"Aku sudah telat, jika Direktur mengizinkanku melakukan aktifitasku. Aku akan berangkat ke kantor sekarang".
"Baik Non, Saya akan menyiapkan sarapan untuk Nona". Bibi Margarett keluar dari kamar.
Gladys beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dia memakai pakaian yang di siapkan Bibi Margarett. Gladys memakai jam tangan dan aksesoris seperlunya. Meski Gladys tidak suka memakai banyak peralatan make up, tapi karena dia semalaman tidak tidur dan tertekan karena perkataan Raziel membuatnya memakai bedak sedikit lebih tebal untuk menutupinya. Gladys mengambil tasnya keluar dari kamar dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Gladys melihat jam tangan dan semakin dibuat panik karena dia sudah kesiangan.
" Jam 09.00!, aku harus cepat atau Direktur sombong itu akan mengatakan banyak hal padaku"
"Nona, Sarapan sudah siap!". Panggil Bibi Margarett yang sedang mempersiapkan makanan.
"Tidak perlu Bi, aku akan makan nanti di kantin saja. Ini sudah siang, aku tidak ingin Tuanmu membuat alasan untuk bertengkar denganku".
"Baik Non, didepan sudah ada mobil dan sopir yang akan mengantar Nona".
Difikir-fikir, terakhir kali Gladys di culik gara-gara naik Mobil pribadi Raziel, meski sempat ragu, tapi karena sudah terlambat. Apa boleh buat!
"Baiklah, untuk kali ini saja aku menerima jasa sopir Direktur. Lain kali aku pasti akan naik Bus saja pasti lebih aman". Gladys bergegas menuju kedepan pintu utama.
"Non silahkan masuk". Pak sopir membukakan pintu
Mobil melaju menuju Kantor General Hight Corp, di perjalanan meski hanya sekelebat Gladys masih mengingat bagaimana sopir yang membawanya di bantai dan di bunuh dengan cara mengenaskan.
'Siapa sebenarnya mereka, apa semua kejadian yang aku alami masih ada hubungannya dengan Raziel? Ah.. Aku ini mikir apaan sih, dan lagi Roshalia itu siapa? Mengapa itu menjadi hal tabu untuk di katakan apalagi didepan Raziel. Aku harus menyelidikinya, tapi mulai dari mana?'. Argumen demi argumen memenuhi fikiran Gladys, sikap mengerikan yang Raziel tunjukkan masih tergambar jelas di fikirannya.
***
Tiba di kantor semua mata memandang ke arah mobil pribadi milik Raziel. Ya… Semua yang berhubungan dengan Raziel si Direktur sempurna di mata staf dan karyawannya pasti tidak luput dari perhatian, tak terkecuali mobil Limitide Edition 'Bucatti Sharon' yang tiba di depan kantor General Hight Corp.
Sopir keluar membukakan pintu, Gladys yang masih memikirkan hal lain tidak menyadari dirinya telah menjadi pusat perhatian semua orang turun dengan biasa dan masuk kekantor tanpa rasa canggung. Hidup di dunia tidaklah seindah dan senikmat apa kata orang yang memandang, begitu Gladys sampai di dalam banyak staf dan karyawan wanita mulai bergosip tentangnya.
Siapa sangka… Direktur dingin penuh misteri yang jarang menampakkan dirinya bersama wanita, tiba-tiba membawa wanitanya ke kantor dengan mobil pribadinya. Meski hanya di atar oleh seorang sopir. Memang apa kelebihannya?
Gladys yang terus mendengar bisikan-bisikan pedas dari para karyawan membuatnya berfikir kembali, apa yang salah dengannya?. Gladys terus acuh dan menganggap itu hanya angin lalu sampai dia tiba di meja yang biasa dia tempati, Disampingnya sudah ada Bianca yang terlihat acuh dengan kedatangan Gladys sedang bekerja dengan komputernya.
Gladys duduk di meja kerjanya, dia berbalik arah kesamping untuk berbicara pada Bianca mengenai apa yang terjadi. "Bie.. Katakan padaku, apa yang salah denganku hari ini? Mengapa mereka semua membicarakanku?".
Bianca menghentikan ketikkannya dan berbalik melihat Gladys. "Dys.. Apa kau tidak menyadari, kedatanganmu menggunakan mobil Direktur sudah mengundang perhatian semua orang?. Aku tidak akan memaksamu untuk menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi aku harap kau tidak lupa dengan Kakakku yang masih menunggumu".
Perkataan yang terkesan menyindir dan menusuk itu berhasil membuat Gladys merasa bersalah. Dia memegang kedua tangan Bianca untuk menenangkannya.
"Bie dengarkan penjelasanku terlebih dahulu, kemarin saat sopir akan membawaku ke Mansion Direktur. Tiba-tiba kami dihadang oleh beberapa orang, sang sopir mencoba melawan dan tewas didepan mataku dengan cara yang mengenaskan. Aku hanya heran, yang di incar mereka bukan uang atau apapun, tapi mereka justru menginginkanku hingga aku di bawa paksa ke sebuah Villa sebelum akhirnya pinsan. Satu hal yang aku dengar, mereka di perintahkan Tuan mereka. Dan anehnya, Raziel berhasil menemukan dimana aku di sekap dan membawaku ke Mansionnya. Bie.. Apa kau percaya perkataanku?" Gladys menatap mata Bianca dengan harapan dia akan percaya perkataannya.
"Meski terdengar aneh, kau adalah sahabatku. Aku akan mempercayai apa yang kau katakan. Lalu, mengapa wajahmu terlihat lusuh dan matamu sedikit bengkak. Apakah telah terjadi sesuatu di antara kalian?".
"Setelah lepas dari sekapan, Direktur membawaku ke Mansionnya. Dia memberikanku pakaian ganti Dress merah Maroon dan bodohnya aku memakai saja apa yang dia berikan hingga aku tahu itu Dress milik mantan kekasihnya, dia bahkan memanggilku dengan nama Roshalia saat melihatku memakainnya dan menyebabkan pertengkaran hebat".
Bianca yang mendengarkan dengan serius mulai mengerti duduk permasalahannya. "Dys, ini hanya pendapatku. Semua hal yang kau ceritakan seperti memiliki benang merah yang saling terikat. Direktur pasti sedang menyembunyikan suatu darimu, aku harap kau lebih berhati-hati saat bersamanya. Aku akan meminta Kakak Steven untuk menyelidiki hal ini.
"Terima kasih Bie, kau memang sahabat terbaikku. Lebih baik kita akhiri pembicaraan kita sampai disini, aku takut akan ada yang mencuri dengar apa yang kita bicarakan".
Gladys dan Bianca kembali ke pekerjaan mereka masing-masing dan melupakan sejenak apa yang sedang mereka bicarakan. Waktu berjalan mengalir begitu saja, Manajer bagian Desain Tommy Jorsh tiba-tiba menemui meja kerja Gladys. Seperti biasa, sikapnya agak aneh dan itu membuat Gladys ingin mengacuhkannya.
"Gladys, ini adalah salah satu contoh sketsa Desain untuk pembangunan Gedung Kepresidenan. Aku ingin kau memeriksanya kembali dan serahkan berkas ini pada Direktur".
Gladys menghentikan aktifitasnya, dia berbalik memandang Tommy dengan perasaan kesal. "Katakan, mengapa harus aku yang mengantarkannya kesana? Apakah ini ulahmu, atau permintaan Direktur?". Tegas Gladys.
"Gladys, ini adalah proyek penting yang harus kita tangani dengan baik. Jika ada kesalahan sedikit saja, reputasi Perusahaan akan menjadi taruhannya".
Betapa jengkelnya Gladys mendengar alasan yang mengatas namakan Perusahaan untuk membuatnya melakukan apa yang mereka minta. Gladys hanya bisa menhela nafas dan mengiyakan apa perkataan mereka.
"Huuft.. Baik, taruh saja di meja. Aku akan memeriksanya kembali dan mengantarkannya ke Direktur. Kau bisa pergi sekarang Manajer". Kata Gladys dengan senyum memaksanya.
Gladys memeriksa kembali berkas Desain yang ada, dia menandai hal-hal yang terlihat kurang tepat dan memberi menggambar kembali untuk menjadi bahan perbandingan. Sejam lamanya Gladys berkutat dengan kertas dan gambar hingga selesai.
Gladys bergegas membawa berkas sketsa desain Gedung Kepresidenan untuk dibawa ke ruang Direktur. Dia bergegas menuju Lift dan memasuki Lift menuju lantai 55. Didalam Lift tiba-tiba perutnya merasakan sakit yang teramat perih, Gladys baru ingat kalau tadi malam dia tidak sempat makan karena pertengkarannya dengan Raziel.
"Aargh, mengapa harus disaat seperti ini". Gladys memegangi perutnya, dia mulai berkeringat dingin menahan sakitnya. Pandangan Gladys mulai kabur, dan kesadarannya terus menurun.
Lift sampai di lantai ke 55 dan pintu terbuka dengan sendirinya. Dengan kesadaran yang tersisa, Gladys bisa keluar dari lift hingga terjatuh tidak sadarkan diri.
****
Ohya, bintang cuma mau ngasih tahu. Mampir kuy ke novelnya bintang yang lain.
-Passionate Love Ms. killer's
-Selembut Cinta Zahra
-Nona Juragan Bakso, Will you Marry Me?
Makasih...