Apa kalian tidak penasaran apa aku pernah ingin menyerah atas perasaanku padanya? Di mana faktanya dia tidak pernah melihat perasaanku. Jawabannya pernah. Aku pernah ingin menyerah beberapa kali. Aku bahkan pernah dekat dengan beberapa orang. Pernah suatu kali, masuk DM ke instagramku, dia mengatakan bahwa dia mengagumiku. Maksudnya bukan diriku, tapi karyaku. Aku memang punya hobi menulis sejak lama. Tapi aku baru mempublikasikan karya-karya itu sejak kelas 3 SHS. Aku punya sedikit masalah dengan kepercayaan diri. Padahal orang-orang di lingkunganku mengatakan bahwa aku cukup baik dalam semua hal yang aku kerjakan. Tapi sialnya aku selalu melihat sesuatu lebih besar dari sudut negatif.
Meski beberapa karyaku sudah nangkring di toko buku, tapi aku selalu antusias setiap membalas pesan yang masuk baik ke DM ig ataupun ke email. Aku senang mereka merespon karyaku. Apa aku terkenal sampai banyak DM yang masuk? Hm, tidak juga. Pengikut instagramku bahkan lebih sedikit dari Nayna. Mungkin karena aku tidak menghubungkan media sosialku dengan karya-karyaku. Aku juga menggunakan nama pena. Sebagian besar orang yang membaca karyaku hanya mengenal nama penaku. Mereka tidak tau aku yang asli. Hanya segelintir yang sampai kepo dan mencari tau tentang media sosialku seperti akun i********:.
Orang yang waktu itu mengirim DM namanya Yuga. Dia orang yang menyenangkan sebagai teman ngobrol. Kami juga cocok dalam beberapa hal. Karena itulah kami menjadi cukup dekat. Bahkan kami pernah menelfon selama berjam-jam beberapa kali. Setelah tiga bulan saling menghubungi, baru aku sadar kalau ternyata Yuga menaruh hati padaku. Memang bukan dalam porsi besar, tapi gerak geriknya dengan jelas mengatakan kalau dia sedang dalam mode pedekate denganku.
Itu kesempatan yang bagus, sebenarnya. Yuga orang yang menyenangkan. Dia juga lumayan tampan. Terlihat seperti anak baik-baik. Tapi sayangnya aku tanpa sadar justru mendorongnya menjauh. Tanpa sadar membangun benteng antara aku dan dia. Menghalanginya supaya tidak melanjutkan niatnya mendekatiku. Aku melakukannya tanpa sadar. Seperti menolak bahkan sebelum dia menyatakan perasaannya.
Ah, kenapa aku melakukan itu? Apa rasa sukaku pada K' Tana yang membuatku tanpa sadar menjadi defensif? Seperti antibodi yang otomatis melawan kuman dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh?
Dan si Yuga itu, sama seperti yang lainnya. Perlahan mundur dan menyerah. Memangnya aku siapa sampai seseorang ingin memperjuangkan aku sekuat tenaga mereka? Aku tidak secantik putri Indonesia dan tidak sehebat Taylor Swift untuk diperlakukan seperti itu.
Aku sudah bilang kan kalau kami hampir saling mengenal semua orang di fakultas. Jadi aku punya banyak sekali teman dari jurusan lain. Seperti dari Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, dan Teknik Industri.
Bagi kami duduk-duduk bersantai di gazebo (taman fakultas) semacam sudah menjadi suatu rutinitas sehabis kuliah. Tidak selalu tapi cukup sering. Jika kuliah hari itu sedikit, maka setelahnya kami akan berkumpul di sana. Entah sekedar bercerita, berbagai pengalaman ataupun bermain musik.
"Kau sudah selesaikan tugas dari Pak Robin?" Vano membuka obrolan dengan tugas mata kuliah. Sebenarnya kami beda jurusan. Vano jurusan Teknik Lingkungan, sama dengan K' Tana. Tapi dia satu angkatan denganku. Dan mata kuliah Pak Robin adalah mata kuliah umum di mana semua jurusan mengambilnya. Itulah kenapa kami bisa berada di kelas yang sama. Karena kami bebas mengambil waktu mata kuliahnya dan pada satu kelas bisa terdiri dari mahasiswa keempat jurusan.
"Belum. Aku bahkan belum menemukan gagasan dasarnya."
"Kau tidak akan ada masalah, Tarin. Pak Robin menyukaimu dan kau sangat hebat dalam mengarang," Vano berkomentar. Uh, haruskah aku merasa tersanjung atas pujiannya?
Ini memang bukan kelas pertama dengan Pak Robin. Semester sebelumnya juga ada kelas dengan beliau.
"Kelas siapa?" K' Tana muncul dengan beberapa tusuk bakso bakar. Kami langsung menyantapnya karena aroma bakso yang cukup menggoda.
"Pak Robin."
"Oh. Tugas besar?"
Kami mengangguk.
"Beliau Dosen yang lumayan menyenangkan menurutku."
"Oh ya? Tapi dia sangat tajam dalam mengkritik," Vano meringis. Dia memang pernah mendapat kritikan tajam dari Pak Robin. Aku bukan membela tapi menurutku Vano memang salah waktu itu.
"Pak Robin bukan orang yang suka bertele-tele. Cukup ikuti keinginannya dan jangan menarik perhatiannya berlebihan. Seperti ribut di kelas atau datang terlambat."
Aku mengangguk. Pak Robin tidak suka orang yang datang terlambat ke kelas. Ia bahkan lebih mentolerir orang yang terlambat mengumpulkan tugas daripada orang yang terlambat datang ke kelas. Hebat kan?
"Bagaimana dengan persiapan untuk penyambutan mahasiswa baru?" K' Tana memandangi kami cukup serius. Awal semester baru saja dimulai. Sudah kegiatan rutin kami untuk menyambut mereka. Menyambut di sini bukan dalam artian mengucapkan selamat datang dan mempersilahkan mereka masuk. Tidak sesederhana dan semudah itu. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Dan tahapan ini kadang bisa sedikit kejam. Tapi jika mereka masuk ke fakultas teknik harusnya mereka sudah mempersiapkan diri untuk ini kan?
"Yang lain sudah rampung dan tidak ada masalah, hanya saja untuk acara puncak kami masih harus mencari lokasi dan mendiskusikan lagi macam kegiatannya. Saat briefing dengan dekan dan kajur, kami mendapat peringatan keras. Beberapa dosen bahkan sudah memberikan wanti-wanti pada kajur untuk lebih hati-hati pada kegiatan puncak kita."
K' Tana menghela napas. "Bukan hal baru. Beberapa dosen dari latar belakang pendidikan berbeda memang punya pandangan sedikit negatif pada kegiatan kita."
Aku mengangguk membenarkan. Dulu aku juga begitu. Menurutku semua kegiatan di fakultas teknik hanya mengandalkan k*******n dan terlalu menekan senioritas. Tapi setelah dijalani ternyata intinya bukan itu. Setiap orang memang punya pandangan berbeda. Sebagian bisa memahami sebagai lagi tidak. Tapi terserahlah. Bagaimana kita memilih berpikir terhadap sesuatu sama seperti bagaimana kita memilih jalan hidup.
"Apa kau sudah mendengar tentang ini?"
"Tentang apa?"
"Kegiatan kali ini akan dibagi menjadi 60% fakultas dan 40% jurusan."
"Kenapa begitu?"
Vano memasang ekspresi serius. Itu memang baru hasil rapat kami sebagai panitia pelaksana inti. Kami belum mendiskusikan dengan SC yang notaben mahasiswa tahun 4 dan 5.
"Kami baru merapatkan ini kemarin. Kami akan memberikan undangan rapat untuk semua SC minggu depan. Tapi berhubung ada kau di sini, kami akan meminta pendapatmu. Jadi kami memutuskan untuk fokus melakukan 60% kegiatan fakultas. Tujuannya supaya semua mahasiswa baru lebih memahami visi misi dan kekerabatan di fakultas kita."
"Apa ini karena kejadian tahun kemarin?"
Vano mengangguk. "Ya, 90% karena itu."
Tahun kemarin ada mahasiswa baru yang berkelahi dengan mahasiswa tahun empat. Bayangkan saja bagaimana kacaunya itu. Anak tahun pertama mengajak berkelahi SC.
"Tapi itu akan membuat keintens'an dalam jurusan jadi berkurang karena waktunya lebih sedikit," ujar K' Tana memberikan pendapatnya.
"Memang benar. Tapi itu bukan masalahnya. Logikanya begini. Dibandingkan dengan jurusan, waktu kita berkumpul fakultas jauh lebih sedikit, kan? Jika mahasiswa punya pikiran seperti kita maka tidak masalah. Tapi bagaimana dengan mahasiswa yang sehabis kuliah langsung pulang? Otomatis mereka tidak akan punya waktu berbaur dengan yang lain, terutama dari yang berbeda jurusan."
K' Tana mengangguk.
"Sedangkan waktu dengan teman jurusan jauh lebih banyak kan? Maka kedekatan itu akan terjalin dengan sendirinya. Ketika mereka sudah dapatkan hal itu di fakultas, otomatis di jurusan akan mengikuti."
"Aku tidak masalah dengan ide itu. Gagasan itu aku juga sudah pernah memikirkannya. Tapi aku rasa ini tidak akan mudah. Kalian tau kan halangannya di mana?" K' Tana memandangi kami bergantian.
Matanya terlihat sangat indah dengan bola mata hazel dan bulu mata yang lentik. Astaga. Aku bahkan sempat mengaguminya di saat seperti ini. Tolong segera sadarkan aku.
"Hm.." kami mengangguk.
"Aku bisa menerima ide kalian karena aku punya pandangan yang sama. Tapi beberapa senior dari masing-masing jurusan tidak akan setuju dengan mudah ide itu. Aku tidak akan sebutkan dari jurusan mana, tapi kalian pasti mengerti. Beberapa senior kita masih banyak yang egois.."
"Iya, benar. Nah tujuan dari ide ini juga untuk mengurangi gagasan yang seperti itu. Sedih rasanya melihat kita masih bersaing satu sama lain padahal kita satu keluarga. Itu seperti kita terlihat bagus dari luar tapi b****k di dalam. Orang lain melihat kita sangat akrab dan dekat, tapi nyatanya kita saling kompetitif di dalam.."
Tidak salah Vano diangkat jadi KP OSPEK tahun ini. Dia memang cerdas dan bijak. Itulah kenapa aku suka berteman dengannya. Aku seperti menemukan teman berpikir yang sama.
"Tarin.."
"Hm?"
"Kau ada acara nanti malam?"
Pertanyaan tiba-tiba Vano berhasil membuat aku dan K' Tana menatapnya dengan ekspresi melongo. Terkejut.
"Hm, aku harus bekerja." Ini hari kerjaku. Aku bekerja hanya 4 hari dalam seminggu. Dan hari ini termasuk hari kerjaku. "Kenapa?"
Vano terlihat aneh. Senyumnya terlihat kikuk. "Pulang jam berapa?"
"Sekitar jam 9.."
"Aku ingin mengajakmu nonton. Kau mau? Tidak masalah setelah kau bekerja. Bagaimana?"
Apa Vano mengajakku nonton? Seorang Vano?
Aku sontak melirik ke arah K' Tana. Yang aku dapatkan adalah senyuman jahil darinya. Dia tersenyum tapi aku merasa ada tusukan kecil di dalam sini.
——
Carbo g**g.
Tanakatan : uhuyyyyyyyyyyyyy spadaaaa
Tanakatan : Talinnnn kau masih hidup??
Naynaracl : memang Talin kenapa?
Aku membuka grup chat dengan keadaan malas-malasan. Aku baru tidur kurang lebih 20 menit. Aku ingin istirahat karena satu jam lagi harus berangkat kerja. Tapi notifikasi dari grup membuat aku tidak bisa memicingkan mata. Haruskah aku senyapkan saja?
Tanakatan : ada yang akan pergi kencan malam ini
Tanakatan : haruskah kita mulai memikirkan akan minta pj apa? @naynaracl
Naynaracl : aku benar2 tidak mengerti
Naynaracl : siapa yang kencan?
Naynaracl : apa aku melewatkan sesuatu 'lagi'??
Aku menghela napas. Nayna cukup sering menyindir akhir-akhir ini. Aku tidak tau dia hanya bercanda atau dia serius. Tapi aku sedikit perasa sehingga membuat aku menduga-duga.
Tallinn21 : can you guys be quite? Someone is sleeping ?
Tanakatan : uuuhhh ada yang sedang mempercantik diri. Apa itu persiapan untuk nanti malam?? ?
Naynaracl : Talllll kau akan pergi kencan? Dengan siapa??
Naynaracl : kau tidak memberitahuku!!!!!
Naynaracl : apa kau menyimpan rahasia darikuuuu???? ???
Nayna dengan segala kelebayannya. Astaga.
IYA AKU MENYIMPAN RAHASIA DARI KALIAN BERDUA!
Lempar aku ke danau sekarang.
Tallinn21 : aku pergi dengan teman -_- dan itu bukan KENCAN
Naynaracl : teman? Siapa? Biasa kau keluar dengan kami ? kau ada teman dekat baru?
Aku menepuk kening. Apa aku terlalu sering keluar dengan mereka? Seolah aku tidak punya teman jalan selain mereka? Jawabannya IYA. Aku memang hanya keluar dengan mereka dan hampir tidak pernah dengan orang lain. Kalaupun ada pasti pergi kelompok. Tidak pernah berdua seperti ini.
Tapi kenapa Vano tiba-tiba mengajakku pergi nonton? Aku dan dia memang dekat. Tapi kami tidak pernah pergi keluar berdua.
Tanakatan : salah satu bintang dari TekLing ?
Naynaracl : TekLing? Siapa? Kau? ?
Jika itu K' Tana maka aku tidak akan tidur jam segini. Aku pesti ke salon untuk persiapan agar bisa tampil cantik maksimal.
Uh, aku menyedihkan.
Tanakatan : untuk apa aku mengajak Talin kencan?
Kretak.
Apa kalian mendengar suara retak? Iya, itu suara hatiku.
Naynaracl : siapa tau kau ingin kencan dengannya.
Tanakatan : aku tidak kencan dengan adikku ?
Jleb. Sudah, aku tidak bisa membaca pesan-pesan itu lagi.
***