16. Jadi seperti ini, rasanya mempunyai keluarga?

1027 Words
“Syukurlah kalau Nona Gladys baik-baik saja,” Bibi Margareth menunjukkan apa yang dibawa pada Gladys. “Ini, Bibi bawakan makan malam. Non Gladys kan belum makan sejak sore. Ingat Non, kondisi itu yang utama. Makanannya Bibi taruh di meja, ya Non,” Tanpa permisi Bibi Margareth masuk ke kamar Gladys dan menaruh nampan berisi makanan itu di meja. Gladys membalik badan dan mengikuti Bibi masuk. Melihat betapa perhatiannya Bibi Margareth padanya membuat Gladys merasa terharu, setidaknya di dalam mansion mewah dan luas ini masih ada orang yang menganggapnya ada. “Terima kasih Bi, sudah membawakanku makanan. Padahal Bibi tidak perlu repot-repot kok. Lagi pula aku sudah tidak lapar, kan jadi sia-sia Bibi bawa makanan kemari.” Sehabis menaruh nampan di meja, Bibi Margareth menghampiri Gladys dan menuntunnya untuk duduk di sisi kasur, “Maka dari itu, Nona Gladys harus memakan makanan yang Bibi bawa biar jadi tidak sia-sia. Harus di makan ya … kalau memang tidak nafsu makan, anggap saja makan kali ini demi Bibi,” tangan Bibi Margareth terulur dan dengan lembut mengusap kepala Gladys, membuat gadis itu secara refleks menjatuhkan dirinya dalam pelukan Ibu paruh baya itu. Kedua tangan Gladys pun terulur mendekap tubuh Bibi Margareth, bertingkah layaknya anak manja pada Ibunya. “Hangat…” Bibi Margareth membalas pelukan Gladys. Dia mencoba menghibur Gladys tanpa menyinggung sikap keterlaluan Raziel padanya. Meski sudah disembunyikan pun, jejak kesedihan masih terlihat di wajah manisnya. “Jika Nona Gladys kangen keluarga di rumah, Nona bisa cari Bibi kapan saja. Dengan senang hati Bibi temani Nona seperti sekarang,” ucap Bibi Margareth lembut. Gladys langsung menggeleng, membuat Bibi Margareth geli dibuatnya, ”Aku dari dulu tidak punya keluarga yang sebaik Bibi. Mungkin karena aku hanya anak pungut keluarga, makanya tidak ada yang bersikap sehangat Bibi. Jadi tidak ada yang aku rindukan di rumah,” Gladys menjawab dengan menyunggingkan senyum seolah itu hal biasa baginya. “Ah … maaf, Bibi tidak tahu kalau ada hal seperti itu. Bibi tidak bermaksud—” Duh, Bibi merasa bersalah dengan perkataannya yang menyinggung luka di hati Gladys. Padahal dia niatnya menghibur. “... tidak apa-apa kok Bi, Gladys sudah biasa dengan hal ini. Lagi pula, selama ini aku hidup menyendiri di rumah kecil, jadi beberapa tahun ini hampir tidak bertemu dengan keluarga, dan hal ini lebih baik buatku dari pada harus bertemu mereka hanya untuk mendapat siksaan dan cemoohan,” Simpati  dan rasa sayang Bibi Margareth jadi lebih besar setelah mendengar cerita Gladys. Hal itu mengingatkannya akan dirinya sendiri dimasa lalu, dimana dulu dia tidak diterima keluarga hanya karena lahir dari rahim wanita biasa yang kebetulan dicintai oleh bangsawan bergelar Count. Sejak saat itu, kehidupan Bibi Margareth dan Ibunya tidak mudah dan pada akhirnya sang Ibu meninggal. Bibi pun menjalani kehidupan yang sulit. Ditengah kesulitan itu, dia tidak sengaja menyelamatkan seorang pria yang tengah terluka parah. Pria itu meminta agar Bibi tidak memberitahukan keberadaannya atau membawanya ke rumah sakit.  Keberadaan pria itu harus disembunyikan agar orang-orang yang mengincarnya tidak mengetahui bahwa keadaannya tengah terluka parah. Dedikasi Bibi Margareth dalam merawat pria itu selama berbulan-bulan pun membuat pria itu percaya akan kebaikan Bibi dan berpikir bahwa Bibi orang yang dapat dipercaya. Pada akhirnya setelah pria itu sembuh, Bibi diangkat menjadi pelayan sekaligus penjaga mansion hingga saat ini. Pria itu adalah Raziel dan kejadian itu sudah berlangsung mungkin 40 tahun yang lalu. Bibi sudah semakin menua, tapi perbedaan ras diantara Raziel dengannya menyebabkan Bibi terlihat seperti wanita tua dan Raziel lebih pantas disebut sebagai putranya. Ini juga yang menjadi alasan Raziel harus berkali-kali mengubah dan memperbaharui identitasnya setiap 70 tahun sekali di dunia manusia dengan menggunakan kekuatannya demi mengikuti alur kehidupan manusia yang singkat. Ini juga mungkin yang menjadi alasan Raziel mampu memimpin Perusahaan yang di bangunnya, karena dia salah saksi berjalannya peradaban manusia dari zaman 300 tahun yang lalu hingga abad 21. Hidup seorang dari klan vampir memang panjang, tapi bukan berarti mereka tidak bisa mati. Pada kenyataannya vampir pun bisa mati atau tidur dalam keabadian bagi klan darah murni. Tapi setidaknya umur mereka lebih panjang dari vampir darah campuran. Karakteristik keduanya sangat berbeda. Vampir darah murni memiliki pengendalian penuh terhadap haus darah, lebih bijaksana dalam bertindak dan mereka memiliki kekuatan mutlak. Sangat berbeda dengan vampir berdarah campuran yang karakternya lebih bengis, tidak pandang bulu dalam menghisap darah dan memiliki kekuatan terbatas, kecuali satu orang yaitu Allard. Pria bernama Allard Marvelion de Costa adalah salah orang yang memiliki karakteristik setara vampir darah murni. Pria yang hidup pada zaman 300 tahun yang lalu itu karena suatu hal memiliki umur panjang layaknya vampir darah murni, bahkan memiliki kebijaksanaan yang sama. Maka dari itu, dia menjadi salah satu sahabat sekaligus tangan kanan yang selalu berada di sisi Raziel hingga saat ini. Itu adalah sekilas penjelasan mengenai Raziel. Pada dasarnya, sekejam apapun pria dari klan vampir berdarah murni itu tetap saja dia memiliki kebijaksanaan. Hanya saja, umurnya yang terlewat panjang, kadang membuatnya egois terhadap manusia karena telah mengalami begitu banyak kejadian orang-orang penting yang tiada satu persatu di depan matanya. Malam ini Gladys ditemani Bibi Margareth untuk makan malam hingga tertidur. Baru setelah beberapa menit Gladys memejamkan mata ke alam mimpi, Bibi Margareth baru pergi meninggalkan kamar. “Semoga malam ini bermimpi indah, Nona.” ucapnya seraya mengusap pucuk kepala Gladys lantas meninggalkan kamar tersebut. Beberapa menit setelah Bibi meninggalkan kamar yang ditempati Gladys, lagi-lagi Raziel menggunakan kekuatannya untuk menyelinap diam-diam masuk ke dalam kamar tersebut.  ‘Sial! Apa yang sedang kulakukan? Apa aku gila sampai-sampai meninggalkan pekerjaan yang menumpuk dan datang kesini, lagi?’ batinnya frustasi. Raziel menepuk kepalanya dengan kedua kerutan di keningnya. Sebenarnya Raziel tadi sedang sibuk mengerjakan tumpukan file di ruang kerjanya. Tapi entah mengapa, ingatan sekilas bagaimana ekspresi Gladys saat mencuri dengar percakapannya dengan Bibi Margareth itu sangat mengusik ketenangannya. Raziel sama sekali tidak bisa fokus dengan apapun yang ada di depannya, hingga tanpa sadar dia sudah menggunakan kekuatannya untuk menyelinap masuk ke dalam kamar Gladys. Karena sudah terlanjur berada di dalam kamar pribadi Gladys, Raziel berjalan ke arah kasur untuk melihat keadaan Gladys. Dia kini berdiri di sisi ranjang dengan posisi Gladys tertidur menyamping ke arahnya. Hal pertama yang dilihatnya adalah kedua sudut mata Gladys yang basah dengan keadaan tubuh meringkuk seperti bayi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD