07. Penyesalan

1073 Words
Beberapa bulan telah berlalu, selama itu pula Keano menerima perlakuan semena-mena Valentina. Dia mencoba bersabar dan tetap memberikan perhatian pada istrinya. Kini kandungan Valentina genap menginjak usia ke 6 bulan. Keano tak henti memanjakan Valentina, meski wanita itu selalu saja menolak apapun yang dia berikan. Walau dalam hati sejujurnya Valentina mulai merasa simpati dengan kegigihan Keano. Tapi rasa benci di dalam hatinya terlalu mendominasi. Keano merasa ada yang aneh dengan kehidupan Valentina, pasalnya selama ini dia tidak pernah melihat keberadaan orang tua istrinya. Terlalu banyak rahasia yang disembunyikan wanita tersebut. Hingga suatu hari Keano memutuskan untuk menemui sang kakak. Mungkin pria itu tahu tentang kehidupan Valentina sebelumnya. Disinilah sekarang Keano berada. Kantor perusahaan milik Sean. "Apa aku mengganggu?" Tanya Keano. Sean terkekeh dan menggeleng. "Tidak, tumben sekali datang. Ada apa?" Lanjut Sean. Keano mendekat kan tubuhnya dan menatap lekat wajah sang kakak. "Ada yang ingin aku ketahui mengenai kehidupan Valentina." Ujar Keano tanpa basa-basi. Sean mengangguk dan mendengar kelanjutan cerita sang adik. "Apa hubungan keluarga Valentina tidak terlalu baik?" Tanya Keano sedikit sungkan. Sean menegakkan tubuhnya dan bersandar di sofa belakangnya. "Ini salah satu alasan ku, kenapa aku tidak terlalu suka dengan wanita itu. Kehidupan nya terlalu rahasia. Yang aku ketahui selama mengenal Valentina. Keluarga wanita itu banyak musuh, bahkan dulu saat aku masih beramanya dia sering kali mendapat ancaman dari orang asing, dan mungkin itu musuh orang tuanya." cerita Sean. Keano terdiam, jadi selama ini kehidupan Valentina terancam? Gumamnya. "Keano, kau harus menjaga Valentina. Dia wanita baik, hanya saja keadaan yang membuatnya kasar terhadapmu. Aku yakin, suatu hari nanti dia pasti akan bisa menerima mu." ucap Sean, sembari menepuk pundak sang adik. Keano mengangguk dan memutuskan untuk segera pulang. Rasa khawatir terhadap sang istri semakin menjadi. Valentina tersenyum menatap potret dirinya dengan Keano, rasa cinta di dalam hatinya mulai tumbuh seiring berjalannya waktu. Namun dia tidak ingin Keano masuk terlalu jauh dalam hidupnya. Kehidupan Valentina terlalu bahaya, untuk Keano yang sering sakit-sakitan. Ting ... Tong ... Terdengar suara bel pintu, Valentina bergegas menuju ke ruang utama. "Kenapa Keano sudah pulang?" batin Valentina. Tanpa merasa curiga dia membuka pintu dan betapa terkejutnya saat melihat beberapa pria asing berdiri di hadapannya dan langsung menyergap tubuh Valentina. "Lepaskan aku?! Tolong!!" Teriak Valentina, memberontak. Keano yang baru saja datang sontak terkejut dan berlari menghampiri sang istri. Melawan beberapa penjahat di sana. Baku hantam pun terjadi. Tubuh Valentina terhempas jatuh dengan kerasnya. Keano tersentak, dia melihat salah satu dari mereka mengarahkan sebuah belati ke arah sang istri. Dengan cepat Keano berlari menghalau tubuh Valentina. "Valentina!!" Crakk!! Belati itu menusuk d**a Keano. Keano perlahan meluruhkan tubuhnya, sembari memegang dadanya yang kini sudah banjir dengan darah. "Ke-Keano!" teriak Valentina tergagap. Dengan segenap kekuatan dia mendekati tubuh sang suami. Keano tersenyum ke arah Valentina dengan tatapan redupnya. "Maafkan aku, aku tidak bisa menjagamu." Valentina menangis sejadinya. Tak menghiraukan darah yang merembes dari belahan pahanya. Rasa sakit melihat keadaan Keano mengalihkan semuanya. "Jangan ucapakan hal itu, aku yang salah." "Aku harap ... Uhuk, uhuk, kau tidak membenciku." lirih Keano sebelum kesadarannya berangsur menghilang. Sedang para penjahat tadi sudah kabur setelah menjalankan misi mereka. Sebenarnya target mereka hanyalah Valentina, namun Keano ikut campur. . . Satu Minggu telah berlalu. Valentina mengalami keguguran dan sekarang sedang menjalani perawatan intensif. Keadaan Valentina berangsur membaik, berbeda dengan Keano yang justru semakin kritis. Semenjak kejadian itu, Sean memberikan pengawasan khusus untuk keluarga adiknya. Dia mengirim beberapa bodyguard untuk menjaga mereka. . . Valentina memeluk erat tubuh pria yang dikirim Leo untuknya, pria yang bernama Sony di ketahui sebagai bodyguard wanita tersebut, bahi Valentina kembali bergetar hebat dengan isak tangis yang teredam di d**a Sony. la meremat kuat kemeja Sony melampiaskan rasa sesak di dadanya. "A-aku pantas mati hiks .. aku aku" Valentina tak dapat berkata apapun. Sony mengelus belakang kepala Valentina dengan lembut. la menghela napasnya panjang, membiarkan Valentina menangis sepuas yang ia inginkan. Tangisan Valentina semakin kuat kala wanita itu mengingat semua perjuangan sang suami untuknya. Valentina mendongak menatap Sony dengan linangan air matanya. Valentina menangis sesenggukan. Bahkan dia sudah kesulitan untuk berbicara. "Hiks .. dia tidak pernah melukaiku hiks .. dia tidak pernah menyakitiku hiks .. apa yang harus aku lakukan?" Valentina memejamkan matanya erathingga air matanya berjatuhan dengan cepat. Puk puk puk la memukul pelan dadanya yang terasa sakit, ia tak dapat menahan rasa sakit di dadanya. Ia mengingat setiap senyuman hangat dari sang suami, pria itu selalu bersikap sabar menghadapi tingkah kurang ajarnya. Valent berdiri dari kursinya lalu ia berlari dengan tertatih karena luka di bagian perutnya bekas operasi yang belum sembuh sepenuhnya. la mengusap air matanya dengan kasar berulang kali, ia berlari dengan sekuat tenaganya menuju ruang rawat Keano. Brug! Valent terjatuh karena kakinya terasa lemas, ia kembali berdiri sembari bertumpu pada dinding. la berjalan cepat dengan terseok untuk menghampiri sang suami. Saat sampai ia membukanya dengan cepat. Brug! Valentina kembali terjatuh saat melihat keadaan sang suami. Terbaring tidak berdaya dengan banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya. Ia menumpukan kepalanya di lantai sembari meringkuk. Bugh! Bugh! Bugh! "ARGHHH!!!" Valentina menjerit kuat sembari memukuli lantai dengan kuat. la merasa begitu tak berguna telah melakukan sebuah kesalahan besar. la merangkak menuju ranjang Keano, ia menangis sesenggukan di samping ranjang Keano. "Hiks .. hiks .. maafkan aku Keano hiks .. maafkan aku.." Valentina menangis histeris. Dia berdiri kemudian menggenggam erat tangan dingin Keano. Mengecup punggung telapak tangannya sangat lama, air mata penyesalan tak kunjung berhenti. "Arggjh!! Maafkan aku!! Ku mohon maafkan aku!" Valentina menangis pilu dengan rasa sakit di dalam dadanya. Napasnya tersengal karena ia menangis terlalu hebat, ia menatap kondisi tubuh sang suami yang begini memprihatinkan. Dan semua itu karena dirinya. Ia menggigit bibir bawahnya, Valentina hanya dapat menyesali apa yang sudah ia lakukan. Ia tak dapat membalik keadaan yang sudah terjadi. "Bodohnya aku." Valentina mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia hanya bisa menangis di samping wajah Keano. Semua perlakuan kejamnya terhadap Keano kembali berputar dan itu semakin menyakiti hati Valentina. Valentina memeluk erat tubuh Keano, menumpukan kepalanya di d**a Keano yang terbalut perban. "Hik ... Keano," Valentina meraung merasakan kesakitan hatinya melihat kondisi sang suami. Diambang pintu Sony hanya dapat memasang wajah putus asa. Sejujurnya Sony adalah sahabat Keano sejak lama, hanya saja Keano tidak pernah bercerita pada Valentina. Lagipula tak penting juga Keano menceritakan kehidupannya pada sang istri toh wanita itu tidak peduli juga. Sony mengetahui semua apa yang terjadi pada kehidupan Keano. Hingga pada akhirnya dia mengetahui jika Keano terluka. Berkahir dia meminta Leo untuk mengangkatnya menjadi bodyguard keluarga sahabatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD