrt
Ponsel Mario di atas meja rias bergetar. Ia meraih benda pipih itu dan membuka pesan Line dari pujaan hatinya.
Maysaroh bukan April apalagi Juni : Mas Mario lagi dimana sih? Kok ga datang-datang?
Mario mengetik cepat di atas layar.
Mario tampan bikinan mama buatan papa : lah? kok kamu cepet banget datangnya? Katanya jam 8. Ini baru setengah 7.
Maysaroh bukan April apalagi Juni : Iya May rindu berat sama mas Mario. Cepetan atuh mas Mario kesini. May daritadi gatel nih digigit nyamuk, bentol-bentol.
Mario tampan bikinan mama buatan papa : busettttt, May May, rindu sih rindu. Tapi masa datangnya cepet banget. Ya gimana kamu ga digigitin nyamuk daritadi.
Maysaroh bukan April apalagi Juni : Sebenarnya May datangnya ga jam setengah 7
Mario tampan bikinan mama buatan papa : terus?
Maysaroh bukan April apalagi Juni : abis Maghrib.
Mario tampan bikinan mama buatan papa : busett, itu kaki kamu ga kesemutan nunggunya?
Maysaroh bukan April apalagi Juni : engga kok, cuma bentol-bentol aja.
*****
Dion menggendong Sena di belakang punggungnya. Gadis itu tertidur kelelahan bermain. Sena mengalungkan lengannya di leher Dion tertidur pulas.
Hari sudah menginjak malam. Kalau memaksa pulang malam ini, pasti akan terlalu malam sampai rumah. Dan juga Sena sudah terlalu kelelahan.
Dion menginjakan kakinya di resort yang tak jauh dari mangrove. Ia memesan satu resort yang terdiri dari 2 kamar.
Dion merogoh saku jeans-nya mencari kunci. Setelah menemukannya, ia memasukan kunci itu ke dalam lubang, dan memutarnya.
Cklek..!
Pintu terbuka. Menampilkan suasana resort yang tenang. Tidur disini akan membuatmu tenang dan nyaman. Semuanya terbuat dari papan. Dinding dan lantainya terbuat dari papan cokelat yang terangkai aesthetic.
Tempat ini cocok untuk menenangkan diri di kala stres. Suasananya begitu harmoni dan menyejukkan.
Dion melangkahkan kakinya masuk, menuju kamar Sena. Dion menekan knop pintu pelan-pelan, membuka pintu. Setelah pintu terbuka, Dion berjalan menuju ranjang Queen size yang ditutupi selimut berwarna putih merah.
Dion menyibakan selimut itu ke bawah, lalu menurunkan Sena pelan-pelan agar gadis itu tak terbangun.
"Enghh-" gumam Sena menggeliat dengan mata terpejam.
Dion menarik selimut itu sampai atas perut.
"Semoga tidurmu nyenyak sweety girl," ucap Dion pelan lalu mengecup kening gadis itu lembut. Jari Dion mengusap-usap pipi Sena yang seperti bakpao. Gadis itu tetap terlihat cantik ketika tidur. Wajahnya terlihat begitu tenang dan polos seperti tidak ada beban.
Dion memperhatikan wajah Sena cukup lama. Mengabsen keindahan itu satu per satu. Dion menelan ludahnya, meremat seprai, menahan dirinya yang tiba-tiba bergejolak. Jangan tanya apa yang dipikirkannya sekarang. Karena ia pun sedang mati-matian menolak.
"Sepertinya aku harus menikahimu Sena," ucapnya penuh arti. Dion memundurkan wajahnya. Berusaha menghapus pikiran yang menggerayangi otaknya.
"Selama aku belum menikahimu, aku harus mengontrol diriku lebih banyak lagi."
Dion memijat keningnya, menatap gadis itu. Berlama-lama disini akan membuat pikirannya tak menentu.
"Aku tidur di sebelah," ucap Dion pamit, lalu buru-buru pergi dari kamar Sena. Sebelum pikirannya menjalar kemana-mana. Dion menatap Sena sebentar sebelum akhirnya ia menutup pintu kamar.
*****
Mario memarkirkan motornya di depan taman. Disana terlihat Maysaroh yang duduk di bangku taman sibuk menggaruk-garuk tangannya.
"Aduh gatel," ringis gadis itu tak tahan. Nyamuk di taman benar-benar kenyang hari ini. Maysaroh menepuk setiap nyamuk yang lewat. Tak membiarkan nyamuk itu hinggap di kulitnya.
"Halo cantik …"
Maysaroh mendongak, senyumnya mengembang melihat Mario yang bersandar di perosotan. Maysaroh menatap pria itu dari atas sampai bawah.
"Kamu ... tumben ganteng hari ini."
Mario tersenyum, menaik-turunkan alisnya, "Inilah yang disebut kekuatan kencan pertama."
"Eh? Kencan pertama?" tanya Maysaroh bingung.
"Yoi," Mario duduk di sebelah Maysaroh, dengan senyuman menggoda.
Maysaroh yang ditatap seperti itu, menggeserkan duduknya.
"Kam-kamu gapapa?" tanya Maysaroh khawatir lelaki itu sedang kesurupan.
"Bukankah kita mau kencan, manisku?" Mario menatap gadis itu lekat-lekat, menyalurkan semua cintanya yang membara. Cinta yang datang dengan perasaan menggebu-gebu. Sudah cukup! Ia terlalu gerah menyimpan perasaannya selama berhari-hari, dan ini saatnya ia menunjukan pada dunia, bahwa betapa memujanya dia.
"Angin, bulan-" Mario menunjuk ke atas langit, membuat Maysaroh juga ikut-ikutan mendongak, menatap langit.
"Pohon," Mario menunjuk pohon jambu di sebelah perosotan, polosnya Maysaroh menurut saja, menatap pohon.
"Rumput," Mario menunjuk ke bawah, mata Maysaroh juga ikut menatap rumput.
"Perosotan," Mario menunjuk perosotan, Maysaroh menatap perosotan yang kosong-kosong.
"Dan bunga-bunga itu," Mario menunjuk bunga-bunga yang bermekaran indah di sebelah kursi.
"Kenapa bunga-bunga itu?" tanya Maysaroh menatap makhluk hidup yang indah itu.
"Dan ayunan-"
"Kamu ngapain si? Lagi absen seluruh benda-benda di taman?"
"Sssutttt, jangan bicara sayang," Mario meletakan jari telunjuknya di bibir Maysaroh, membungkam wanita itu.
"Mereka semua adalah saksi bisu."
"Sak-sak-si bisu?"
"Saksi bisu cinta kita."
Mario menjauhkan telunjuknya, lalu berdiri merentangkan tangan ala-ala Rose Titanic, "Dan taman ini, menjadi saksi kencana pertama Mario & Maysaroh. Bumi, langit, air, api, udara, eh salah- itu Avatar yak. Bumi dan langit menjadi sejarah awal perjalanan kita."
"Nestapa, dan burung-burung yang berterbangan di atasnya tahu betapa memujanya aku padamu Maysaroh ..."
Maysaroh yang mendengar itu menyeka air matanya, "Aaaaa mas Mario ..."
Mario berjongkok mencabut bunga ketul yang ada di depannya.
*Bunga ketul = bunga kecil dengan kelopak berwarna putih, dan intisarinya berwarna kuning. Tumbuhan ini adalah rumput liar yang sering dianggap sebagai gulma.
"Jadi sayang-" Mario berlutut di depan pujaan hatinya yang membuat dirinya tak bisa tidur nyenyak, yang membuat dirinya tak nafsu makan jika tidak bertemu, yang membuatnya jatuh hati dari pandangan pertama, yang membuatnya merindu.
"Maukah kamu menjadi belahan jiwaku?" Mario menyodorkan bunga ketul pada sang pujaan hati.
"Mas-mas mas Mario serius?" ucapnya terbata-bata, menghapus air matanya yang mengalir haru.
"Kita, kan baru kenal? Mas serius dengan perasan mas?" ucap Maysaroh.
"Tak peduli seberapa lama atau sebentar kita kenal, mas yakin Maysaroh adalah jodohnya mas Mario. Tolong terima bunga ini sebagai cinta mas padamu dek."
Mario menunduk, menunggu bunganya di ambil. Namun selang beberapa detik, tak ada respon gadis itu.
"Jika kamu mengambil bunganya, berarti kamu terima aku, jika tidak berarti kamu menolaknya. Aku akan terus menunggu meskipun sampai bedug subuh berkumandang."
"Mas Mario?"
"Ya?" jawab Mario masih menunduk.
"Bunganya terbang."