Raziel mengangkat Gladys dalam pelukannya dan membawanya keluar dari Villa. Karena Gladys merasa malu dia sempat memberontak pada Raziel dan meminta turun dari pelukannya.
"Direktur, apa yang sedang kau lakukan? Cepat turunkan aku! Aku masih memiliki kaki untuk jalan sendiri". Teriak Gladys,
"Diam! Atau aku akan meninggalkanmu disini sekarang juga!". Bantah Raziel.
Seketika Gladys terdiam mendengar peringatan dari Raziel. Dalam pelukan Raziel Gladys bisa melihat jelas wajah tampan Raziel, wajah tenang dan dingin yang selalu Raziel tunjukkan didepan orang-orang.
'Perasaan seperti ini mengapa terasa seperti De Javu bagiku? Apakah ini hanya hayalanku saja, Seolah aku sudah pernah merasakan perasaan ini sebelumnya'. Batin Gladys.
Raziel membawa Gladys masuk ke mobil untuk membawa Gladys kembali ke Mansionnya. Di perjalanan suasana di dalam mobil sangat kaku dan sunyi membuat Gladys merasa tidak nyaman, Di tambah lagi dengan sikap Raziel yang selalu acuh dan terkesan tidak peduli. Gladys yang merasa canggung teringat akan bagaimana Raziel bisa datang menyelamatkannya.
"Direktur, sebelumnya.. Bagaimana kau bisa tahu aku dalam bahaya dan menemukanku disini?".
Pertanyaan Gladys membuat Raziel tersentak, dia tidak mungkin memberitahukan kalau dia mendengar panggilan Gladys. Identitas Raziel yang sebenarnya belum saatnya Gladys untuk mengetahuinya.
"Hanya insting saja, wanita sepertimu belum sampai di Mansion kalau bukan mencari masalah lalu kau bisa apalagi?".
"Direktur, Perkataanmu benar-benar pedas!, ku cabut kembali presepsiku tentangmu. Kau memang pria yang menyebalkan". Gladys memalingkan wajahnya yang cemberut penuh kejengkelan.
"Hnng.. Nona Gladys ingatlah batasanmu, Aku masihlah Direkturmu. Apa kau ingin aku memecatmu saat ini juga?".
'Kurang ajar sekali Direktur angkuh ini, Arrrgh… kalau bukan karena aku sangat membutuhkan pekerjaan. Aku pasti sudah resign sekarang juga! Gladys, sabar.. Sabar..'
Gladys langsung melihat ke arah Raziel, seketika wajahnya berubah memelas. "Direktur, tadi itu hanya bercanda. Tolong, jangan pecat pegawaimu ini. Bukankah kita sudah sepakat kalau aku jadi pelayanmu, Direktur yang baik hati ini akan memberiku kesempatan?". Bujuk Gladys dengan wajah memelasnya.
Sekilas Raziel memandang Gladys yang berubah sikap secepat kilat, diam-diam Raziel tersenyum simpul melihat tingkah manja Gladys.
'Gadis ini, dia bahkan tidak tahu bagaimana cara menyembunyikan perasaannya dengan benar. Benar-benar… buat orang khawatir saja!'.
-Mansion De Night Razor
Setibanya di depan Mansion, Raziel memarkirkan mobil dan keluar membukakan pintu untuk Gladys. Belum sempat Gladys turun dari mobil, Raziel mengangkat Gladys dalam pelukannya dan membawanya kedalam Mansion.
"Bibi Margarett, siapkan makan malam dan pakaian untuk Nona Gladys" Perintah Raziel pada Bibi Margarett yang berdiri di ambang pintu menyambut mereka.
Bibi Margarett sempat heran dan terkejut melihat Raziel membawa gadis dalam pelukannya. Pasalnya seumur hidup Bibi Margarett baru kali ini ada wanita lain yang di perbolehkan memasuki Mansion selain dia.
"Baik Tuan, akan saya siapkan segera".
Gladys yang menyadari kalau Bibi Margarett begitu keheranan melihat kedatangannya membuat Gladys berfikir.
'Apakah pria sombong ini baru pertama kali membawa wanita ke Mansion ini? Ya Tuhan.. Jangan-jangan si Bibi salah paham padaku!'.
Raziel membawa Gladys menuju kamar tamu di lantai dua di samping kamar pribadinya. Sesampainya di kamar, dia menurunkan Gladys di atas kasur.
"Bersihkan dirimu, lalu turunlah untuk makan malam. Bibi Margarett akan mengirimkan pakaian untukmu". Raziel berbalik arah dan keluar dari kamar.
"Direktur sebelumnya.. Terima kasih karena telah menolongku. Maaf atas perkataanku tadi". Kata Gladys lirih,
"Kau tahu terima kasih juga rupanya, tidak buruk". Balas Raziel.
Raziel keluar dari kamar tamu dan menuju sebuah ruang rahasia yang biasa dia pakai sebagai tempat pertemuan untuk membahas beberapa hal penting. Jalan untuk sampai ke ruang rahasia adalah melewati pintu rahasia yang berada di kamarnya. Di kamar Raziel, terdapat lemari yang bisa bergeser dan menuntunnya menuju jalan bawah tanah yang menghubungkan Mansion dengan sebuah tempat pertemuan dengan beberapa orang dari Klan.
Sampai di ujung lorong, terdapat sebuah jalan menuju ke atas dan sampai di sebuah bangunan khusus yang sudah di beri sihir pelindung agar orang yang tidak berkepentingan tidak dapat melihat atau memasukinya. Didepan pintu terdapat beberapa penjaga khusus yang disiapkan untuk keadaan darurat.
"Saya Perdana Menteri Roughter memberi hormat kepada Yang Mulia". Sapa salah satu orang kepercayaan Raziel yang dia tempatkan sebagai Perdana Menteri Kerajaan. Meski Roughter terlihat masih seumuran dengan Raziel, namun karena kecerdasannya Raziel menempatkannya sebagai pengamat atau mata-mata para tetua Bangsawan dan pejabat di Kerajaan.
Raziel masuk ke dalam disusul Roughter dan duduk di sebuah temoat yang biasa dia tempati.
"Rough, apa yang membawamu kemari, dimana Roland?".
"Jawab Yang Mulia, Tuan Roland masih mengurus para pemberontak yang menculik Nona dan sebentar lagi beliau akan sampai".
"Bagaimana situasi di Kerajaan?".
"Masih bisa terkendali, namun ada sedikit pergerakan yang mencurigakan dari Kerajaan Allbyon. Mungkin ini masih ada hubungannya dengan penculikan Nona Gladys". Papar Roughter
"Baiklah, cukup untuk hari ini. Kau boleh pergi".
"Baik Yang Mulia, saya pamit undur diri". Roughter pergi meninggalkan tempat pertemuan.
Raziel yang mendapat kabar tentang pergerakan mencurigakan dari Bangsawan Allbyon sedikit mengusik pikirannya.
'Aku menemukan jiwa Roshalia belum lama ini, tapi mengapa sudah ada yang mengetahui tentang ini bahkan mungkin sebelum aku? Siapa sebenarnya yang merencanakan semua ini?. Sepertinya ada seseorang yang diam-diam menghimpun kekuatan untuk melawanku. Tidak bisa di biarkan!'.
"Yang Mulia, saya Roland memberi hormat pada Yang Mulia". Sapa Roland.
"Yang Mulia, saya Allard memberi salam pada Yang Mulia". Sapa Allard.
"Duduklah, ada yang ingin aku bicarakan denganmu".
"Yang Mulia, anda terlihat sedang memikirkan sesuatu. Apa ada hal yang terjadi?". Tanya Roland melihat kegusaran di wajah Raziel.
"Kau selalu saja menebak apa isi hatiku, Baru saja Perdana Menteri Roughter datang dan memberitahu baru-baru ini ada pergerakan dari Bangsawan Allbyon. Roland, Allard.. bagaimana menurut kalian?".
"Yang Mulia, menurut saya itu tidaklah sesederhana yang terlihat. Dalam pertemuan sebelumnya jelas Yang Mulia telah memberi peringatan keras pada tetua Sergio. Tidak mungkin dalam waktu singkat mereka akan melupakan hal tersebut dan tiba-tiba membuat pergerakan untuk melawan. Kecuali ada seseorang di balik konspirasi ini yang memberi dukungan dengan kekutan besar untuk melawan Kepemimpinan anda". Papar Allard.
"Itu juga yang sedang ku pikirkan. Aku menemukan jiwa Roshalia baru-baru ini, tapi dilihat dari segi waktu, orang yang menculik Gladys sepertinya sudah mengetahui hal ini bahkan jauh sebelum aku menyadarinya. Untuk masalah ini, aku serahkan pada kalian!". Raziel beranjak dari duduknya.
"Aku harus segera kembali, di Mansion masih ada Gladys meski dia bukan orang yang mudah curiga".
"Baik Yang Mulia, Silahkan anda kembali".