SB - 04

1949 Words
"Apa kau ada tugas untuk besok?" "Hah? Apa?" Aku sedang tidak fokus jadi tidak mendengar pertanyaan Vano. Laki-laki itu tersenyum. "Kau ada tugas untuk besok?" Ulangnya. Kami sedang menunggu studio dibuka. Tidak terlalu lama, hanya lima belas menit lagi. "Tidak. Kenapa?" "Kau terlihat tidak nyaman. Seperti ada yang sedang kau pikirkan." Apa begitu kentara sampai Vano menyadarinya? Aku langsung menggeleng. Aku tidak mau Vano menerka-nerka apa yang sedang aku pikirkan. "Tidak. Aku hanya sedang memikirkan ikan peliharaanku di rumah. Aku lupa apa aku sudah memberinya makan atau belum." Alasan yang bagus. "Kau suka ikan?" Aku mengangguk. Tidak begitu suka sebenarnya. Tapi aku punya satu ikan peliharaan yang aku sayang seolah itu adalah anakku. Ikan itu hadiah ulang tahun dari K' Tana. "Kau suka memelihara hewan?" "Hanya ikan." "Kalau aku suka kucing. Aku punya banyak kucing di rumah." Vano kemudian menceritakan dengan antusias tentang kucing peliharaannya. Ia punya beberapa jenis kucing mahal seperti Persia dan Angora. Aku hanya tersenyum merespon. Aku tidak suka kucing. Lebih tepatnya aku alergi bulu kucing. Aku kembali terdiam. "Bukannya itu K' Tana dan Nayna?" Aku langsung mengangkat kepala mendengar Vano menyebut dua nama itu. Benar. K' Tana dan Nayna sedang mengantri di tempat pembelian popcorn. Apa yang mereka berdua lakukan di sini? Bodoh. Tentu saja menonton. "Aku tidak tau kalau K' Tana ternyata bersama Nayna." Aku melihat ke arah Vano. Apa maksud kata-katanya? Ia juga memandangku. Aku tidak bisa artikan tatapannya itu. "Sejujurnya aku pernah mengira kalau kau dan K' Tana pacaran." Aku tidak sadar tapi aku pasti melotot. "Kalian sangat dekat. Tidak hanya aku. Bahkan sebagian besar anak jurusan kami mengira begitu. Bahkan di saat kami kumpul jurusan pun kadang mereka menggoda K' Tana tentang hubungan kalian." Aku tidak tau harus merespon apa? Apa yang harus aku katakan? Aku penasaran bagaimana respon K' Tana saat ada yang menggodanya begitu. Tapi aku tidak mau terkesan ingin tau. Vano bisa saja curiga. "Oh ya? Ha ha ha." Hanya itu yang bisa aku katakan. "Jika saja tidak melihat langsung sekarang aku pasti masih mengira kalian berdua pacaran. Soalnya K' Tana tidak pernah menyangkalnya.." Deg. "Haruskah kita menyapa mereka?" Menyapa mereka? Itu bukan ide bagus, kurasa. Aku tidak mau menyapa mereka. Untungnya hal itu tidak terjadi. Saat Vano akan memanggil, mereka sudah lebih dulu masuk ke dalam studio. Untung saja studio kami berbeda. Tapi kenapa ada rasa tidak menyenangkan melihat mereka berdua?? —— "Aku tidak tau kau sependiam ini.." "Hah?" Kami keluar dari studio. Filmnya sudah selesai tapi aku sama sekali tidak bisa fokus pada filmnya. Padahal aku sudah menunggu untuk menonton film ini. s**l. Bayangan K' Tana dan Nayna tidak mau pergi dari kepalaku. "Kau biasanya sangat aktif bicara. Apa kau tidak nyaman denganku?" "Tidak, bukan begitu. Aku hanya sedang lapar. Aku memang jadi pendiam saat lapar.." alasan lain lagi. Bagus Tarin. Buatlah kebohongan sebanyak yang kau bisa. "Oh. Kalau begitu ayo kita makan dulu. Aku tau restoran yang enak." Baiklah. —— Carbo g**g. Naynaracl : yohoooooooo Naynaracl : apa yang pergi kencan sudah pulang? Naynaracl : cepat ceritakan Tallliinnn Naynaracl : bagaimana kencanmu? Sukses? Ah aku sudah tau kau pergi dengan siapa Naynaracl : aku tidak tau kau dekat dengannya Naynaracl : dia salah satu bintang TekLing Naynaracl : temanku bahkan ada yang menyukainya Naynaracl : tapi berhubung kau sahabatku maka aku akan mendukungmu Mendukung? Aku tidak butuh! Kencan? Kalian berdua yang pergi kencan! Aku menatap layar ponsel tanpa berniat membuka ruang percakapan. Pesan-pesan itu terus masuk dan aku hanya memandanginya seperti seorang penonton. Tanakatan : maaf, aku tidak maksud memberitahu Nayna. Tapi dia memaksa ? Naynaracl : itu berita baik tidak boleh dirahasiakan ?? Tanakatan : jadi bagaimana kencannya? Tanakatan : apa seorang Tallinn akhirnya akan melepas masa jomblonya? ? Apa dia tidak tau kalau ada hati yang patah di sini? Bahagia mereka sama sekali bukan bahagiaku. Lalu ada apa dengan Vano? Kenapa dia tiba-tiba jadi baik padaku? Ah aku tidak bisa memikirkan apapun tentang Vano saat ini. Tanakatan : aku bahagia untukmu, Talll Tanakatan : aku tidak khawatir jika itu Vano Tanakatan : kalian berdua cocok ? Kalian berdua cocok! Kalian berdua cocok! Tapi aku tidak mau menjadi cocok dengan Vano! Aku tidak menyukai Vano. AKU MENYUKAIMU! TANAKA s****n! Aku pilih untuk mematikan ponsel. Aku butuh tidur. Ini benar-benar melelahkan. —— Ada beberapa alasan kenapa aku bisa menyukai K' Tana dalam waktu yang lama dan sanggup merahasiakannya sampai sekarang. 1. Aku dulu tidak langsung menyukainya. Sebelum dekat dan suka padanya, aku lebih dulu menyukai ketua pelaksana MOSIMA. Dia seniorku di Arsitektur, satu tahun di atasku. Waktu itu aku mahasiswa baru. Karena dia adalah KP kegiatan MOSIMA, jadi dialah yang paling sering berkomunikasi dengan kami. Aku hampir melihatnya setiap hari. Mungkin itulah kenapa aku tidak tau kalau K' Tana ada karena perhatianku sudah diambil orang lain. Karena aku tidak langsung menyukainya, makanya aku jadi susah menghilangkan perasaanku pada K' Tana. Rasa sukaku tumbuh secara perlahan. Lalu lama-lama menjadi bagian diriku. Keseharianku. 2. Dia bukan tipeku. Ketika aku suka seseorang yang sesuai tipeku, aku jadi memiliki standar terhadap hal itu. Ketika aku temukan orang lain dengan tipe yang sama namun lebih baik, maka aku dengan mudah melupakan yang lama. Tapi K' Tana sama sekali bukan tipeku. Dia jauh dari mantan-mantanku. Itulah kenapa tidak ada standar untuknya. Aku tidak memiliki ekspektasi apapun sehingga cenderung menerima dia apa adanya Dia hanya dirinya dan aku menyukainya. 3. Dia orang yang sangat tenang dan sabar. Aku adalah tipe orang yang mudah meledak. Masalahnya bukan karena hal besar. Tapi karena hal kecil. Aku susah mengendalikan emosiku hingga aku gampang sekali marah. Tapi K' Tana berbeda. Dia sangat tenang dalam hal apapun. Tentu saja banyak orang tenang di luar sana. Bukan hanya dirinya. Tapi hanya dia yang bisa membuatku ikut jadi tenang dengan sikapnya itu. Sikap tenang dan kesabarannya seperti menular. 4. Dia perhatian pada hal-hal kecil. Ini salah satu kelemahan yang rata-rata dimiliki laki-laki. Kurang peka dan tidak perduli pada hal-hal sepele. Tapi K' Tana berbeda. Aku bisa jamin kalau dia adalah satu-satunya laki-laki paling peka dan perduli yang pernah aku kenal. 5. Dia tidak jaim dan tidak berusaha terlihat keren. Dia sederhana. Apa adanya. Simple. Dia tidak pernah berusaha terlihat hebat di depanku ataupun Nayna. Pun di lingkungannya. Jika dia keren itu karena dia memang keren. 6. Dia sangat realistis. Pada usia ini, aku merasa poin ini cukup penting. Menurutku janji-janji manis yang hanya terucap di mulut bukan lagi sesuatu yang bisa membuatku tertarik atau berdebar. Dan dia adalah orang yang realistis dan tidak muluk-muluk. Setidaknya ada 6 poin utama yang aku miliki kenapa aku menyukainya dan masih menyukainya sampai saat ini. Aku akan tambahkan satu poin terakhir. Dia orang yang humoris dan selera humornya sama recehnya seperti diriku. Kami bisa tertawa hanya karena sebuah plastik terbang. Sesederhana itu. Drtt.. drrt.. Ponselku bergetar. Aku memang mematikan nadanya tadi. Jam berapa sekarang? Jam 12. Apa aku tidur selama itu? Astaga. Aku harus segera bangun. Aku ada kelas jam 1. —— "Aku terus menelponmu tapi kau tidak mengangkatnya. Lalu ada apa dengan matamu?" Ranha, temanku menunjuk mataku dengan ekspresi horor. "Kau baik-baik saja? Kau nyaris seperti zombie.." Dia tau aku kadang suka insomnia. Kenapa dia masih bertanya seolah baru mengenalku? Ranha ini adalah sahabat baikku dari SHS. Kami teman satu sekolah. Tapi saat kuliah kami mengambil jurusan berbeda karena dia tertarik pada dunia broadcasting sedangkan aku bercita-cita menjadi seorang Arsitek. Kami sangat jauh berbeda tapi Ranha sangat mengenal dan memahamiku makanya kami cocok. "Aku baru tidur jam setengah tujuh pagi. Aku menyesal minum kopi kemarin. Harusnya aku tidak minum kopi." Penyesalan yang tidak bisa dipegang. Ini adalah penyesalan yang ke seribu kali mungkin. Hari ini aku menyesal besok aku akan mengulanginya. "Sudah tau kau punya insom, kenapa masih minum kopi? Itu akibatnya. Kau suka menyiksa diri sendiri." Aku meneguk teh es ku tanpa henti. "Omong-omong ada apa kau ke sini hari ini? Tumben." Fakultas kami berada cukup jauh. Butuh waktu 15 menit berjalan kaki. Untungnya Ranha punya mobil yang membuatnya tidak perlu menyeka keringat atau mengurut betis karena lelah. "Oh itu. Aku sebenarnya mau minta bantuanmu." "Soal apa?" Perempuan berambut pendek itu tersenyum. Ia kemudian menceritakan maksud dan tujuannya. Semua ini berkaitan dengan tugasnya. Di mana dia harus mewawancarai seseorang yang berpengaruh atau punya andil dalam suatu komunitas atau lembaga. "Jadi kau mau mewawancarai K' Tana?" Dia mengangguk. Lihatlah binar wajahnya itu. Ia persis seperti anak anjing yang sedang meminta sesuatu pada majikannya. Aku jadi tidak tega menolaknya. Tapi aku sedang dalam mood sangat buruk untuk bicara dengan K' Tana. Apalagi dia terlihat sangat cerah tadi. Sepertinya jalan-jalannya dengan Nayna kemarin sangat menyenangkan sampai dia sebahagia itu. Memang apa yang aku harapkan? Apa aku akan berharap dia berwajah masam dan sedih karena aku pergi menonton dengan Vano? Jangan mimpi. "Baiklah. Tapi aku tidak janji dia bersedia." "Kau bisa membujuknya. Aku yakin dia akan mau kalau kau yang membujuknya." Tidak! Kenapa dia harus luluh karena aku? "Hai, Ranha di sini juga. Lama kita tidak bertemu.." orang yang sedang dibahas akhirnya muncul. Ia mengambil tempat di sebelahku. Ranha menyapa dengan cengiran. "Apa yang membawa seorang anak DIKOM ke sini?" Ranha melirikku. Ia memberi kode. Tapi aku sedang malas bicara. "Aduh.." aku menjerit kesakitan saat Ranha menendang kakiku. s****n! "Kenapa?" K' Tana melihat ke arahku. Ini sakit. Ranha s****n! Dia menendangku dengan ujung heelsnya. Itu benar-benar menyakitkan. "Ranha ingin mewawancaraimu untuk tugas kuliahnya." "Benarkah?" Respon K' Tana membuat binar cerah di wajah Ranha. "Kau bersedia?" tanya Ranha. Dia bisa bicara sendiri kenapa harus menyusahkan aku? "Tentu. Kenapa tidak?" K' Tana tersenyum. Senyumnya membuat rasa kesalku hilang seketika. Apa aku menjadi tidak rasional lagi? Semudah itukah untuk menghilangkan rasa kesalku padanya? Tarin! Kau menyedihkan! Dan K' Tana memang orang yang sangat baik. Bagaimana caranya untuk bisa melupakannya jika dia begitu menarik perhatianku? "Aku minta maaf." Aku mengerutkan kening. Menatapnya dengan bingung. Kenapa dia tiba-tiba minta maaf padaku. "Aku pergi dulu ya. K' Tana, terimakasih. Nanti akan aku hubungi." Kemudian Ranha pergi dengan hati senang. Tapi si s****n itu meninggalkan bekas di tulang keringku. "Untuk apa? Kenapa tiba-tiba minta maaf? Apa kau didiagnosis penyakit berbahaya? Apa umurmu tinggal sebentar lagi?" Reaksiku sedikit berlebihan. Aku sengaja karena menyenangkan melihat wajah kesalnya. Ia mencubit hidungku yang kondisinya sudah sangat menyedihkan. Hidungku sudah pesek kenapa dia terus saja membuatnya menderita? Aku tidak punya uang untuk operasi hidung. "Aku serius." "..." "Aku tidak bermaksud memberitahu Nayna. Tapi dia menelponku dan terus mendesak sampai aku memberitahu." Oh itu. Aku kira ada apa. Apa pentingnya hal itu? "Tidak usah dipikirkan. Aku tidak masalah." Apa dia tidak akan mengatakan tentang kencan mereka berdua kemarin? Apa dia tidak akan memberitahuku? "K—" "Vano bagaimana? Apa dia menyenangkan?" "..." "Ayolah. Berceritalah sedikit." Ia mendesak. "Kenapa kau ingin tau urusanku. Itu privasi.." "Sejak kapan kau dan aku ada privasi?" Sialan! Lihat siapa yang bicara. AKU PUNYA RAHASIA DAN KAU JUGA! "Apa kau menyukai Nayna?" Andai saja aku punya keberanian menanyakan itu. Sayangnya aku tidak punya cukup keberanian untuk menanyakannya dan mendengar jawabannya. s**l! Kenapa aku jadi tersesat sendiri seperti ini? "Dia baik." "Hanya baik?" "Dan menyenangkan. Sudah puas?" K' Tana menganggukkan kepalanya dua kali. "Tidak salah. Vano salah satu yang favorite di jurusan kami." K' Tana tersenyum. Kenapa dia harus tersenyum? Apa menurutnya aku sedang bahagia? "Kenapa bicara begitu? Kau bicara seolah dia menyukaiku dan kami akan menjalin hubungan." "Apa kau tidak tau?" "Apa?" "Kau memang bodoh." "..." "Vano memang menyukaimu. Apa kau tidak bisa melihatnya? Dia sedang berusaha membuatmu menjadi pacarnya. Astaga. Kenapa kau begitu bodoh? Kau harusnya bahagia.." Sungguh? Tapi kenapa kau yang terlihat sangat bahagia di sini? "Ap—" "Jika kau dan dia pacaran, maka tanggung jawabku akan lepas. Aku tidak perlu repot-repot menjagamu lagi.." dengan ekspresi bosan dibuat-buat ia menepuk-nepuk puncak kepalaku. Sialan! Ini benar-benar menyakitkan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD