1. Photo Istri Kedua

367 Words
"Gama, nggak terasa kita udah lama banget sama-sama ya?"  "Hm, dari dulu hingga kini rasa aku tetap nggak berubah, Semakin nambah tiap detiknya."  Asha semakin mengeratkan pelukannya pada Gama, sesekali dengan usil ia mendaratkan kecupan-kecupan kecil pada d**a bidang Gama, hal yang sukses membuat tubuh Gama meremang.  "Shh, jangan nakal ya? Nanti Serena bangun." Tangan Gama menjauhkan tangan kecil Asha yang sibuk membuat pola acak di perutnya.  "Heum, Gama wangi." Asha mendengus rakus tubuh Gama membuat Gama harus berkali-kali menahan rasa yang menggebu.  "Gama, sebesar apa rasa sayang kamu ke Asha?"  Gama merentangkan kedua tangannya, membuat kening Asha berkerut bingung, namun perkataan Gama membuat Asha terkekeh kecil,  "Sebesar ini, Asha sebesar apa?" Gama menjulurkan lidahnya pada Asha.  "Sebesar ini, banyak kannnnnnnnnn?" Asha ikut merentangkan tangannya yang masih kalah panjang dengan Gama.  "Banyak banget, sayang Asha banyak-banyak."  Keduanya saling memeluk dan memberikan kehangatan satu sama lain. Malam ini biarkan Asha merasa menjadi satu-satunya, biarkan kali ini Asha berpura-pura mereka dalam keadaan baik-baik saja.  Hanya malam ini, Asha janji.  --  "Sayang aku malam ini lembur, besok ada kerjaan di luar kota. Jadi nggak pulang satu mingguan ya? Aku ke Surabaya." Walaupun berat hati Gama harus meninggalkan Asha dan Serena di rumah, ia juga ingin mengajak keduanya namun kegiatan disana sangat padat.  Asha mengangguk kecil, "Nggak apa-apa. Sayang semangat kerjanya?"  Gama menatap Asha lekat, ia mencintai wanita di depannya, sampai mati Gama hanya ingin hidup bersama Asha dan anaknya.  "Aku sayang Asha, jangan tinggalin aku ya?"  Kegiatan Asha terhenti mendengar nada lirih suaminya, Asha menatap Gama dengan sebelah alis terangkat, "Kenapa? Siapa yang mau ninggalin Gama?"  "Kamu, janji sama aku terus ya?" Gama mengecup bibir Asha singkat, membuat Asha tersenyum kecil lalu mengangguk.  "Aku mau ambil berkas di ruang kerja, beresin pakaian aku ya? Makasih sayang." Sebelum meninggalkan Asha, Gama memberikan pelukan dan ciuman singkat.  Asha memandang sendu punggung tegap suaminya, dalam hatinya terus meronta-ronta agar tidak mengizinkan Gama pergi. Namun, Asha tidak boleh egois, disana Gama memiliki rumah lain untuk pulang.  "Gama jahat, tapi Asha sayang Gama." Lirihnya dengan air mata yang mengalir, Asha memeluk kemeja suaminya dan satu lembar foto usang menampilkan wajah cerita Gama bersama wanita dengan anak bayi dalam gendongan wanita itu.  Keluarga bahagia, pikir Asha. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD