08. Kesadaran.

2072 Words
"Sudah kubilang. kau harus memberitahunya dengan cepat bodoh. Lalu apa sekarang? Istrimu hanya menyesali semuanya di saat kau sekarat?" Sony tertawa miris sembari menitihkan air matanya. Sony tak tahan melihat mereka berdua la memutuskan untuk pergi dan membiarkan Valentina berdua bersama Keano. Cukup lama Valentina menangis tanpa henti hingga ia merasa tenggorokannya sakit karena terlalu lama menangis, la duduk di samping ranjang Keano, hanya menatap kosong wajah pucat sang suami yang penuh memar karena efek samping racun pada belati yang mengenai nya. Air mata Valentina mengalir tiada henti walau tanpa isak tangis. "Terima kasih." ujar Valentina dengan bibir bergetar. Tidak ada yang salah di dalam situasi saat ini. Valentina dengan ketidaktahuannya dan hanya dapat mempercayai apa yang ia lihat berakhir menyimpan luka dan dendam kepada Keano hingga berakhir seperti ini. Dia hanya seorang remaja pada saat itu bahkan hingga detik ini dia hanya menyimpan rasa takut dan kesedihan untuk dirinya sendiri. Dia tak mempunyai siapapun untuk membagi rasa menyakitkan tersebut. Begitu juga dengan Keano, dia menyembunyikan semuanya karena mempunyai alasan tersendiri. Dia tak ingin menyakiti Valentina dengan fakta yang ada dia tak ingin merusak hubungan mereka. Dia hanya ingin Valentina merasa begitu disayang dan dicintai olehnya. Dia hanya ingin Valentina mempercayai bahwa dia adalah hal yang paling berharga untuknya. Dia hanya ingin Valentina bahagia dengan kenangan indah nya bersama dengannya. Hanya itu, Keano tak ingin merusak kebahagiaan Valentina dengan fakta menyakitkan itu. Sony mengartikan hal itu sebagai cinta yang sangat tulus dari seorang Keano untuk Valentina Sebagai seorang suami dan juga pria yang sangat mencintainya. Hanya Sony lah orang selain Keano yang mengetahui sebesar apa cinta pria itu terhadap Valentina. la merasa Valentina adalah seseorang yang paling beruntung di dunia ini karena dicintai begitu hebatnya oleh Keano. Dan Sony memutuskan untuk tidak memberitahu perasaan Keano yang sebenarnya kepada Valentina. Karena ia masih berharap Keano akan bangun suatu saat dan mengatakan nya sendiri kepada Valentina. Suatu saat nanti. "Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Sony kepada Valentina yang terlihat tidak bersemangat untuk hidup. Valentina mengendikkan bahunya lemah, dia merasa hidupnya benar benar dijungkir balikkan oleh keadaan. Dia merasa tidak b*******h untuk menjalani kehidupannya setelah mengetahui kebenaran tersebut dan harus menyimpan penyesalan yang sangat dalam karena telah melukai orang yang tidak bersalah atas apapun. "Aku akan menghubungi keluarga Keano dan menceritakan semuanya, mereka berhak tahu atas apa yang terjadi kepada putra mereka. Aku siap mendapatkan hukuman apapun dari mereka karena telah mencelakai Keano." Valentina tersenyum sendu. Sony memberikan ponsel Valentina yang sempat ia sita dan mematikan nya agar tidak dapat dilacak oleh keluarga Keano. Valentina pun menghubungi orang tua Keano, dengan jantung yang berdebar. Sejujurnya Sean juga sudah tahu, namun pria itu meminta Valentina untuk tidak memberitahukan keadaan Keano pada keluarga nya. Di seberang sana orang tua Keano hanya mengiyakan perkataan Valentina. Dan bersiap untuk menjemput mereka berdua Valentina meminta alamat kepada Sony di mana mereka berada saat ini. Valentina terdiam cukup lama, dia merasa sedikit belum percaya dengan kenyataan yang sudah ia ketahui la tak menyangka jika kejadian seperti itulah yang disembunyikan Keano selama ini. "Maafkan aku dan terima kasih untuk semuanya, Son." Ujar Valentina dengan senyuman kecilnya. Sony menggelengkan kepalanya pelan, dia mengelus sayang kepala Valentina lalu menariknya untuk dipeluk beberapa saat "Aku akan menyerahkan Keano kepada kalian, eum? Aku akan mengunjungi kalian beberapa hari kemudian." Sony berkata dengan tembut. Valentina membalas pelukan Sony dan ia mengangguk pelan. Mereka pun melepaskan pelukan dan Sony mengulurkan tangannya membuat Valentina kebingungan namun ia tetap menerima uluran tangan sonyy dan berjabat tangan dengannya. "Sony. Pemilik perusahan C-Corp." Ujar Sony memperkenalkan diri. Kedua mata Valentina membulat dengan sempurna ketika mengenali nama perusahaan tersebut, di mana ia sering datang ke tempat tersebut. "K-kau?" Valentina tak dapat berkata-kata lagi. Sony mengangguk kecil sembari tertawa canggung. Seketika Valentina merasa menjadi manusia paling bodoh di dunia ini, dia melangkah di jalan yang salah sejak awal. "Apa Keano tau? Jika aku sering datang ke kantor mu?" Tanya Valentina dengan wajah sedihnya. "Eum. Aku memberitahunya agar dia berhati-hati denganmu. Tapi dia terlihat menyepelekannya maka dari itu aku mengawasimu akhir-akhir ini." Jelas Sony sembari mengelus bahu Valentina yang meluruh. Valentina meremas jari-jari tangannya dengan kuat. Dadanya kembali bergemuruh membayangkan bagaimana hancurnya Keano mengetahui info jika dia berniat menghancurkannya. la mendongak dengan cepat kala mengingat apa yang sudah dia lakukan. "Lalu berkas itu?" Tanya Valentina dengan khawatir. "Aku tidak menjualnya, semua sudah ku kembalikan atas nama Keano." Jawab Sony dengan senyuman hangatnya. "Ke-Keano pun tahu?" Tanya Valentina dengan gagap. Anggukkan kepala kembali diterima Valentina, ia menghela napasnya panjang merasa begitu jahat dan tidak pantas untuk dimaafkan. Dia ingin mengulang waktu dan memilih untuk melampiaskan amarahnya kepada Keano sejak awal. Namun semuanya sia-sia dan hal tersebut tak mungkin terjadi. Tak ada yang patut disalahkan di dalam hal ini, hanya sebuah komunikasi lah yang seharusnya terjadi. Hubungan mereka berdua pada awalnya sudah memburuk ketika pernikahan itu terjadi, oleh karena itu terlalu sulit bagi mereka berdua untuk menjalin sebuah komunikasi yang baik dengan adanya sebuah kejadian yang mengerikan. Keluarga Keano sudah datang dengan membawa beberapa mobil berisikan anggota kepolisian dan juga anak buah lainnya la juga telah membawa dokter terbaik mereka. Wajah mereka terlihat sangat dingin ketika mereka bertemu dengan Valentina, namun mereka tetap menyapa dengan sopan. "Dimana Keano?" Tanya ayah keanoy dengan tatapan menusuk. Valentina berjalan dengan tertatih membawa ayah mertua nya ke ruang rawat Keano. Dan tubuh pria itu hampir saja terjatuh jika ia tak ditahan oleh istrinya. "Apa yang sebenarnya terjadi?" Sang ayah menatap tajam Valentina dengan kedua mata yang mulai berair. Valentina menundukkan kepalanya tidak mempunyai keberanian menatap mereka. la melihat rasa sakit di setiap tatapan mereka, ia semakin merasa bersalah dan tidak berguna seebagai seorang istri. "Maafkan aku." Suara Valentina terdengar parau. Sony datang dan menyembunyikan Valentina di balik tubuhnya la bersalaman dengan mereka sembari membawa mereka untuk duduk sejenak di ruangannya. "Perkenalkan saya Sony, sahabat Keano . Aku yang menemukan mereka berdua, selebihnya biarlah Valentina yang menjelaskan semuanya. Saat ini keadaan Keano berada di masa koma, tubuhnya tak merespond apapun karena racun yang ada di dalam tubuhnya. Hanya waktu yang dapat menjawab semuanya." Jelas Sony dengan singkat. Pria paruh baya itu menunduk sembari mengepalkan kedua tangannya erat. Bahunya mulai bergetar dengan hebat, ia menangis tanpa isakan. "Siapa yang membuatnya seperti itu?" Tanya sang ayah berusaha memastikan sesuatu. Valentina menarik pelan ujung kemeja Sony, dia terlihat ketakutan karena intimidasi mereka semua. "Tenang saja. Mereka tidak akan berani menyentuhmu." Sony tersenyum kecil menenangkan Valentina. Terdengar helaan napas yang kasar dari sang ayah, pria itu terlihat sekali semakin menciut Setelah mengetahui fakta tersebut. Valentina seakan kehilangan keberaniannya selama ini. Karena dia merasal bersalah di dalam hal ini, bahkan pria itu kini menatap Valentina penuh amarah. Dan terlihat begitu mengintimidasi. "Bisa jelaskan sekarang juga? Apa yang sebenarnya ada di dalam otakmu, hah?" Pria baya itu menggeram marah. Sony melirik Valentina yang terlihat menghapus air matanya berulang kali. Dia tidak tega melihatnya, ia pun mengangkat tangannya memberi tanda pada ayah Keano agar menahan dirinya. "Aku yang akan menjelaskan semuanya. Karena di sini aku yang lebih mengetahui dari Valentina." Ujar Sony. Dia mulai menceritakan apa yang sebenarnya dirasakan Valentina, mengenai rasa benci dan amarahnya terhadap Keano. Dan ia pun menceritakan kronologis saat Valentina menjebak Keano hingga rencana pembunuhan tersebut. Lalu Sony memutarkan rekaman di mana percobaan pembunuhan itu terjadi di rumah Keano dan setelah melihat rekaman tersebut -tubuh mereka merinding. Ayah Keano terdiam seakan kehilangan kewarasannya sesaat. Ayah Keano marah? Tentu tidak. Dia justru menatap Valentina dengan tatapan tidak percayanya Sony mengernyitkan dahinya menatap pria baya tersebut, ia melakukan kontak mata dengan nya dan dengan cepat pria gagah itu menerima sinyal Sony la mengangguk pelan dan Sony membuka mulutnya kecil kemudian mengangguk pelan. "Apa maksudmu?" Tanya Valentina tidak mengerti. "Kau harus bertanya kepada Keano." Jawab sang ayah dengan senyuman sendunya. . . "Lama sekali apa kau tidak merindukanku hm?" Gumam Valentina sembari mengelus pipi Keano yang terlihat semakin tirus. 6 bulan lamanya Keano terbaring di atas ranjang rawat dan hanya mengandalkan bantuan alat medis di tubuhnya. Selama itu pula Valentina telah menggantikan Keano sebagai pemimpin perusahaan yang dikelola pria tersebut. Dia tumbuh menjadi wanita yang penuh dengan keseriusan, berdarah dingin, tak tersentuh. "Aku merindukanmu." Valentina mengecup dahi Keano cukup lama. Beberapa hari kemudian Valentina bangun pagi-pagi, ia menyisir rambutnya yang sudah cukup panjang dengan rapi. Dia juga sudah memakai pakaian serba hitamnya, dia sengaja memakai pakaian formal layaknya pekerjaan kantor. Valentina terlihat lebih dewasa karena selama 6 bulan ini dia sangat sibuk menggantikan tugas sang suami. Dia harus bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan, penyesalan akan selalu menghinggapi diri Valentina setiap kali dia mengingat sang suami. "Siapkan mobil." Ujar Valentina kepada Sony yang sudah menunggunya di bawah. Valentina keluar kamar dan menuju ruangan khusus yang dibuat oleh Valentina untuk Keano. la tak ingin sang suany jauh darinya, dia membeli banyak peralatan medis dan membangun ruangan darurat di rumahnya la bahkan mempekerjakan beberapa dokter dan perawat yang bergantian menjaga Keano. Cekleek .. Valentina masuk kedalam kamar Keano, ia menghela napasnya panjang melihat tubuh sang suami yang semakin kurus. la duduk di kursi lalu mengelus rambut Keano yang sudah cukup memanjang. "Selamat pagi tampan .." Valentina mengecup singkat dahi Keano. la menggenggam telapak tangan Keano yang dingin dengan mengecup punggung tangan Keano lembut, menempelkan pipinya M.engusakkan dengan pelan sebenarnya ia hanya merasakan suhu tangan yang dingin. "Bangunlah. Aku akan semakin kuat jika seperti ini. Aku tidak ingin mengalahkan mu dalam bisnis." Gumam Valentina dengan wajah pasrahnya. Valentina pun berdiri dan mengambil baskom kemudian mengisinya dengan air hangat. la melepas semua pakaian Keano kemudian ia menyeka tubuhnya dengan handuk yang lembut. Penuh kehati-hatian agar tidak menyakiti pria tampan itu. Tangan Valentina bergetar saat ia mulai membasuh bagian tubuh atas Keano la melihat bekas luka tusukan yang sangat banyak karena ulahnya la menyekanya dengan tangan gemetar, ia meremat kuat handuk yang ia gunakan. "Sial" Valentina mendongak berusaha menghalau air matanya. Rasa bersalah setiap hari menggerogoti hati Valentina, ia bahkan sering bermimpi buruk saat dimana dia berusaha menyingkirkan Keano dengan brutal. Valentina yang selalu membersihkan tubuh Keano. la tak pernah memperbolehkan selain dokter dan perawat menyentuh tubuh Keano. Mansionnya selalu dijaga oleh banyak anak buahnya untuk menjaga Keano. Setelah selesai menyeka tubuh Keano, ia memakaikan Keano dengan pakaian yang baru. la bahkan menyisir rambut Keano dengan rapi, memberinya minyak rambut favorit sang suami. "Aku pergi dulu, suamiku, Doakan agar istrimu selalu selamat hm? Aku menunggumu." Valentina mengelus rahang tegas Keano dengan lembut. la memandangi wajah tampan Keano cukup lama hingga ia pun memutuskan untuk segera pergi. Dia mendapatkan banyak bimbingan dari Sony untuk mengelola perusahaan. Dia menjadi pribadi yang serius dan sangat menggebu untuk mempelajari sesuatu dengan cepat dan teliti. Dan beruntunglah Valentina tidak sebodoh itu, dia mempelajari semuanya dengan cepat. Dia juga belajar dari pengalaman, dia memperhatikan banyak hal kecil. sehingga meminimalisir kesalahan. "Aku akan pulang 2 hari lagi. Jaga suamiku dan ganti pakaian nya setiap hari. Kabari aku jika sesuatu terjadi." Ujar Valentina kepada dokter di sana. Kemudian ia pun pergi dengan tenang, saat di dalam mobil dia membuka ponselnya kemudian membuka rekaman kamera cctv yang ada di dalam mansionnya. la membuka rekaman cctv yang ada di kamar Keano, ia hanya menatap sang suami sepanjang perjalanan. Hanya seperti itulah yang selalu Valentina lakukan jika ia tidak berada di rumah. Sony merasa begitu bersyukur dengan perubahan Valentina, bocah itu terlihat begitu menyayangi Keano. la bahkan pernah mendapatkan pukulan keras di rahangnya ketika ia dengan lancang mengganti pakaian Keano. Dan Sony melakukannya cukup sekali tidak ingin mengulanginya lagi. "Keano akan tersipu malu jika mengetahui kau sangat menjaganya." Batin Sony berbunga. Tak dipungkiri- mulut Sony selalu terasa gatal ingin memberitahu Valentina mengenai perasaan Keano. Namun dia selalu menahannya karena ia tak mungkin bersikap lancang. Dia tidak ingin kehilangan nyawanya. "Periksa." Valentina mengendikkan dagunya ke arah salah satu anak buahnya. Saat ini dia sedang bertemu dengan klien nya yang menawarkan kerjasama brand ternama yang akan diluncurkan Valentina beberapa bulan kemudian. Anak buah Valentina memeriksa koper tersebut. Anak buah Valentina kemudian mengangguk kecil sebagai tanda jika sesuai. Valentina pun mengeluarkan kertas kontrak dan menandatanganinya. Dia juga menyuruh Sony untuk membawakan uang tunai untuk mereka. Terdapat salah satu dari mereka yang sedari tadi menatap Valentina dengan tatapan nakalnya. Valentina menatapnya sekilas lalu ia memberikan isyarat agar pria itu mengikutinya. Valentina berjalan lebih dulu dan diikuti yang lainnya termasuk pria tersebut. Valentina membuka pintu penumpang untuk pria tersebut latu disusul olehnya. Di sana Valentina meminta Sony untuk memberikan pelajaran pada pria tersebut agar tak lagi berani menatap dirinya dengan tatapan tak seharusnya. Valentina milik Keano, mutlak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD