SalahPaham

1110 Words
“Apa!” Alvin benar-benar kaget dengan ide Adel. “Iya, lagian Veronica sangat mencintai Aska, aku yakin mereka akan hidup bahagia.” Alvin menghela nafas, mengusap kasar wajahnya, mau marah tapi dia tidak bisa. “Yang! Kalau Aska mau, dia udah dari kemarin-kemarin nerima Veronica, tapi saat ini Aska hanya mencintai Lita! Cinta itu nggak bisa dipaksa!” “Bisa! Buktinya … aku sekarang mencintai Abang. Dulu gimana?” jawab Adel. Alvin nyengir. “Lain! Justru kalau Aska sama Lita mirip kek kisah kita dulu, bedanya aku cuman bisa nyipok kamu!” “Ih! Ngapin dibahas yang gituan!” protes Adel. “Lah! Itu perlu! Satu tahun aku jinakin nih ular pakai sabun!” Alvin tetap Alvin yang dulu, tidak ada sensor kalau bicara sama Adel. “Hah! Abang! Aku serius!” “Aku juga serius!” Alvin melirik ke arah pusakanya. “Tuh! Ular Abang jadi bangun!” Adel melotot, selalu seperti itu jika dia ingin serius. “Ngeselin!” Alvin tertawa, memang paling menyenangkan kalau godain Adel. “Ha-ha-ha ….!” “Ih! Bikin emosi!” kesal Adel. Alvin langsung meraih Adel ke dalam pelukannya, sumpah meskipun pernikahan mereka sudah cukup lama, tapi kemesraan di antara keduanya masih saja sama. *** Aska ternyata kembali lagi ke kantornya, tapi kali ini fikirannya tidak bisa fokus, jujur dia teringat terus dengan sosok Talita yang sudah berubah menjadi seorang wanita dewasa cantik. Tidak dipungkiri lagi sosok Talita sangat mempesona, Aska berulang kali menghela nafas, kesal juga saat tau jika kenyataannya Talita sudah mempunyai pria idaman lain. “Ah, sial!” Aska tiba-tiba menggebrak meja di depannya, demi apapun dia tidak rela jika Talita di sentuh apalagi dimiliki oleh pria lain. “Kenapa, Lit? Apa semudah itu kamu melupakan semuanya? Apa aku benar-benar tidak punya tempat lagi di hatimu?” Aska benar-benar terlihat frustasi. Pertanyaan seperti itu seolah-olah terus terngiang-ngiang di kepalanya. Andai saja dulu dia menyadari semua perasaannya, mungkin semua kejadian itu tidak akan terjadi, andai dulu dia tidak dimanfaatkan oleh papanya, dia tidak akan menyakita Lita seperti itu, dulu dia pikir Veronica wanita yang begitu dia cintai dan dia puja, tapi kenyataannya dia salah besar. Ternyata Talita sudah menguasai hati dan pikirannya sejak dulu, bohong jika dia meyentuh Talita hanya untuk sebuah kesenangan atau dalih untuk menghancurkannya. Aska tipe yang tidak bisa menyentuh seorang wanita jika dia tidak ada hati kepadanya. “Aska ….” Suara lembut seseorang membuyarkan semua lamunanya. Aska menoleh, heran saja dengan sosok wanita cantik tyang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapannya. Aska menghela nafas, dia terlihat semakin kesal setelah tau siapa yang datang kepadanya. “Mau apa kamu ke sini?!” tanya Aska sinis. “Ka, kamu kenapa menghindari aku terus? Apa salah jika aku ingin berteman sama kamu?” “Tolong, Ver. Kamu nggak pandai berbohong di depanku,” ucap Aska. Si perempuan cantik yang ternyata Veronica mendengus kesal, sudah banyak taktik dia coba untuk menyatukan kembali hubungannya dengan Aska, tapi selalu saja gagal. “Terus kenapa? Dulu hubungan kita baik-baik saja sebelum perempuan itu datang!” “Dia punya nama!” ucap Aska tidak terima. “Terus kenapa?! Apa kamu masih mengharapkannya? Apa kamu pikir dia mau memaafkanmu?! Lihat aku Aska! Aku … aku yang selalu ada untukmu, hanya aku!” seru Veronica. “Perasaan seseorang tidak bisa dipaksa, aku tidak bisa Ver! Aku sudah menghancurkannya sedemikian rupa, sudah menjadi kewajibanku untuk menebus semuanya!” Veronica tersenyum ketir, sakit sekali mendengar kata-kata itu keluar sendiri dari bibir Aska. “Apa kamu sadar, kamu sebenarnya tidak mencintainya, kamu hanya kasihan padanya!” “Nggak! Aku sadar dengan perasaanku, itu sebabnya aku melepaskanmu, aku ingin kamu mendapatkan pria yang lebih baik dariku.” “Bohong! Aku tau siapa kamu Aska! Aku mengenalmu tidak sebentar, aku mengijinkanmu untuk mendekati wanita itu karena aku percaya padamu, terus ini yang kamu lakukan padaku? Kenapa aku begitu bodoh! Harusnya waktu itu aku nggak mengijinkanmu!” ucap Veronica emosi. “Kamu salah, Ver! Ada sisi lain dariku yang tidak pernah kamu tau, bukan hanya Lita yang hancur, aku juga hancur saat ini, bukan hanya untuk menebus sebuah kesalahan, tapi karena aku tulus mencintainya, aku akan melakukan apapun untuk kembali bersamanya,” ucap Aska tulus. Veronica menyunggingkan senyumnya, meskipun di hati sangat menyakitkan. “Dia ada di mana kamu saja tidak tau, bagaimana kamu bisa mendapatkannya? Itu mustahil! Untuk seorang Aska Fernanda harusnya mudah mencari keberadaan seorang gadis, tapi ini … tujuh tahun Aska, ini sudah tujuh tahun kamu belum bisa menemukannya!” Aska terdiam, lebih baik baginya tidak bersuara daripada melayani kata-kata Veronica. “Kenapa kamu terdiam? Kamu nggak bisa jawab ‘kan?!” ujar Veronica. “Sudahlah, aku banyak pekerjaan. Tolong tinggalkan tempat ini,” pinta Aska. Veronica menggeleng, air matanya mengalir, sakit sekali mendapatkan penolakan dari Aska untuk yang kesekian kalinya. Gadis itu maju, mendekati Aska yang masih duduk di kursi kebesarannya, benar-benar di luar dugaannya, Veronica duduk di pangkuan Aska, mencium Aska dengan paksa, tidak peduli dengan Aska yang berusaha menolaknya. “Jadikan aku milikmu Aska ….” Gadis itu benar-benar gila, dia berusaha menanggalkan pakainnya. Aska berusaha mendorong tubuh Veronica. “Lep—!” Sungguh naas, posisi Aska terjebit diantara kursi sama pelukan Veronica yang sangat erat, dengan brutalnya Veronica meraih leher Aska, kembali mencium paksa Aska. “Aska!” Veronica langsung menghentikan aksi nekatnya begitu mendengar teriakan seseorang, buru-buru bangun dari pangkuan Aska, merapikan bajunya yang sudah memperlihatkan sebagian tubuh indahnya. “Aron!” Aska buru-buru berdiri, berjalan mendekati Aska. “Sialan lo, b******k!” teriak Aron. Tanpa berpikir dua kali dia langsung meninju wajah tampan Aska. Coba siapa yang tidak salah paham, posisi mereka seolah-olah terlihat sedang bermesum ria, padahal Veronica yang memaksa Aska, membuat posisi Aska sulit bergerak. Aska mengusap pipinya yang lumayan sakit akibat ulah Aron. “Ron! Ini salah paham,” ujar Aska. Veronica langsung memanfaatkan keadaan itu, menunjukkan ekspresi sedihnya, pura-pura tersakiti, dengan sigapnya berusaha mengusap wajah Aska yang terlihat lebam. “Sayang, kamu nggak pa-pa?” Aska melongo, sumpah ekspresi Veronica di luar dugaannya. “Lepasin aku!” Aska mengibaskan tangan Veronica. “Kamu kenapa kek gini, mau nyampakin aku gitu aja?!” Veronica kembali memasang muka sedihnya. “Hah! Ka—“ Belum juga Aska menyelesaikan omongannya, Aron kembali menariknya, satu pukulan keras kembali menghujam wajah tampannya, sumpah kali ini dia babak belur oleh Aron, bahkan darah segar terlihat mengalir dari ujung bibirnya. “Lo emang b******k! Lita nggak pantas untukmu! Dasar sialan! Harusnya gue diem aja, nggak usah ngasih tau ke elo kalau dia pulang!” teriak Aron kesal. “Talita sudah pulang?” Kata-kata itu keluar begitu saja dari bibir Veronica. Mata Aska langsung membulat. Kenapa Aron harus mengatakan kepulangan Talita di depan Veronica.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD