Part 45 - sudah direvisi
Tok tok tok
Dion yang baru saja habis mandi melangkah ke arah pintu. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk yang telah tersedia di resort. Bisa dibilang, fasilitas mandi disini lengkap, mulai dari sabun mandi, shower, handuk, dll.
Cklek..!
"Ini pesanannya mas," ucap abang-abang berseragam hijau yang sering kita jumpai di jalan. Jaket hijau dengan lambang motor di depannya, lambang bendera Indonesia sebelah kanan, dan lambang nama perusahaan di sebelah kiri. Dan dilengkapi helm hijau yang bertuliskan gojek.
Abang gojek menyodorkan bingkisan besar berwarna putih, pesanan Dion.
"Tunggu bang," Dion merogoh dompetnya di saku celana, dan mengeluarkan uang ratusan 10 lembar.
"Nih bang," ucapnya menyerahkan uang.
"Makasih mas," ucap Abang gojek menerima uangnya. Lalu memberikan paket pesanan Dion.
"Iya sama-sama," Dion menerima paket tersebut, lalu menutup pintunya setelah abang berjaket hijau itu pergi dari pandangan.
Dion melirik jam dinding, pukul 8 pagi. Hari Minggu ini, ia akan menghabiskan waktu dengan Sena di hutan mangrove, sebelum akhirnya ia mengantar Sena ke kelas melukis. Meskipun akan telat dari jadwal.
Pagi-pagi sekali, Dion memesan barang di go shop, fitur layanan baru dari gojek yang katanya melayani 24 jam, selama toko yang kita pesan itu tidak tutup.
Dion meletakan pesanannya di atas meja, lalu berjalan menuju kamar Sena. Gadis itu belum bangun, mungkin terlalu lelah bermain kemarin.
Tok tok tok
"Sena," panggil Dion pelan, namun tak ada jawaban.
"Sena," ketuknya sekali lagi. Namun tetap sama, tak ada jawaban.
Dion pun membuka pintu. Pemandangan di depannya membuat ia menggeleng-gelengkan kepala, "Sena … Sena, lucu banget si."
Ini pertama kalinya Dion melihat cara Sena tidur. Bantal, guling, selimut di buang ke lantai, dan gadis itu tertidur searah jarum jam 9. Dengan kepala yang hampir terjatuh dari ranjang.
"Ini anak mimpi apa semalem? Tidur sampe berantakan gini."
Dion berjalan masuk, mendekati ranjang Sena. Suara derap langkah Dion tetap tak membangunkannya. Se-nyenyak apa gadis itu tertidur?
Dion memungut semua barang yang berceceran, lalu meletakannya di atas ranjang.
Dion sedikit mengangkat tubuh Sena, dan membenarkan posisi tidurnya.
"Sena …" Dion menepuk pipi gadis itu pelan.
"Sena bangun, udah pagi."
"Aaa lima menit lagi," ucap gadis itu dengan suara parau. Sena memiringkan tubuhnya, menangkap tangan Dion yang berada di pipinya, lalu memeluk tangan besar itu.
"Katanya mau jalan-jalan, abis jalan-jalan kita ke kelas melukis," Dion merapikan helaian rambut yang menutupi wajah gadis itu.
"Yaudah, kamu tidur aja. Aku keluar dulu beli sarapan."
Cup..!
Dion mengecup rambut halus itu, lalu melepaskan tangannya dari pelukan Sena perlahan-lahan.
Dion membuka paket plastik pesanannya di go shop. Ia membeli beberapa pakaian untuk dirinya dan Sena, karena mereka tak bawa baju ganti. Tadinya Dion tak ada niatan untuk menginap. Tapi karena sudah terlanjur malam, lebih baik untuk tidak pulang.
Sebelum membeli sarapan, Dion akan berganti baju dulu sebentar. Tidak mungkin, kan ia memakai baju kemarin. Apalagi hari ini langsung ke kelas melukis Sena, tidak pulang dulu.
Dion mengeluarkan dua pakaian miliknya dan milik Sena, meletakannya di atas meja tamu. Dion mengabsen satu persatu, beberapa pakaian yang ia beli.
"Pakaian Sena …" gumam Dion mengeluarkan sepasang pakaian dalam wanita. Masing-masing 2 pcs. Ya meskipun ia belum tahu yang mana ukuran Sena. Ia memilih sesuai insting saja. Haruskah ia mengukur dulu? Tidak-tidak. Bisa-bisa Sena menamparnya.
Tapi apakah Sena akan menamparnya? Dion tidak bisa menjawabnya, tapi mungkin juga. Bisa saja gadis itu meneriaki dirinya mes*m.
Walaupun ia membeli semua ukuran bra waktu itu. Sejujurnya ia tidak tahu Sena pakai yang mana, hehe.
Dion mengeluarkan kemeja putih dan celana jeans abu telur asin. Lalu kaos biasa dan celana training untuk basah-basahan.
"Pakaian Sena udah … oke sip. Sekarang punya-"
"Dion …"
Dion yang baru saja mengeluarkan pakaiannya menoleh ke arah pintu. Terlihat Sena sedang meregangkan tubuhnya, habis bangun tidur.
"Oh kamu … udah bangun?" ucap Dion meletakan pakaiannya di atas meja.
"Udah," Sena mengangguk, lalu berjalan ke arah Dion. Dan duduk di sebelahnya.
"Dion lagi apa?"
"Nyiapin baju untuk kamu. Mandi dulu gih. Aku udah siapin bajunya …"
"Dion dapat baju darimana?"
"Ooh … aku beli tadi."
"Dion ke toko baju?"
Pria itu menggeleng, "Engga … aku pesan lewat online, abang-abang nya yang nganterin kesini. Kamu siap-siap dulu sana, aku keluar sebentar beli sarapan. Kamu mau apa? Nasi uduk? Bubur? Gado-gado? Ketupat? Atau ada yang lain?"
Sena melingkarkan tangannya di lengan Dion, dan bersandar di bahu bidang pria itu, "Ga mau, sarapannya bareng Dion aja di luar."
Dion mengacak-acak rambut gadisnya, "Jadi kamu ga mau sarapan disini?"
Sena menggeleng, "Engga. Sena ga mau ditinggal."
"Iya, yaudah siap-siap dulu sana … aku tungguin."
"Oke sayang …" ucap Sena mendadak gombal.
Muach..!
Dion memegang pipi kirinya yang mendapatkan morning kiss dari Sena.
"Sena," ucap Dion terkejut. Ada saja tingkah Sena yang membuatnya selalu senam jantung. Ia sudah mati-matian menahan diri, tapi Sena malah makin menjadi-jadi.
Sena melarikan diri, kabur. Sebelum mendapatkan semprotan dari Dion.
"Selama gue ga ada, Mario ngajarin apa aja ke Sena?"
"Hadeuh …" Dion memegang kepalanya, "Jangan sampai ada Mario ke dua di dunia ini."
"Bisa rusak otak Sena."
"Bang, bubur ayam 2," titah Dion lalu duduk di kursi emperan yang telah di sediakan. Ia dan Sena duduk berhadapan.
"Oke mas," jawab sang penjual bubur menyiapkan dua mangkok bubur ayam.
Sena dan Dion telah berganti kaos, dan celana training. Sebelum pergi ke kelas melukis, mereka akan menghabiskan waktu bermain terakhir di hutan mangrove.
This ain't a song for the broken hearted.
Ponsel Dion tiba-tiba berbunyi. Dion meraih ponselnya di saku celana. Nama Dimas terpampang jelas di layar, panggilan w******p.
"Sena aku angkat telepon dulu ya ..."
"Iya Dion," ucap Sena mengangguk.
Dion melangkah menjauh kurang dari 100 meter, menggeser layarnya ke atas.
"Halo Dim?"
Sepeninggal Dion. Sena yang bosan, mengedarkan matanya ke sekeliling daerah mangrove. Suasana disini sangat asri dan ramai, pagi-pagi saja sudah ramai.
Saat ia sedang asyik-asyiknya menikmati suasana mangrove. Terlihat dari ujung sana dua orang ibu-ibu menunjuk Sena, dengan kata-kata yang Sena tidak tahu. Ibu-ibu itu terlalu jauh, ia tidak bisa mendengar apa yang ibu-ibu itu bicarakan tentangnya.
Sena menoleh ke belakang, barangkali ibu itu menunjuk sesuatu. Ternyata bukan, ibu-ibu itu memang menunjuk dirinya.
Sementara di ujung sana, perbincangan ibu-ibu itu.
"Bu Bu coba liat deh, bukannya itu cewek yang ada di koran ya?" ucap ibu-ibu berkacamata dengan rambut keriting.
"Mana?" tanya ibu-ibu berambut Bob.
"Itu," ibu-ibu berambut keriting menunjuk Sena.
"Siapa?"
"Itu gadis hilang yang lagi di cari-cari polisi," jawab ibu berambut keriting yakin.