10. BERHARAP LEBIH

1060 Words
Akhirnya Romy dan Julia bertemu secara tidak sengaja, keduanya saling terpesona. Namun mereka tidak bisa berkenalan lebih jauh, karena masing-masing harus segera pergi. *** Romy mendatangi tempat percetakan foto, setelah itu bergegas pulang ke rumah. Saat ini Romy sampai di rumahnya, dengan terburu-buru segera masuk ke kamar tidur. Neneknya sempat memanggilnya, namun Romy tidak dengar, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. Neneknya hanya ingin memastikan bahwa yang pulang itu adalah Romy, jadi tidak perlu menanggapi jika itu adalah tamu. Selanjutnya, Romy duduk di kursi kamarnya. Setelah menaruh kamera di meja, dia membuka tas kecilnya. Ternyata sebuah foto gadis cantik, itu adalah foto Julia, dia menatapnya dengan tersenyum. "Julia, apakah kamu permaisuri yang dikirim untukku? Betapa cantiknya dirimu, aku harap kita bisa bertemu lagi," gumam Romy sambil memperhatikan foto Julia. "Tapi ... kamu masih jomblo atau sudah punya pacar? Aduh, semoga masih jomblo seperti aku," lanjut Romy penuh harap. Romy terus kepikiran dengan sosok Julia, padahal baru saja mengenalnya, apalagi cuma sebentar. Sepertinya Romy jatuh cinta pada pandangan yang pertama, sungguh manis. Bagaimana dengan Julia, bisa jadi memiliki perasaan yang sama, karena saat melihat wajah Romy, jantungnya langsung berdebar tak karuan. "Kenapa aku baru melihatmu hari ini? Selama ini kamu ada di mana? Apa jangan-jangan kamu orang jauh, jadi hanya sekali ke kota itu. Tidak, tidak. Aku harap aku salah. Semoga rumah kamu masih satu provinsi atau bahkan kabupaten denganku, jadi aku bisa mendekatimu lebih." Romy terus berharap lebih mengenai Julia, dia ingin tahu lebih tentangnya, namun tidak akan mudah, karena Julia memiliki banyak keterbatasan dalam keluar rumah. Sesaat kemudian, Romy ingat sesuatu, yaitu foto gadis yang tidak sengaja dia ambil waktu itu. Foto jauh di seberang jalan, tepatnya di taman. "Tunggu, apa mungkin ini ...," ucap Romy segera mencari foto tersebut. Setelah mendapatkan itu, dia segera mendekatkan dengan foto Julia. Romy memang tidak menyerahkan semua hasil fotonya, termasuk foto gadis misterius terebut. "Mungkinkah ini adalah Julia?" gumam Romy sambil memperhatikan foto keduanya. "Ya, sepertinya memang Julia, apalagi sama-sama memakai gaun mewah, meski berbeda warna. Yess, berarti dia sering berada di sekitarku." Romy merasa bahagia, dia sangat yakin kedua gadis di fotonya adalah Julia. Lain kali, Romy harus fokus dan berusaha mencari Julia saat pergi ke pasar atau kota. Romy berharap segera bertemu lagi dengan Julia, dia tidak sabar. Jika itu terjadi, dia akan berkenalan lebih jauh dan mencari cara agar bisa bertemu atau berkomunikasi dengan Julia lebih sering, entah bagaimana caranya. Romy menempelkan foto Julia di dinding kamar tidurnya, dia sengaja memajang foto tersebut agar selalu ingat dengan wajah Julia, sungguh menarik. Sedangkan foto Julia yang tidak terlihat wajahnya, disimpan sebagai koleksi bersama foto-foto lainnya. Selanjutnya, Romy menulis di buku kecilnya, dia sangat bahagia karena hari ini mendapat hal yang sangat istimewa, meski hanya sebentar. Tapi Romy yakin, bahwa itu adalah pertanda baik bagi dirinya. Setalah itu, Romy makan siang karena ini sudah waktunya, dia bergegas menuju ruang makan sederhana milik dia dan neneknya. Di sana, rupanya sudah ada neneknya yang juga ingin makan siang. Romy tersenyum dan segera menghampiri neneknya. Saat itu, neneknya menyadari bahwa Romy terlihat bahagia hari ini, kemudian bertanya mengenai itu. Akan tetapi Romy tidak bisa menjawab dengan pasti, karena tidak tahu harus berkata apa. Romy hanya mengatakan bahwa dia mendapat foto yang sangat sempurna, alias foto Julia. Namun Romy tidak mengatakan tentang foto gadis, alias Julia. Neneknya ikut bahagia, dia mengira foto untuk pekerjaan sehari-hari Romy. Mereka makan siang bersama, terkadang sambil mengobrol santai. Kini memperlihatkan Julia yang baru saja memasuki kamar tidurnya, tampaknya sangat bahagia sekali hari ini, pasti karena bertemu dengan Romy. Julia berbaring di kasurnya, lalu berkata, "Ya ampun, sebenarnya siapa Romy? Kenapa dia membuat jantungku ingin copot. Mungkinkah dia adalah pangeran yang selama ini aku cari? Aaa ... Gak mungkin!" Julia merasa tidak percaya, tapi tentu saja berharap bahwa apa yang dia pikirkan adalah kenyataan. "Semoga aku bisa bertemu lagi dengan Romy, aku harus mencari cara agar punya kesempatan lebih," gumam Julia, dia berencana kabur lagi saat jalan-jalan di luar rumah. Sebenarnya itu beresiko, namun Julia harus melakukan itu dengan hati-hati. "Sayang sekali, aku gak bisa bertemu lebih lama waktu itu. Aku juga gak bisa meminta nomor ponselnya, apalagi ponselku remuk, betapa malangnya nasibku. Gak apa-apa, mungkin itu semua ada hikmahnya, jika ponselku tidak terjatuh, mungkin aku gak bisa bertemu Romy." Julia minta dibelikan ponsel lagi segera, tentu saja Julia tidak membeli ponsel sendiri, karena beresiko. Jadi mungkin bodyguard atau pesuruh keluarga Julia yang akan ke toko untuk membeli ponsel baru untuk Julia. Julia sedikit sedih karena tidak memilki sesuatu yang bisa disimpan dari Romy, dia hanya bisa mengingat wajah dan aksesoris Romy, terutama kamera. Julia yakin bahwa Romy akan selalu membawa kamera saat di luar rumah, jadi nanti Julia akan mencari orang yang membawa kamera. Julia berharap bisa mengenal lebih sosok Romy, bahkan lebih dekat lagi, semoga apa yang dia harapkan menjadi kenyataan. Julia bergegas menuju meja makan, karena ini waktunya makan siang bersama keluarga. Dengan hati gembira, dia menuju ke sana, bahkan sedikit menari-nari. Saat duduk di meja makan, keluarganya menyadari bahwa hari ini Julia tampak bahagia, kemudian ibunya bertanya mengenai itu. "Masa Julia terlihat bahagia? Perasaan biasa saja," jawab Julia berusaha menyembunyikan perasaan itu. "Julia, aku bisa tahu hanya dengan melihat raut wajahmu loh," balas ibunya. "Jadi begitu ya. Hehe, mungkin karena Julia sedang senang saja, apalagi ini bukan hari weekend, jadi Julia merasa bebas." "Bebas, tapi tetap harus taati peraturan!" ucap Ayahnya. "Iya, Ayah. Julia mengerti itu." Ayahnya tersenyum mendengar itu, karena selama ini Julia memang tertib menjalani peraturan keluarga. Sebenarnya ibunya mengetahui sesuatu tentang kebahagiaan Julia, dia sadar ada hal berbeda mengenai anaknya tersebut, namun saat ingin bertanya lebih, Julia segera mengalihkan pembicaraan, yaitu sedih mengenai ponselnya yang remuk. Keluarganya sedikit terkejut, namun ayahnya akan segera membelikan ponsel baru, agar Julia tidak sedih lagi. Mereka bertanya mengenai kejadian ponsel yang remuk itu, kemudian Julia menceritakan semuanya. Keluarga sangat khawatir, terutama ayah dan ibunya. Mereka menyuruh agar hati-hati lain kali, jangan gegabah saat mendapat sesuatu yang buruk. Julia mengerti akan hal itu, dia akan lebih berhati-hati lagi. Julia jelas tidak menceritakan mengenai Romy, karena dia takut bahwa itu mendapat nilai negatif bagi keluarga. Julia hanya berkata bahwa dia mengikhlaskan ponselnya yang remuk, sehingga dia tidak mengambilnya. Dia memang mengatakan bahwa dia hampir tertabrak motor, namun tidak memberi tahu bagaimana dia bisa selamat. Mungkin keluarganya berpikir bahwa Julia sadar bahwa itu bahaya, jadi dia segera menghindar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD