09. Perubahan sikap Valentina.

1848 Words
"Pak Keano sudah melewati masa komanya Nyonya" Deg deg deg. Jantung Valentina berdegup dengan kencang ia bahkan seakan kehilangan kesadarannya beberapa detik. "Berhenti." Valentina menyuruh Sony menghentikan laju mobilnya. Dia membuka pintu mobil dengan cepat. Cekleek. Valentina terlihat gelisah, dia tidak berani melihat rekaman cctv di ponselnya. Kedua tangannya terasa dingin karena ia gugup. Wajahnya pun terlihat pucat dan perutnya terasa mulas karena ia benar-benar tidak sabar bertemu dengan sang suami. "Oh, Tuhan." Valentina menutupi wajahnya berusaha menahan air matanya. la merasa belum percaya dengan kabar bahagia ini. Hingga 2 jam kemudian mereka sampai. Mansion Valentina sudah penuh dengan para anak buah Keano. la keluar dari mobil dengan cepat. "SELAMAT DATANG KEMBALI NYONYA." Dengan serempak mereka memberi jalan untuk Valentina sembari membungkuk sopan ke arahnya. Valentina tersentak sesaat, tapi setelah mengingat jika masih banyak yang Keano sembunyikan darinya dia tak lagi ingin memikirkan nya lagi. Yang terpenting saat ini adalah sang suami. "Keano." Valentina bergumam pelan sembari berlari cepat ke lantai atas. SRAAAK!! PYAAAR! "DIMANA ISTRIKU?" Jantung Valentina semakin berdegub dengan kencang, ia mempercepat Langkahnya. Namun saat berada di depan kamar Keano-Valentina menghentikan langkahnya. la berusaha mengatur napasnya, menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Sony yang berada di belakang tubuh Valentina pun mendorong pelan tubuh sang nyonya. "A-aku. "Valentina menatap Sony dengan wajahnya yang mulai memerah. "Keano mencari mu." Sony mengangguk menyakinkan. Valentina pun melangkah dengan perlahan masuk kedalam. Saat di ambang pintu dia tak berani menatap ke arah Keano. dia hanya menunduk dengan air mata yang mulai berjatuhan. "Val?!" Suara Keano terdengar. Valentina mengangkat kepalanya dan kedua matanya bersitatap dengan kedua mata Keano yang menyorot tajam. Valentina semakin kuat menggigit bibirnya, napasnya mulai terdengar kasar. "Haah-- hiks .. hiks." Valentina memejamkan matanya erat. la menangis keras sembari mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Hiks hiks-Keano hiks .. Keano." Valentina menunduk dengan bahu bergetarnya. Bruk! Valentina tak dapat menahan tubuhnya, ia terjatuh lalu menjerit dengan kuat. "HARRGHH!!" Valentina menangis sesenggukan, meraung meluapkan rasa penyesalan yang selama ini simpan sendiri. la menangis histeris sembari tergugu, napas Valentina terdengar begitu kasar dan tersenggal. "Ugh .. arghh!! maafkan aku hiks maafkan aku Keano- " Valentina bersujud ke arah Keano. Semua orang yang ada di sana tak kuasa menahan air mata mereka melihat penyesalan nyonya muda mereka. Keano hanya terdiam, dia tak tahu apa yang terjadi mengapa istrinya menangis hebat seperti itu. la hanya ingat jika Valentina berusaha mencelakainya. "Sayang." panggil Keano dengan lembut. "Aarghhg!!! hiks .. hiks.." tangisan Valentina terdengar semakin pilu. Keano menatap Sony dan memberi isyarat agar membawa Valentina kepadanya Keano pun mengelus punggung bergetar Valentina, air matanya semakin deras ketika mendengar raungan Valentina yang terdengar menyakitkan. Leo terkejut bukan main saat ia melihat tetesan darah dari telapak tangan Valentina. Wanita itu terlalu kuat mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya melukai telapak tangannya. "M-maafkan aku hiks. . maafkan aku." Valentina meremas kuat surainya. Dia mencoba untuk berdiri dibantu oleh Sony la berjalan dengan perlahan ke arah Keano dengan air mata yang berlinang, ia menangis sesenggukan sembari menatap wajah sang suami yang terlihat begitu kurus. Keano membuka kedua tangannya ke arah Valentina, ia hanya dapat setengah berbaring karena tubuhnya mati rasa akibat terlalu lama terbaring koma. "Hiks hiks." Valentina mengusap air matanya dengan kasar hingga membuat wajahnya terkena darah dari telapak tangannya. Dengan cepat Keano menarik tangan Valentina dan memeriksa telapak tangannya. "Ambilkan alkohol!" Keano berteriak dengan wajah khawatir ke arah dokter di sana. Valentina menatap wajah khawatir Keano dengan air mata yang semakin deras. Dadanya terasa begitu sakit, sangat sakit bahkan ia untuk bernapas pun Valentina merasa tak sanggup. "Ke-Keano .." Valentina meraba wajah Keano mendekatkan wajahnya menyatukan dahinya sembari menangis dengan kuat. "Eughh-maafkan aku hiks .. maaf ." Valentina menangis hingga kesulitan berbicara. Dengan tangan bergetar Keano menghapus air mata Valentina la sakit, sangat sakit menatap kesayangannya menangis seperti ini. "Ssh. Aku ada di sini Sayang." Keano menarik tubuh Valentina masuk kedalam pelukannya. Valentina menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Keano. menangis lebih kuat dengan tubuh yang bergetar hebat. Tubuh Keano merinding merasakan tetesan air mata di lehernya yang begitu deras. "Keano.. hiks jangan tinggalkan aku." Valentina memeluk erat tubuh Keano sangat erat hingga Keano merasakan nyeri pada tubuhnya. Namun ia membiarkan pujaan hatinya menangis lebih keras di dalam pelukannya. "Sshh .. semua akan baik-baik saja." Keano belum mengerti apa yang terjadi dengan Valentina. Setiap mendengar suara Keano membuat tangisan Valentina semakin keras. la hanya menangis seperti itu selama hampir 30 menit Hingga Keano melonggarkan pelukan Valentina, ia menangkup wajah berantakan Valentina dengan lembut. "Hei, kesayangan. Ada apa hm?" Keano berbisik lembut. Valentina semakin terisak, dia tak dapat menjawab pertanyaan Keano. la hanya menangis sembari menatap wajah tampan Keano. "Aku sangat merindukanmu." Valentina memiringkan kepalanya lalu memagut lembut bilah bibir sang suami. Keano terpaku, dia seakan kehilangan nyawanya beberapa saat ketika merasakan sapuan lembut pada bilah bibirnya. "Hhiks hiks." Valentina membalas sapuan bibir Keano dengan bibir bergetarnya di sela-sela isak tangisnya. Hingga ia mengecup lama bibir Keano lalu melepaskannya. kemudian menumpukan dahinya di atas bahu Keano. Kembali memeluk tubuh kurus sang suami. "Sungguh maafkan aku, maafkan aku." Valentina ingin membunuh dirinya sendiri untuk menebus semua kesalahannya. "Baiklah, aku maafkan. Berhenti menangis Baby." Bujuk Keano dengan lembut. la tak tega melihat keadaan Valentina yang begitu berantakan. Dia mengusap air mata Valentina yang tak kunjung berhenti, mengelus kepalanya dengan lembut. Valentina menatap Keano dengan tatapan penuh puja. Tatapan rindu serta tatapan penuh sesal. "Terima kasih sudah menyelamatkanku" Pupil mata Keano membesar, ia menatap Valentina dengan tidak percaya. Valentina kembali mengecup bilah bibir Keano sangat lama. Mereka anak buah Keano pergi dari sana memberikan waktu untuk suami dan istri tersebut. Setelah menangis, Valentina hanya terdiam sembari menggenggam erat kedua tangan Keano dengan kepala tertunduk. Valentina sedang duduk di sebelah ranjang Keano. "Siapa yang memberitahumu hm?" Tanya Keano berusaha memastikan. Dia masih belum terlalu mengerti dengan semuanya, ia hanya mengerti sebagian hal dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Valentina menggelengkan kepalanya pelan, dia membaringkan kepalanya di atas perut Keano. Menatap wajah pucat sang suami yang terlihat sangat tampan walau tak setampan sebelumnya. "Jangan membahasnya sekarang. Aku hanya sangat merindukanmu." Ujar Valentina sembari tersenyum kecil ke arah Keano. Keano menggulirkan kedua matanya ke atas karena ia terkejut melihat senyuman manis Valentina yang sudah lama tidak ia lihat. la berdehem pelan karena merasakan sensasi panas di wajahnya. Valentina tertawa kecil melihat wajah Keano yang terlihat salah tingkah. "Apa aneh aku mengatakan hal seperti itu?" Tanya Valentina sembari tertawa geli. Wajah Keano seketika berubah menjadi pucat, perutnya terasa keram melihat wajah cantik Valentina saat tertawa seperti itu. Keano memejamkan matanya sesaat sembari menghembuskan napasnya pelan. "Jangan mengatakan apapun. Aku ingin memelukmu." Valentina memeluk perut Keano dan menyenderkan kepalanya di d**a Keano. Keano terdiam kaku, ia benar benar terkejut dengan perubahan sikap Valentina yang mendadak seperti ini. Dia belum siap! Dia belum memasang tameng besinya menghadapi sifat manis Valentina. Krek .. Valentina mendongak dengan terkejut ke arah Keano saat ia mendengar suara tulang retak. Keano menggelengkan kepalanya kaku sembari menekan kepala Valentina agar tidak menatapnya dengan tatapan bingung nya yang menggemaskan seperti itu. Itu adalah suara dari tulang jari Keano karena pria tampan itu mengepalkan tangannya terlalu kuat untuk menahan diri agar tidak melompat kegirangan. "Bagaimana keadaanmu?" Tanya Valentina sembari mengelus urat pada lengan Keano. "Hanya sedikit lemah saja. Akan baik baik saja jika aku melakukan terapi" Jawab Keano sembari mengelus surai panjang Valentina dengan lembut. Keano tersenyum hangat, ia tak pernah membayangkan jika Valentina akan memeluknya dengan manja seperti ini. Dia merasa sedang memeluk Valentina yang berbeda. "Maafkan atas kebodohanku A-aku tidak tahu apapun dan berakhir menyakitimu." Gumam Valentina dengan suara yang kembali bergetar. Dengan cepat Keano mengangkat wajah Valentina kemudian menggelengkan kepalanya brutal "Ssh! Aku tak pernah marah denganmu. Justru ini salah ku karena tidak mengetahui apapun tentangmu Sayang. Aku hanya menganggap kau tak tahu apapun. Jangan pernah merasa bersalah. Aku tidak suka." Keano menatap tajam kedua mata Valentina yang kembali berkaca-kaca. Valentina menggigit pipi dalamnya dengan perasaan campur aduk. la tak tahu mengapa sang suami begitu menyayanginya, oh itu pertanyaan bodoh mengingat dia adalah istri sah dari Keano. Ah yang menjadi pertanyaan nya adalah -- "Kenapa kau begitu baik kepadaku? Seakan kau hidup hanya untuk memberi kebahagiaan untukku." Gumam Valentina dengan tatapan menelisik. Keano terdiam, kemudian tersenyum memberi kecupan lembut di dahi Valentina. Dia kembali menarik kepala Valentina kemudian ia peluk dengan lembut, mengelus pipi gembil Valentina dengan pelan. "Keano jawab pertanyaanku." "Apa begitu aneh bagimu? Kau istriku." Keano mendengus geli. Valentina tak dapat berkata, karena membenarkan apa yang dikatakan sang suami la hanya merasa Keano begitu menyayanginya di saat ia selalu memperlakukan Keano dengan buruk. Dia hanya merasa malu dengan dirinya sendiri karena telah memberi banyak luka di hati Keano. la benar-benar malu dan merasa bersalah atas semua yang ia lakukan untuk Keano dalam hal buruk ah ia tak pernah memperlakukan Keano dengan baik sebelumnya. Mereka berpelukan cukup lama hingga dokter mengetuk pintu dan meminta ijin untuk memeriksa tubuh Keano. Dan Valentina harus membiarkan Keano istirahat mengingat pria itu baru bangun dari koma selama 6 bulan. "Selamat malam. Jumpa kembali besok pagi." Valentina mengecup pelan dahi Keano lalu keluar dari kamar dengan santai. Sedangkan Keano sedang terdiam dengan wajah pucatnya. "K-kenapa dia sangat berubah?" Keano menyentuh kedua pipinya yang terasa panas. la bahkan terbatuk beberapa kali karena tersedak air liurnya sendiri karena terlalu takjub dengan perilaku Valentina yang begitu berubah 360°. "Pasti Sony yang memberitahu -" ucapan Keano terhenti saat ia mengingat hari itu di mana Valentina bersimbah darah. "Brengsek." Keano mengeraskan rahangnya. . . Keano terbangun dari tidurnya, ia mengerjap dengan pelan berusaha mengumpulkan nyawanya. "Good morning." Valentina tersenyum lebar di atas wajah Keano. Keano membulatkan matanya dengan lebar karena terkejut, ia bahkan menahan napasnya beberapa detik, la menghembuskan napasnya kasar saat menyadari itu adalah istrinya la menyentil pelan dahi Valentina membuat sang empu tertawa kecil dan menjauhkan wajahnya. "Senang melihatmu di pagi hari lelaki jelek." Valentina membuka gorden di kamar Keano. la sudah berpakaian rapi, Keano memiringkan tubuhnya menatap siluet Valentina yang terlihat semakin gagah sejak terakhir kali mereka bertemu. Valentina berjalan ke arahnya lalu duduk di kursi. "Berapa lama aku terbaring di ranjang sialan ini?" Tanya Keano sembari menyelipkan anak rambut Valentina di belakang daun telinganya. Valentina menjauhkan kepalanya karena ia merasa salah tingkah dengan perlakuan Keano secara tiba-tiba. "Hampir 7 bulan. Terima kasih sudah kembali." Valentina tersenyum sendu. Keano mengangkat kedua alisnya terlihat terkejut dengan jawaban Valentina la membuka mulutnya tidak percaya karena waktu berjalan begitu cepat baginya namun tidak dengan Valentina. "Bagaimana dengan kelompok dunia bawahku?" Tanya Keano dengan wajah gusarnya. Valentina berdecih pelan mendengar pertanyaan Keano yang menurutnya sangat konyol la mengangkat dagunya tinggi kemudian menepuk dadanya dengan bangga. "Jangan lupakan jika aku adalah Valentina. Kau akan terkejut dengan hal faedah yang kulakukan selama menggantikan posisimu lelaki jelek." Valentina terlihat sangat bangga dengan dirinya sendiri. Keano merasa tidak percaya dengan ucapan Valentina namun ia tak mengatakannya. Dia akan memastikan nya sendiri kepada Sony. Tok tok tok! Cekleek! "YAAAKK!!! KEANO SIALAN!! Mereka menoleh ke arah pintu dengan terkejut, di sana terdapat wanita cantik yang sedang mencebik sedih dengan air mata yang berjatuhan. Valentina tersenyum kecil melihat kehadiran wanita yang sudah menjadi kerabatnya itu. Panggil saja wanita itu dengan sebutan Sasa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD