8. Salah Paham

1147 Words
Dikamar, Bibi Margarett membawakan pakaian merah maroon pilihan Raziel untuk Gladys pakai. "Nona, ini pakaian yang Tuan persiapkan untuk anda". "Baik Bi, akan aku pakai. Bibi boleh keluar". Bibi Margarett meninggalkan kamar tamu membiarkan Gladys mengganti pakaiannya. Gladys yang baru saja mandi melihat Dress merah maroon pemberian Raziel merasa heran. "Ini hanya di dalam rumah, mengapa dia memberiku Dress merah darah seperti ini. Direktur memang orang yang aneh". Setelah selesai membersihkan diri Gladys keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ruang makan. Di ruang makan, Raziel sudah duduk di meja makan dengan hidangan yang sudah menanti untuk di santap. "Direktur, terima kasih untuk hari ini. Saya pasti akan membalas kebaikan Direktur suatu saat nanti". "Gadis sepertimu memang bisa membalas kebaikan dengan apa?" Kata Raziel tanpa melihat kearah lawan bicaranya. "Memang Direktur angkuh, berbicarapun tanpa melihat lawan bicaranya". Gumam Gladys, dia berjalan ke arah meja makan. Raziel yang tidak begitu memperhatikan Gladys, begitu melihat Gladys didepannya, Raziel seketika terdiam memandang Gladys dengan tatapan mendalam. "Roshalia…!". Nama Roshalia keluar dari mulut Raziel begitu saja melihat Gladys memakai Dress merah maroon. "Direktur, siapa yang kau panggil Roshalia? Apa dia kekasihmu?". Tanya Gladys "Bukan urusanmu. Jangan membahas hal itu lagi didepanku! Cepat makanlah lalu kembali ke kamarmu". Gladys merasa Raziel menyembunyikan sesuatu darinya yang berhubungan dengan Dress yang dia kenakan. Sedikit perasaan kecewa singgah begitu saja di hati Gladys, seakan dia hanya pengganti dari orang lain. 'Mengapa aku merasa Direktur sedang berbohong kepadaku? Dress ini.. Pasti ada suatu rahasia tentang Dress ini, aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia bahkan memanggilku dengan nama Roshalia. Dan mengapa aku merasa kecewa? Apa untungnya bagiku?'. Batin Gladys beradu. "Mengapa tidak kau makan makanannya? Apakah gadis sepertimu masih memikirkan diet?". Sindir Raziel. "Mana ada! Aku hanya sedang berfikir bagaimana caranya agar aku bisa tahan hidup dengan Direktur yang bahkan memanggil orangpun masih salah nama". Balas Gladys dengan perkataan pedasnya. Dia melahap bulat-bulat telor dadar di depannya dengan raut wajah kesal. Braaak!  Raziel menggebrak meja dan meletakkan alat makannya. Nafsu makan Raziel hilang seketika. "Sudah ku katakan untuk tidak membahas hal itu didepanku. Apa kau tidak tahu apa yang akan terjadi jika sudah memancing AMARAH ku?" Ancam Raziel, dia menatap tajam Gladys hingga membuat Gladys gemetar. "Direktur! Semakin kau mengelak memberitahu yang sebenarnya, maka aku akan mengatakan hal ini berulang kali. Kau seperti pria pengecut yang sedang melarikan diri, kau bahkan berikan pakaian kekasihmu padaku. Apa kau fikir aku ini PENGGANTI kekasihmu?". Balas Gladys dengan lantang meski sebenarnya dia merasa gemetar. "Bibi Margarett!" Panggil Raziel. "Bawa Gladys kembali ke kamarnya, jangan biarkan dia keluar dari sana sebelum dia menyadari kesalahannya!". Bibi Margarett datang dan menghampiri Gladys yang meletakkan sendok dan garpunya setelah mereka berdebat. "Nona, mari saya antar ke kamar". Bibi Margarett mencekal pergelangan tangan Gladys. "Tidak Raziel, apa yang akan kau lakukan. Aku bukan budakmu, mengapa kau harus mengurungku!". Teriak Gladys memberontak. "Aku adalah Tuanmu dan kau adalah pelayanku. Seorang pelayan melakukan kesalahan maka dia harus di hukum!". Kata Raziel. Ruang makan berubah menjadi tempat yang begitu tegang dengan perdebatan Raziel dengan Gladys. Raziel yang masih duduk melihat pemberontakan Gladys akhirnya menghampirinya. Raziel mencekal dagu Gladys dan mengarahkannya tepat didepan matanya. "Gladys, dengarkan baik-baik. Jika saja kau lebih penurut dan tidak mencampuri hal yang bukan menjadi urusanmu, aku tidak akan melakukan hal kasar seperti ini padamu. Aku bukanlah orang yang mudah menindas wanita, tapi karena kau yang lebih dulu mencari masalah, maka jangan salahkan aku jika melakukan hal yang lebih kejam dari ini!". Raziel melepas cekalannya dan membiarkan Gladys pergi dari hadapannya. "Raziel, kau memang iblis!". Dengan air mata yang berlinang, Gladys berlari meninggalkan ruang makan menaiki tangga menuju kamarnya. Bibi Margarett yang melihatnya merasa kasihan pada Gladys, gadis yang tidak tahu apa-apa harus menerima kemarahan dari pria seperti Raziel. "Tuan, sepertinya anda terlalu kasar pada Nona Gladys. Tidak seharusnya anda melampiaskan kemarahan anda padanya yang tidak mengetahui apa-apa". "Kau tidak perlu ikut campur Bi, dia cepat atau lambat akan menjadi tumbal ritual malam purnama darah. Mengapa aku harus berbelas kasih padanya? Lagi pula Roshalia masih menungguku untuk membuatnya terbangun dari tidur panjangnya. Tidak ada alasan untukku mengerti perasaannya". "Tuan.. Anda berkata seperti itu hanya untuk menutupi perasaan anda yang sebenarnya. Anda terlalu takut jika anda akan jatuh hati pada Nona Gladys dan melupakan tujuan anda". "Diam kau Bi, sudah cukup aku membiarkanmu berbicara! Jaga batasanmu, aku melakukan ini karena masih menghargaimu sebagai orang yang pernah merawatku!". Raziel meninggalkan ruang makan dengan tergesa-gesa menuju kamarnya. Di kamarnya, Raziel langsung menuju kamar mandi dan membasahi seluruh tubuhnya dengan air shower yang mengucur deras. 'Ada apa denganku, mengapa aku bisa kehilangan kontrol seperti ini? Apakah benar yang di katakan Bibi bahwa aku sedang lari dari kenyataan. Bahwa aku melakukan ini karena aku terlalu takut akan jatuh cinta pada Gladys dan melupakan Roshalia?. Tidak.. Aku sudah bertahan selama 300tahun hanya untuk menunggu Roshalia bangun dari tidurnya, bagaimana mungkin aku bisa mencintai wanita lain!'. Batin Raziel beradu. Air dingin yang terus membasahi tubuh Raziel membuatnya merasa lebih baik meski fikirannya tiba-tiba terngiang-ngiang perkataan Gladys yang mengatakan 'Raziel kau memang iblis'. Setengah jam Raziel di kamar mandi tanpa melakukan apapun, dia keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk kimononya. Disaat dia akan merebahkan dirinya di kasur, lagi-lagi perkataan Gladys terngiang di fikirannya. 'Semakin aku mengelak, suara itu semakin mengganggu fikiranku. Perkataan Gladys yang penuh kebencian, mengapa itu membuat hatiku terasa sakit. Mengapa kau bisa bisa seperti ini Raziel!'. **** Keesokan harinya, Raziel sudah rapih dengan setelan kemejanya bersiap-siap untuk pergi kekantor. Dari luar pintu kamarnya Bibi menghampirinya. "Tuan, Nona Gladys masih berada di kamarnya sejak tadi malam. Apakah perlu saya melihatnya dan meminta dia untuk ke kantor?". Tanya Bibi Margarett "Bibi cukup melihatnya, untuk hari ini biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, jangan kekang dia. Pesan beberapa pakaian untuk kebutuhan sehari-harinya, dan siapkan semua kebutuhan lainnya yang dia perlukan". "Baik Tuan" Jawab Bibi Margarett dengan senyuman. Bibi Margarett langsung memesan pakaian dari butik ternama untuk di antarkan kerumah, sementara itu dia mengambil satu pakaian dan mengantarkannya ke kamar Gladys. Tok.. Tok.. "Nona Gladys, ini Bibi Non". "Masuk Bi, pintu tidak di kunci". Balas Gladys Bibi Margarett masuk dan meletakkan pakaian di atas kasur, dia melihat betapa lusuhnya wajah Gladys. Terlihat jelas kalau Gladys merasa tidak nyaman semalaman. "Apa yang di katakan Tuanmu Bi, dia pasti ingin mengurungku dan tidak membiarkanku pergi bukan!". "Saya tahu Nona masih membenci Tuan yang bersikap seenaknya saja seperti tadi malam. Tapi Tuan tidak mengatakan hal seperti itu. Mungkin karena merasa bersalah, Hari ini Tuan membebas tugaskan Nona dari pekerjaan kantor atau rumah dan tidak melarang Nona keluar dari tempat ini". Mendengar perkataan Bibi Margarett yang seakan mustahil membuat Gladys tersentak. "Beneran Bi, Direktur mengatakan itu pada Bibi?". Tanya Gladys untuk memastikan. "Benar Non, kalau tidak percaya Nona bisa menanyakannya langsung". Jawab Bibi Margarett. 'Raziel, sebenarnya apa maumu. Secepatnya itu kau mengubah keputusan. Apa benar ini hanya karena rasa bersalah?'.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD