B.8 Assertiveness

2000 Words
Rasha kaget ada orang yang berani menghalangi jalannya. Dia menoleh dengan memasang wajah sengit karena dia tak menyangka jika dia mendapat penghinaan yang besar dari lawan bicaranya. “Aku tak butuh uangmu Tuan Muda Sombong!” sentak Abi dan melempar uang ke wajah Rasha. Abi menatap Rasha tajam dengan napas tersengal. Dia sendiri tak menyangka mendapat keberanian sebanyak ini untuk melawan tuan muda sombong itu yang notabene adalah atasannya di kantor. Rasha hanya menatap datar tak berkomentar tapi dia melihat kilat amarah dalam sorot mata wanita itu dan tak ada tatapan takut dalam dirinya. Lelaki yang tak pernah mau mengalah itu mendekati Abi dan mencengkram rahangnya kuat. Wanita berontak berusaha melepaskan diri tapi hal itu membuat Rasha semakin tertantang dan memeluk pinggangnya erat yang membuat wanita itu menegang. “Wanita yang tidak tahu terima kasih,” desis Rasha dan mendorong Abi begitu saja, jika saja wanita itu tidak bisa menjaga keseimbangannya mungkin dia akan terjatuh di aspal jalanan. Rasha masuk mobil dan meninggalkan Abi yang masih bengong di sana. Wanita itu kesal dan menghentakkan kakinya keras karena diperlakukan semacam itu oleh lelaki. “Sialan, lelaki sama saja, bodoh dan tidak peka!” jerit Abi membuat rentetan klakson berbunyi karena dia menghalangi mobil lain yang ingin jalan. Abi kembali ke mobilnya dengan perasaan campur aduk dan melajukan kendaraannya untuk kembali ke rumahnya. Ada gelitik rasa penasaran dalam diri Rasha dengan wanita itu yang berani melempar uang ke wajahnya yang selama ini tak pernah dia dapatkan dari wanita manapun. Lelaki itu menengok kaca spion untuk melihat apa yang terjadi setelah kepergiannya dan dia cukup terkejut karena dia masih mmelihat uang miliknya beterbangan di jalan. Itu artinya wanita itu memang tidak mengambilnya. “Aneh atau pembohong?” decih Rasha dan melajukan mobilnya ke mansion milik keluarganya. Digga dan Sergy sudah ada di sana menunggu kedatangan Rasha. Dia memang mengatakan terlambat kepada ibunya tapi sebenarnya dia tak ada niat terlambat tapi insiden di jalan tadi membuatnya benar-benar terlambat. “Kalian tidak perlu ikut, tunggu saja di sini,” ujar Rasha dan keduanya menunduk hormat memberikan Rasha jalan untuk masuk ke mansion. Pelayan menyambutnya di pintu utama dan menunjukkan dimana keluarganya berkumpul. Rasha menghampiri kursi yang biasa dia duduki, tanpa sapaan kepada siapapun dengan wajah datar. “Rasha kenapa kamu tidak menyapa tetya dan dyadya Vasiliev,” ucap Carryn membuat Rasha menatap paman dan bibinya dengan tatapan menghunus. Keduanya menelan ludah dipandang seperti itu oleh Rasha tak berani berkomentar. Akhirnya semua orang makan dengan tenang mulai dari makanan pembuka sampai makanan penutup, tak ada obrolan sama sekali atau percakapan keakraban. Zhen berdehem untuk mencairkan suasana. “Jadi Rasha apa yang ingin kamu sampaikan?” ucap Zhen membuat Rasha menghentikan sendok yang sudah siap disuapkan ke mulutnya. “Tidak ada,” jawab Rasha santai membuat suasana di ruang makan itu jadi kaku dan lelaki itu santai menyuap pudding yang ada di hadapannya. “Bukankah kamu bilang menyetujui permintaan Papah untuk memiliki pewaris,” ucap Carryn membuat Rasha mengangguk. “Jika kalian sudah tahu kenapa harus aku sampaikan lagi,” sarkas Rasha membuat suasana makin dingin. “Rasha, setidaknya katakan sesuatu,” pinta Carryn lembut membuat Rasha menyerah dan mau tak mau menurutinya. Rasha meletakkan sendoknya sedikit keras membuat dentingan di ruang makan. Rasha mengedarkan pandangan hanya ayahnya dan Adrian yang tak gentar dengan auranya dan itu semakin membuatnya kesal berada di sini. “Aku meyanggupi permintaan Papah untuk memiliki pewaris karena aku tak mau Sandr jatuh ke tangan orang serakah macam dia,” ucap Rasha dengan tatapan sengit kepada Adrian. Sepupunya itu merasa terhina dengan ucapan Rasha hendak melawan tapi tangan ayahnya menghalanginya. “Sandr didirikan oleh Kakek dengan susah payah dan Papah hanya menikmatinya seperti sekarang, tidak memiliki ide untuk mengembangkannya jadi lebih besar,” sarkas Rasha. Zhen hanya berdehem tapi ada kilat amarah dalam manik mata pria paruh baya itu karena dia merasa dipermalukan oleh anaknya sendiri. “Setelah kegilaan Papah yang menolong manusia tidak tahu terima kasih ini, sekarang ditambah lagi dengan menyerahkan Sandr kepada Adrian. Keputusan bodoh,” cela Rasha. Bbrrraaaakk…. “Mulutmu semakin kurang ajar Anak Muda!” bentak Zhen membuat Rasha hanya mencibir tak gentar sama sekali dengan amarah ayahnya. “Jika bukan karena bantuan Kogens, apa Sandr masih bisa berdiri seperti sekarang. Jika bukan karena Kakek yang membuatnya kokoh, apa Sandr bisa membantu manusia hina macam mereka!” cecar Rasha tak kalah sengit dan membanting sendoknya. Carryn memijat keningnya pusing, jika dia tak salah selama dia membesarkan Rasha dia tak lupa memberikan pengajaran yang benar dan menjadikan ayahnya sebagai panutan, tapi sejak kakek Rasha meninggal pertengkaran mereka seakan tak ada habisnya. Rasha menggeser kursinya keras dan merapikan bajunya. Dia mengedarkan pandangan dan berhenti pada Adrian. “Ingat ucapanku, saat Sandr jadi milkku, kau dan keluargamu adalah orang yang pertama aku keluarkan dari silsilah keluarga ini,” ancam Rasha. “Rasha,” seru Carryn tapi Rasha tak peduli. “Jadi mulai sekarang bersiaplah, tapi jangan mencoba menghalangi jalanku di masa depan atau aku akan membuatmu menyesal mengenalku,” tegas Rasha. Lelaki itu berjalan mendekati ibunya dan mencium pucuk kepala wanita yang dia hormati dan enggan dia sakiti. “Kalian hanya minta aku untuk memiliki pewaris, bukan menantu ataupun pernikahan. Aku bisa memberikan apa yang kalian inginkan secepatnya,” ucap Rasha berbalik dan pergi dari sana. “Tapi mana mungkin kamu bisa punya anak kalo kamu tidak menikah dan memiliki istri,” ucap Carryn bingung. Rasha menghentikan langkahnya dan berbalik menatap ibunya. “Aku punya cara tersendiri Mah, dan tidak ada yang tidak bisa Rasha lakukan,” kekeh Rasha dan meninggalkan sejumlah tanya bagi semua orang yang ada di sana. *** Semenjak kejadian makan malam itu Rasha banyak menerima laporan soal gerak gerik Adrian yang semakin intens mengawasinya. Sergy dan Digga sudah memperingatkannya tapi Rasha tak peduli dan lebih memilih fokus pada proyek mereka. Langit sudah berganti gelap, entah sudah berapa lama Rasha berdiri di tepi jendela itu dan memandang gemerlap kota yang ada di bawah kantornya. Malam ini dia berada kantor Kogens yang ada di sisi utara kota, bukan seperti  markas mafia yang tersembunyi atau berada di dalam club malam. Tapi kantor ini dia bangun dengan jerih payah setelah dia mengeluarkan Kogens dari dunia gelap itu. Kakeknya, Rumanov Aleksandr sebelumnya pemimpin Kogens dan dia tidak mewariskan Kogens kepada ayahnya tapi diberikan kepadanya. Waktu itu Rasha sempat menolak karena dia tak pernah terlibat dalam urusan dunia hitam seperti yang kakeknya lakukan. Namun, saat itu kakeknya mengatakan jika Rasha memiliki kemampuan lebih baik dari ayahnya dan memiliki hati yang lebih dingin dibanding ayahnya yang lebih perasa mskipun dari luar nampak keras sama seperti dirinya. Selama ini Kogens hanya terlibat dalam urusan pembebasan lahan untuk penambangan baru tapi semenjak Rasha diajarkan cara ‘main’ dalam Kogens, lelaki ini membuatnya masuk dalam berbagai lini seperti pembebasan lahan, perijinan tambang, penyokong dana tambahan untuk roda pemerintahan, aksi sosial kepada masyarakat terutama yang ada di sekitar pertambangan. Itu semua dia lakukan bukan untuk jadi orang baik atau mendapat simpati masyarakat dan pemerintah, tapi tujuannya untuk memuluskan semua jalan dan keinginannya. Rasha memiliki pemikiran memberi umpan kepada ikan yang lebih dulu ada di kolam untuk dipindahkan ke tempat lain dengan jalan yang dia buat itu lebih mudah dibanding menghabiskan tenaga dengan menangkap ikan satu per satu. Konsep itulah yang membuat Kogens menjadi kelompok mafia yang tak tersentuh hukum dan semua orang tak ada berani membantahnya kecuali nyawa mereka taruhannya. “Ada laporan dari Denmark Bos mengenai program inseminasi yang akan dilakukan minggu depan,” ucap Sergy dari balik punggung Rasha dengan menyodorkan tablet kepada Rasha. Lelaki itu terhenyak, hampir saja dia lupa jika ada misi yang tak kalah penting dengan proyek Burskya. Rasha mengambil tablet dan membaca yang tertera di sana. “Jadi lusa aku akan berangkat ke Denmark untuk proses inseminasi,” ucap Rasha dan Sergy mengangguk. “Abisha?” tanya Rasha menggantung membuat Sergy berdehem sesaat. “Lusa kami akan membawanya langsung ke Denmark,” ucap Sergy pelan sambil memandang bosnya ragu. Rasha paham tatapan itu dan menatap Sergy penuh tanya. “Tapi jika Bos mau mengatakannya langsung, kami tidak masalah untuk membawanya baik-baik,” lanjut Sergy. Rasha menaikkan alisnya. “Kita bukan dalam misi kemanusiaan yang harus minta kesediaan relawan untuk pergi,” sahut Rasha dengan nada kesal. “Saya mengerti Bos,” Sergy mematuhi apa yang diinginkan bosnya. Sergy pamit tapi Rasha menghalanginya. “Siapkan tempat yang layak di Denmark, nanti aku yang akan jelaskan kepadanya,” ucap Rasha cepat tanpa memandang Sergy. Meskipun tak mengerti untuk tujuan apa tapi Sergy tak membantah dan pergi dari hadapan Rasha. Sepeninggalan Sergy dia kembali menatap ke luar jendela dan laporan Sergy cukup membuat pikirannya terpecah. Dia berjalan ke meja kerjanya dan melihat satu file yang baru sekarang dia baca detail. File tersebut sebuah alamat membuat Rasha berpikir untuk pergi ke sana. Lelaki itu melajukan mobilnya tak sampai satu jam sudah sampai di tempat yang dia tuju dan dia melihat bangunan yang jauh dari kata bagus di matanya. “Bagaimana bisa dia tinggal di tempat seperti ini,” gumam Rasha masih diam di dalam mobil. Jarinya mengetuk-ngetuk setir mobil seakan ada keinginan untuk masuk atau tidak. Napas beratnya terdengar dan menyalakan mesin mobilnya. “Kenapa kamu harus peduli dengan tempat tinggalnya, dia hanya jadi tempat penampungan untukmu,” gumam Rasha menyadarkan dirinya sendiri. Rasha bersiap pergi dari sana tapi dalam pandangan matanya dia melihat ada du aorang lelaki mendekati seorang wanita yang dia kenali. “Abisha,” lirih Rasha dan dia mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang. “Kirim bantuan sekarang sesuai dengan lokasi yang aku kirim,” perintah Rasha dan mengakhiri panggilan dan mengirimkan lokasinya. Tak sampai sepuluh menit orang yang diminta datang dan mengetuk kaca jendela mobilnya tiga kali sebagai kode. Rasha membuka kaca mobil dan meminta dua orang itu untuk menolong Abisha. Lima belas menit kemudian dua orang itu kembali ke tempat Rasha setelah dia melihat ada adegan baku hantam membuat Abi menjerit karena tindakannya itu. “Sepertinya ada orang lain yang mengawasi Nona muda itu Bos, karena tidak ada kekerasan, kehilangan benda berharga atau apapun,” lapor salah satu dari mereka. Rasha mengerutkan dahinya bingung. “Awasi siapa saja yang dengan dengan Abisha tanpa kecuali dan laporkan secara berkala,” perintah Rasha dan keduanya mengangguk patuh. Rasha melihat ke dalam rumah yang sebenarnya mirip apartemen dan memastikan kondisi aman, dia kembali menghubungi seseorang sebelum dia benar-benar pergi. “Aku tunggu di mansion sepuluh menit lagi,” perintah Rasha dan mebanting ponselnya di jok sebelah kemudi. Lelaki itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ada rasa kesal mengetahui ada orang lain ikut terlibat dalam perburuannya. Dia punya satu nama tapi dia tak yakin jika orang itu sudah menemukan siapa yang membantu urusannya. Sergy ada di depan pintu menunggu kedatangan Rasha. Dia membuka pintu mobil Rasha dan meminta pelayan untuk memindahkan mobil di garasi, sedangkan Sergy berjalan di belakang Rasha. Rasha berjalan tanpa menoleh kepada para pelayan yang menyambutnya sampai di halaman belakang dekat kolam renang miliknya. Tak berapa lama Digga muncul dari balik pintu dan berdiri di samping Sergy. “Apa Adrian sudah tahu apa yang akan aku lakukan untuk mendapatkan anak?” tanya Rasha pelan tapi terselip amarah di baliknya. Sergy dan Digga saling pandang tapi tak lama Sergy menjawabnya. “Kami sudah berusaha menutupi smeua informasi ini Bos, tapi setlah kejadian makan malam itu, makin banyak mata-mata yang tak terkendali diantara kita,” ucap Sergy. Rasha berbalik dan meminta Sergy mendekat ke arahnya. Pengawalnya itu merasa firasatnya tak enak tapi dia tak mungkin membantah bosnya. Posisi Sergy berada di tepi kolam renang dan Rasha ada di hadapannya. “A-pa A-drian ta-hu so-al inseminasi yang a-ku la-ku-kan,” seru Rasha sambil mengeja ucapannya. Sergy menunduk, “Saya akan mencari tahu Bos,” jawab pengawalnya itu cepat tapi sadar jika itu bukan jawaban yang diinginkan bosnya. Rasha melangkah maju membuat Sergy mundur perlahan, dia merasakan jika jaraknya dengan kolam renang semakin dekat karena sepatunya mulai menginjak genangan air. “Lalu, kenapa Abisha didatangi dua orang asing tanpa melukai dirinya,” desis Rasha tapi langkahnya semakin maju. Sergy mendongak kaget dan refleks dia mundur. Byyyuuuurrr… *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD