33. Tawaran alih-alih menjadi pion

1117 Words
Tidak tahu bagaimana harus menanggapi rasa haru yang Bianca rasakan, Gladys hanya membalasnya dengan menepuk-nepuk punggung Bianca untuk membuatnya lega. ‘Mungkin ini yang terbaik. Tidak ada salahnya memaafkan. Tapi tidak untuk memberikan kepercayaan padanya, setidaknya untuk saat ini.’ Setelah perasaan Bianca mulai tenang, Gladys melepas pelukan Bianca padanya. “Bie, lebih baik kamu memesan makananmu dulu. Tidak masalah jika kita makan bersama,” Gladys melihat jam yang ada di lengan kanannya, “sudah jam setengah dua siang. Sebentar lagi jam istirahat usai.” “Baik, aku akan memesan makanan dulu, kau makanlah makanan yang sudah di pesan.” Bianca pun meninggalkan meja makan dan membiarkan Gladys menyantap makan siangnya. Makan siangnya yang sempat tertunda dilanjutkan. Gladys makan dengan santai dengan pikirannya berkelana ke berbagai kejadian yang terjadi akhir-akhir ini. Saat di suapan ke tiga dan sendok sudah di depan mulu, Gladys teringat akan satu hal hingga lagi-lagi makanan itu tidak sampai ke dalam mulutnya. ‘Selang kedatangan Steven dan Bianca tidak lama. Setelah aku mengusir pergi Steven barulah Bianca datang. Apakah Bianca tahu bahwa sebelum dia datang Steven telah menemuiku lebih dulu? Apakah kali ini mereka juga sedang mempermainkan ku dan aku tidak menyadari itu?’ Pikiran Gladys akhir-akhir ini jadi mudah parno. Ini mungkin akibat dari perasaannya yang dipermainkan oleh kakak beradik yang dianggap penting baginya. Ingin sekali Gladys melampiaskan pada mereka, tapi Bianca sudah meminta maaf. “Sudahlah. Lupakan itu lebih baik.” Gladys pun menyuapkan makanan yang ada di sendoknya. Beberapa saat kemudian Bianca datang membawa nampan berisi makanan dan minuman pesanannya. “Dys, selamat makan.” Ucap Bianca. “Hm, selamat makan Bie.” Dengan ini, Gladys memutuskan untuk menerima maaf tapi tidak untuk kembali. Kastil Night of Eternity, Regnand Kingdom 15.30 Taman Belakang Istana Sore ini, karena Aletta termasuk dalam jajaran tamu penting Kerajaan, dia juga mendapat pelayanan dan perhatian layaknya anggota keluarga Kerajaan. Terlebih rumor dia akan menjadi kandidat Ratu sudah menyebar, semakin banyak saja perhatian yang para bangsawan berikan padanya alih-alih untuk menarik Aletta agar tunduk dan mau bekerja sama dengan mereka. Seperti kali ini, saat Aletta menikmati tea time nya di taman belakang istana, muncul pria dengan wajah paruh baya dari bangsawan Allbyon datang berkunjung. Padahal dirinya duduk di taman hanya ingin menikmati waktu dan kalau ada kesempatan bisa mengobrol dengan Raziel. Tapi, mengapa yang datang justru kakek tua bau tanah?! Tetua Sergio dari bangsawan Allbyon itu datang dari belakang dan berdiri disamping Aletta untuk memberi salam, “Selamat sore, Lady Aletta.” Pada waktu bersamaan, Aletta tengah menyesap tehnya lantas menghentikan aktivitasnya dan menaruh cangkir teh kembali ke tempat semula. “Selamat sore, Tetua Sergio. Ada apa gerangan, sampai Tetua Kerajaan dari Bangsawan Albyon datang menyapa saya?” tanya Aletta, ia menoleh ke arah Tetua Sergio berada. “Saya datang tentu saja untuk menyapa anda. Sudah lama Lady Aletta meninggalkan Kerajaan dan menetap di Belanda.” Tanpa di minta duduk, dengan tidak sopannya Tetua Sergio menarik kursi di depan yang letakkan berada di samping Aletta dan duduk disana. “Bagaimana kabar Ayah anda, Lady? Saya dengar Tuan Harris, Tuan Harris Grisham Carenza tengah melebarkan sayapnya di bidang Properti. Sepertinya Tuan Harris menikmati hidupnya di Belanda.” Sepanjang itu Tetua Sergio berbicara, Aletta diam. Bukan karena dia sedang menyimak apa yang Tetua Sergio katakan, tapi lebih ke bosan meladeni sampai dia memilih diam. Setelah tidak ada lagi yang Tetua Sergio katakan, Aletta menyahut sekedarnya. “Kabar Ayah saya dalam keadaan baik. Seperti yang anda katakan, Ayah menikmati hidupnya di Belanda dan mungkin selamanya tidak ingin meninggalkan Negara Belanda.” Jawab Aletta dengan tenang. Ia kembali mengambil cangkir teh dan menyesap isinya. Ada maksud tertentu dalam ucapan Aletta barusan. Terdapat peringatan dalam maknanya, bahwa Aletta dan keluarganya tidak akan mendukung bangsawan manapun, apalagi untuk posisi Ratu boneka. Sejenak Tetua Albyon kaget, itu terlihat jelas di raut wajahnya. Terlebih kedua manik matanya membola, namun segera Tetua Albyon menguasai ekspresinya. “Oh, benarkah? Syu—syukurlah kalau begitu. Tapi Lady Aletta, tidakkah Ayah anda ingin berkunjung kemari dan melepas rindu dengan orang-orang disini?” Sedikit gagap saat Tetua Sergio menimpali, membuat Aletta memanggil dayang atau pendamping yang selalu berada di sisinya. “Elyana!” panggil Aletta, Tidak lama kemudian wanita manis yang mungkin seumuran Aletta datang dan berdiri di sisi kirinya. “Ada yang bisa saya bantu, Lady?” Aletta menoleh pada Elyana dengan ramah, “Tolong ambilkan satu set lagi peralatan minum. Oh ya, jangan lupa camilannya. Setahuku, masih ada beberapa cake di dapur. Saya ingin menyuguhi Tetua Sergio untuk menikmati tea time bersama.” “Baik Lady, saya akan menyiapkan sesuai permintaan anda,” Elyana pun pergi untuk mengambil pesanan dan meninggalkan Aletta dengan pria paruh baya itu. Suasana kembali hening. Setelah dirasa dayangnya benar-benar pergi, Aletta pun bertanya. “Jadi, Tetua Sergio, apa tidak ada yang ingin anda sampaikan pada saya?” Lagi-lagi pertanyaan dengan maksud tertentu dan Tetua Sergio mengerti itu. Bagi pria tua bangka sepertinya, pasti berpikir Aletta yang berterus terang akan lebih mudah diajak untuk bekerjasama. “Apa maksud anda, Lady. Apakah tidak boleh bagi saya menyapa anda yang telah lama meninggalkan Kerajaan?” Mengelak begitu saja, padahal jelas sekali tujuannya. Dikira lawannya bodoh, kah? “Tidak perlu bermain kata dengan saya, Tetua Sergio. Sudah tidak ada orang disini, anda bebas mengatakan apapun.” Aletta memperjelas perkataannya. “Sesuai dugaan, anda memang cerdas Lady Aletta. Tidak salah saya memilih anda untuk menjadi kandidat saat ini.” Tanpa basa-basi Tetua Sergio langsung menyampaikan niatnya begitu ALetta membuka peluang bicara. ‘Dasar rubah tua. Dia pikir aku alat, seenaknya saja menjadikan ku boneka untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh di Istana?’ batin Aletta geram. Tapi tentu saja dia tidak akan melampiaskannya begitu saja. Inilah permainan orang yang hidup di sebuah Kerajaan. Bahkan satu kata atau satu tindakan yang diperlihatkan pada orang lain bisa berubah makna dan artinya. Para bangsawan selalu menggunakan bahasa ribet yang memiliki makna lebih dari satu untuk menjabarkan maksud mereka. Melelahkan bukan?! Setiap gerak-gerik selalu diawasi dan siap di sindir dengan perkataan bermakna yang buat otak bekerja lebih keras? “Apa maksud anda, Tetua Sergio? Saya tidak pernah dengar bahwa Yang Mulia sedang mengadakan pemilihan Ratu masa depan?! Anda tahu, Tetua Sergio, perkataan anda barusan bisa mengakibatkan perpecahan internal! Dan Keluarga saya sangat menghindari itu!” Nada bicara Aletta meninggi. Sudah jelas dia menolak bahkan dengan membawa nama baik keluarga untuk menolaknya. Setelah mengatakan itu, Aletta dengan tenang sambil menyesap teh, menunggu balasan pria tua bangka itu. “Jika itu yang anda pikirkan, maka saya akan menghilangkan penyebab kekhawatiran anda. Saya tahu anda menyukai Yang Mulia. Maka, saya pastikan dalam waktu dekat Baginda akan mengadakan pemilihan Ratu masa depan dan menjamin bahwa anda akan menjadi kandidat selanjutnya. Anda tinggal menyetujuinya dan sisanya serahkan pada saya.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD