13. Aletta Lethicia Carenza

1142 Words
“Ya.. Tapi ini hanya kemungkinannya. Allard dengarkan perintahku, Selidiki latar belakang Steven Morgwen. Dan telusuri jejak keturunan Bangsawan de Costa sejak 300 tahun terakhir. Kita akhiri sampai disini, sore nanti kita harus kembali ke Kerajaan. Saatnya untuk menghadiri rapat”. “Baik Tuan”. Raziel keluar dari ruang Direktur di dampingi Allard untuk menghadiri rapat. Di ruang rapat sendiri semua staf yang bersangkutan tengah menunggu kedatangannya. Raziel masuk dengan wibawanya, semua staf yang sedang bersantai dengan aktifitas mereka melihat kedatangan Raziel seketika terdiam penuh ketegangan. Raziel duduk di kursi utama dan memimpin rapat siang ini. “Selamat Siang, rapat hari ini membahas mengenai Pembangunan Gedung Kepresidenan. Karena ini permintaan khusus dari Dewan Tinggi Negara, saya harap kalian memberikan performa terbaik demi keberhasilan 100%. Aku tidak ingin ada kata CACAT dalam hasil proyek kali ini”. Kata Raziel tegas. Seisi ruangan menjadi kaku dan tegang, betapa tidak..! Tatapan dingin nan tajam Raziel berpadu dengan sikap tegasnya mampu merubah atmosfer dalam sekejap. Rapat baru berlangsung selama 10menit, meski setiap staf yang mengikuti rapat harus bekerja 2 kali lipat demi menghindari amarah Raziel, tapi mereka menikmati bekerja di Perusahaan yang Raziel kelola. Di tengah pembahasan, hati Raziel lagi-lagi mendengar suara Gladys. Di dalam bayangannya samar-samar Gladys terlihat sedang putus asa seorang diri di Rumah Sakit. ‘Steven.. Kurang ajar kau! Apa yang sebenarnya kau lakukan hingga membuat Gladys seperti ini?’. Allard yang berdiri disamping Raziel mendapat panggilan batin dari Raziel “Allard, wakili aku untuk melanjutkan rapat ini. Aku akan keluar untuk menemui Gladys”. “Baik Tuan”. Raziel berdiri dan memandang lurus kedepan. Seketika semua tegang, mungkin dalam fikiran mereka Raziel menemukan kecacatan hingga membuatnya singgah dari tempat duduknya. “Maaf sebelumnya, karena urusan penting rapat kali ini saya wakilkan pada asisten Allard. Terima kasih!”. Raziel keluar dari ruang rapat, semua orang yang berada di dalam seketika menghela nafas lega. Tidak ada waktu lagi buat Raziel mengendarai mobilnya untuk datang ke Rumah Sakit. Akhirnya dia bertaruh menggunakan kekuatannya untuk berteleportasi menemui Gladys. Raziel mengucapkan beberapa kalimat dan seketika dia menghilang. Sesampainya Raziel di kamar rawat Gladys, benar saja.. Dia melihat Gladys tengah melamun sendiri dengan perasaan putus asa. Perasaan Raziel tiba-tiba saja terasa terluka, seakan perasaannya terhubung dengan jiwa didalam tubuh Gladys. Raziel melangkah mendekati Gladys dalam diam, Raziel merengkuh tubuh lemahnya untuk menenangkan hatinya. Tanpa Raziel sadari dengan sendirinya dia memberikan perhatian lebih melihat kesedihan, keputus asaan, dan tatapan mata sendu Gladys. Raziel bahkan dengan mudahnya memberikan surat undangan tersebut pada Gladys. Tanpa memikirkan resiko apa yang harus dia tanggung. Semakin lama Raziel bersama Gladys, semakin dalam pula perasaannya. Dan itu membuat Raziel goyah akan tujuan utamanya. ‘Sadarlah akan tujuanmu Raziel, tidakkah hal seperti ini akan membuat Roshalia bersedih. Dia telah menunggumu untuk membangunkannya dari tidur panjangnya. Semudah itukah aku mengkhianati cintanya’. Batin Raziel berkecamuk. Demi menghindari perasaannya yang semakin tidak terkontrol, setelah melihat keadaan Gladys membaik. Raziel memutuskan untuk pergi. “Direktur tunggu!”. Cegah Gladys, tangannya tanpa sengaja mencekal pergelangan tangan Raziel yang melihat Raziel akan pergi. “Kau istirahatlah! Aku masih ada pekerjaan yang menunggu di kantor. Kau sudah di perbolehkan pulang, jadi aku akan meminta Bibi Margarett menjemputmu”. “Direktur, tidak bisakah kau disini sebentar lagi. Entah mengapa saat bersamamu ada perasaan nyaman yang tidak bisa aku jelaskan. Setidaknya sampai Bibi Margarett datang”. “Aku tidak ada waktu saat ini, ku harap kau mengerti. Istirahatlah dengan baik!”. Raziel melepas cekalan tangan Gladys dan melangkah pergi. Setelah keluar dari ruang rawat Gladys waktu sudah menjelang sore. Raziel berjalan keluar Rumah Sakit hingga tiba di tempat yang sunyi Raziel memutuskan untuk memilih kembali ke Kerajaan Regnand. Dengan menggunakan kekuatannya, dia menghilang begitu saja bak di telan bumi. *** -Kerajaan Regnand Setibanya di ruang pribadinya di Kerajaan Regnand, Raziel duduk dimeja yang biasa dia tempati. Memandang keseluruh isi ruangan dan berfikir… “Betapa lelahnya memiliki kedudukan dan Singgahsana yang selalu terlihat setiap hari. Memandang wajah-wajah penuh dendam, merasakan kebencian dari semua orang. Jika saja semua ini hanya ILUSI… Bisakah untuk bangun dari Ilusi ini?. Tapi pada akhirnya ini hanyalah sebuah angan belaka. Hanya bisa menunggu…. Setelah semuanya berakhir, bisakah aku memiliki kehidupan yang damai?”. Raziel terus berargumen dengan fikirannya sendiri, hingga tidak menyadari kedatangan Roland. “Yang Mulia, saya datang untuk menghadap”. Sapa Roland dengan membungkukkan badan. “Masuklah!”. Jawab Raziel dengan setengah hati. Wajar saja.. Hati dan fikirannya masih tertinggal di Rumah Sakit. “Yang Mulia.. Saya sudah mendengar garis besar tentang permasalahan yang terjadi”. Roland menaruh buku pengarsipan di atas meja. “Ini adalah daftar nama sisa dari bangsawan de Costa 300 tahun yang lalu. Yang Mulia, jika yang anda katakan benar. Berarti ada kemungkinan seseorang atau bahkan kelompok tertentu yang sudah mulai mencurigai Kaln Vampir bahkan sisi lain dunia ini?”. “Kemungkinannya berbanding setengah, tapi ini masih sekedar asumsiku. Tentu saja kita harus menyelidiki hal ini dengan serius. Jika sampai itu terjadi, akan ada kesenjangan antara dua dunia dan mengakibatkan akhir dari dunia ini. Roland.. Hubungi Pemimpin dari Klan Wolf, katakan aku ingin menemuinya”. “Baik Yang Mulia akan segera saya sampaikan pada Pangeran Fowlers” “Kau boleh keluar, aku sedang ingin sendiri!”. Kata Raziel, dia terlihat sedang tidak bersemangat. “Baik Yang Mulia”. Roland keluar dari ruangan pribadi Raziel. Untuk mengobati perasaan kacau yang masih menyelimuti dirinya, dia berencana untuk berkeliling. Raziel beranjak dari duduknya, sudah lama dia tidak melihat kondisi kondisi Kerajaan Regnand. Raziel mengambil jubah hitamnya yang tersampir di lemari, dengan menggunakan Jubahnya.. Raziel belusukan ke pelosok-pelosok untuk memastikan kondisi masyarakat disana. Meski seorang Pemimpin, kebiasaan Raziel kabur lewat jendela membuatnya kadang terlihat nakal dan liar. Raziel hanya sedang menghindari orang-orang penting Istana dan pengawal. Sekali lagi.. Raziel memang tidak suka di kawal saat sedang menyusuri Kerajaan Regnand. Saat terakhir kali Raziel melakukan hal itu, kebanyakan penduduk merasa takut apabila sekawalan prajurit melewati mereka. Mungkin dalam fikiran penduduk yang mendengar, Raja mereka adalah seorang yang kejam dan berhati iblis. Apalagi kisah ‘TAHTA BERDARAH’ masih melekat di diri Raziel. Raziel memulai berjalan-jalan di Daerah terdekat pusat kota, meski pusat Kota terlihat mewah.. Namun daerah sekitar Penduduknya masih dalam keadaan yang cukup sulit. Di malam hari keadaan desa terlihat ramai. Raziel menghentikan langkahnya, sesaat dia memandang ke langit. Di tengah ramainya orang-orang lalu lalang, dia justru merasakan kesunyian yang amat dalam. “TAHTA BERDARAH.. Jika mengingat hal itu.. Memang benar-benar melelahkan! Menanggung beban seumur hidup ‘Di pandang pembunuh dan pembantai demi Kekuasaan oleh seluruh Rakyat Regnand’. Meski semua adalah demi mereka, tapi pada kenyataannya akulah yang melakukannya”. Gumam Raziel. “Raziel.. Kau selalu seperti itu, Dasar pria sok kuat!”. Terdengar suara wanita dari belakang Raziel, dia seperti mengenal suaranya dan berbalik arah. “Aletta Lethicia Carenza…!”.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD