Ileanor meluruh ke lantai tapi bukannya takut dia malah terbahak setelah menerima pukulan Rasha. Tindakan Ileanor itu semakin membuat Rasha kesal. Dia keluar ruangan dan mninggalkan Ileanor begitu saja.
Temannya itu mengikuti Rasha dan merangkul pundaknya sok akrab, tapi Rasha menolak perlakuan itu sampai suara sumbang temannya menghentikan langkahnya.
“Sejak kapan gegara cewek kau jadi sentimental begini,” sindir Ileanor membuat Rasha terdiam emnyadari apa yang tak biasa dalam dirinya.
Ileanor mendekat dan kembali merangkul temannya untuk dibawa ke ruangannya. Rasha menolaknya dan duduk di sofa yang ada di ruangan Ileanor.
“Kapan aku terima hasilnya?” tanya Rasha cepat.
“Lusa kamu bakal tahu hasilnya dan aku langsung kirim benih yang ini ke Denmark,” ucap Ileanor dengan helaan napas membuat Rasha merasa ada yang aneh.
“Ada apa?” tanya Rasha cepat.
Ileanor duduk di hadapan Rasha dan menatap lelaki itu dengan ekspresi serius. “Sepertinya aku merasakan hal yang tidak menyenangkan soal IUI ini,” ucap Ileanor membuat Rasha mengerutkan dahi bingung.
“Beberapa hari ini aku sering melihat orang mencurigakan di sekitarku, tapi aku tak tahu apa ini ada kaitannya denganmu atau tidak, tapi firasatku ga enak soal ini,” jelas Ileanor.
Rasha tak bisa menyembunyikan keterkejutannya dan menatap Ileanor. “Kenapa kamu baru mengatakan kepadaku sekarang?” desak Rasha.
“Awalnya aku pikir ini cuma kerjaan orang iseng atau orang yang ingin tahu soal kelakuanmu, tapi lama-lama aku menyadari satu hal saat aku bersama pasien yang lain mereka seakan tak peduli,” ucap Ileanor sambil berdiri.
Dokter muda itu berjalan ke tepi jendela di balkon miliknya dan memberi Rasha kode untuk ikut memperhatikan apa yang dia lihat. Rasha mengikuti arah pandang Ileanor dan dia melihat ada beberapa orang yang memiliki tingkah tak wajar.
“Satu lagi di gedung sebelah,” tambah Ileanor membuat Rasha melempar pandangan ke gedung yang lain.
Lelaki itu tak berani ambil resiko dan dia menghubungi Sergy untuk memberi Ileanor perlindungan. Teman baiknya itu hanya tersenyum melihat kelakuan Rasha dan hanya menggelengkan kepalanya.
“Mudah-mudahan tindakanmu tidak terlambat,” kekeh Ileanor membuat Rasha bingung.
Ileanor merangkul Rasha dan kembali mengajaknya duduk di sofa sambil menikmati teh yang dia siapkan sendiri. Tingkah Ileanor ini membuat Rasha cemas dan menunggu perkataan Ileanor dengan tidak sabar.
“Kau membuatku takut,” gumam Rasha dan Ileanor malah terbahak.
“Kamu kira aku tak mempersiapkan semuanya saat kamu meminta hal ini kepadaku,” ucap Ileanor membuat Rasha diam.
“Varrel bukan orang sembarangan atau dokter yang hanya tahu rumah sakit dan obat-obatan. Dia juga sama sepertimu tapi tentu saja dia dalam porsi yang berbeda dan caranya lebih elegan,” Ileanor menjelaskan sambil mengembangkan senyum.
“Aku tak tahu siapa yang berurusan denganmu kali ini, tapi sepertinya dia bukan orang berwibawa karena menyerangmu secara terang-terangan. Dan dari informasi yang aku tahu, semua orang menantikan penerusmu tapi jika ada yang tak suka kamu memiliki penerus artinya sudah jelas musuhmu orang yang ingin merebut kekuasaanmu,” jelas Ileanor.
Rasha mengangguk paham soal ini.
“Aku tahu siapa yang kamu maksud dan memang dia satu-satunya orang yang ingin aku pergi dari dunia ini,” balas Rasha.
Ileanoe mengangkat bahunya, dering ponselnya berbunyi saat mereka bicara dan Ileanor mengangkatnya. Dia mendengarkan apa yang diucpakan lawan bicaranya tapi matanya menatap Rasha.
“Aku mengerti, terima kasih,” ucap Ileanor dan dia terlihat mencari satu nama dan menelponnya.
“Paket dalam perjalanan, sesuai dengan dugaanmu sepertinya orang ini paham apa yang Rasha lakukan, jadi sisanya aku serahkan kepadamu,” kata Ileanor membuat Rasha terkejut dan menatap teman baiknya itu.
Ileanor tersenyum, “Aku percaya padamu, sudahlah, jika nanti mereka berbuat terlalu jauh, kamu dan Rasha tahu apa yang harus kamu lakukan,” ucap Ileanor seakan ucapan itu seakan perpisahan.
Ileano mengakhiri panggilannya tanpa menunggu balasan dari lawan bicaranya lagi. Rasha mendekati Ileanor dan mencengkram pundak teman baiknya untuk meminta penjelasan.
“Sampel benih milikmu dalam perjalanan ke Denmark, tapi seperti yang diduga Varrel sebelumnya jika ada orang lain yang ingin mengacaukan semua ini jadi mobil yang membawa sampel itu kecelakaan,” jelas Ileanor.
Rasha terkejut.
“Tapi kamu ga usah kuatir, semua ini sudah aku dan Varrel siapkan jadi begitu kecelakaan itu terjadi, sampel yang asli sudah kita kirim pakai paket khusus medis yang tidak diketahui siapapun. Sedihnya sih orang tak bersalah jadi korban keserakahan musuhmu,” keluh Ileanor.
“Apa sebaiknya kamu tinggal di mansionku saja sampai prosedur ini berjalan,” usul Rasha dan Ileanor menggeleng.
“Aku tidak takut seperti itu,” ucap Ileanor ganti memegang pundak Rasha.
“Percayaan semua ini sama Varrel, dia sering melakukan hal lebih ektrem daripada ini, tapi pesanku cuma satu, sayangi Abi sebelum Varrel mengambilnya,” kekeh Ileanor membuat Rasha menepuk punggung Ileanor keras.
“Hey, aku serius, Varrel itu tak bisa melihat wanita menderita, kalo sampai kamu bikin Abi menderita jangan salahkan Varrel yang merebut wanita itu darimu,” kata Ileanor dengan wajah serius tapi Rasha tak percaya soal itu.
Setelah pertemuannya dengan Ileanor, lelaki itu meminta pertemuan mendadak dengan anggota Kogens dari seluruh wilayah membuat Sergy cukup kaget tapi dia tak bisa membantah perintah bosnya.
Rasha berdiri di depan aula yang memiliki posisi lebih tinggi dari yang lainnya sehingga membuatnya bisa melihat anggota yang lain sampai ke ujung pintu. Sergy dan Digga berdiri di belakang Rasha bersiap menunggu perintah.
“Semoga hari kalian menyenangkan dan aku tidak mengganggu rutinitas kalian karena pertemuan mendadak ini,” ucap Rasha membuat semua orang menunduk hormat.
Rasha melirik Sergy dan dia mengirimkan sebuah foto membuat ponsel anggota di seluruh ruangan ini berbunyi. Kogens juga memiliki keunggulan dalam hal teknologi yang bekerja sama dengan tim Faster, kelompok mafia dari negeri sebrang yang mampu mengelola teknologi terkini menjadi lebih canggih dan sesuai dengan keinginan mereka.
Sergy mengirimkan sebuh foto melalui jaringan khusus Kogens yang hanya bisa dilihat oleh anggota Kogens setelah memasukkan kata sandi khusus sesuai dengan wilayah mereka.
“Abelone Zakharov, wanita yang aku minta secara khusus untuk menjadi ibu dari anakku, calon penerus Kogens dan Sandr,” ucap Rasha tegas membuat semua orang yang ada di sana terkejut.
“Aku tahu beberapa dari kalian sudah mendengarnya, aku memang tidak menikahinya hanya meminjam rahim dan meminta sel telurnya agar aku bisa memiliki anak, semua itu dilakukan dengan proses inseminasi yang akan dilakukan di Denmark,” jelas Rasha.
Tepat ketika Rasha mengucapkan hal itu muncul foto kedua yaitu Varrel dan Ileanor. Rasha melihat jika para anggotanya antusias dengan informasi yang dia berikan.
“Dua oang itu adalah dokter yang akan membantuku dalam proses inseminasi,” kata Rasha.
“Masalahnya sekarang adalah, ketiga orang itu secara otomatis dalam status bahaya karena musuh yang aku miliki pasti tak suka dengan apa yang akan aku lakukan ini,” kata Rasha yang membuat anggota lain langsung paham.
Rasha menjelaskan beberapa hambatan yang dia terima dalam waktu dekat ini karena program IUI ini dan semua orang menunjukkan reaksi beragam bahkan kesal karena hal ini.
“Tidak perlu balas dendam dan ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Seperti yang aku katakan sebelumnya, jika kita juga menangani proyek Burskya yang membutuhkan tenaga tak sedikit, tapi aku juga tak bisa mengabaikan masalah ini karena ini masa depan Kogens,” urai Rasha.
“Orang yang perlu diwaspadai selama program ini berjalan adalah,” Rasha menghentikan ucapannya dan meminta Sergy mengirim satu foto lagi dan kiriman itu membuat semua orang di sana terkejut.
“Tidak ada kata lengah dalam hal ini meskipun dia masih memiliki darah Aleksandr, sifatnya yang serakah membuat hubungan darah seperti air dan minyak,” kata Rasha tegas.
“Kawal kondisi ini sampai satu tahun ke depan terutama sampai kelahiran penerus Kogens dan beberapa orang yang bertugas untuk Burskya tetap berjalan seperti biasa ditambah mengawal program ini sampai berhasil.” Rasha memberikan perintah dan semua anggota tunduk dengan ucapan Rasha.
***
Adrian mendengarkan laporan dari anak buahnya soal pergerakan Rasha setelah beberapa waktu lalu menemuinya. Pria itu hanya mengangkat sudut bibirnya tak mengatakan apapun dan meminta orang itu untuk pergi dari sana.
“Sepertinya dia memang serius soal program ini, aku kira hanya bercanda. Aku rasa dyadya Zhe harus tahu masalah ini,” ujar Adrian dan berdiri dari kursinya meminta Cedric menyiapkan mobil untuk pergi ke Sandr.
“Selamat sore, senang melihat dyadya sehat dan bahagia seperti saat ini,” sapa Adrian ramah tapi Zhen paham jika tabiat Adrian seperti ini pasti ada yang dia inginkan.
“Ada perlu apa?” tanya Zhen tanpa basa basi.
Adrian duduk di hadapan Zhen dan berdehem sebentar untuk memulai aksinya.
“Semoga ucapanku ini tidak terlalu cepat kepadamu dyadya, karena aku dengar Rasha sudah mulai program untuk membuat anak lelaki penerus Sandr dan kabarnya wanita itu juga setuju,” ucap Adrian pelan.
Zhen terusik dengan ucapan Adrian dan menatap tak suka kepada keponakannya itu.
“Apa maksudmu dengan program anak lelaki, dia saja tidak membawa satu orang wanita manapun ke rumah untuk dikenalkan sebagai calon istrinya,” ujar Zhen cepat.
Adrian pura-pura terkejut dan menggeleng tak percaya.
“Astaga, maafkan aku dyadya sepertinya saya salah paham. Dari informasi yang aku terima jika Rasha membawa wanita itu ke Denmark untuk melakukan proses inseminasi jadi memang tidak akan ada pernikahan dan pengenalan seorang wanita kepada kalian,” jeda Adrian cukup mebuat Zhen terkjut.
“Jadi seperti meminjam rahim dan meminta sel telur wanita itu untuk menampung benih miliknya,” desis Adrian.
Zhen menggeram mendengar ucapan Adrian dan itu sudah cukup bagi Adrian untuk memantik api dalam kehidupan Rasha. Dia bisa pastikan kali ini, pamannya akan memaksa Rasha untuk bertemu dengan perempuan itu dan saat itulah dia beraksi untuk membuat program ini gagal.
“Jika kau membuat berita palsu soal ini, aku akan mencekikmu sampai kamu memohon untuk mati,” ucap Zhen sampai menggebrak meja dan pergi dari hadapan Adrian begitu saja.
***
Rasha mendengar notifikasi ponselnya, dia melihat nama Ileanor di sana. Rasha langsung membuka pesan yang Ileanor kirim dan senyumnya mengembang membaca pesan itu.
Ileanor [Kamu bisa melakukan inseminasi dua minggu lagi, rentang waktunya dua minggu sampai tiga minggu lagi. Jika memang ingin anak lelaki, lakukan di tanggal 15 bulan depan.]
Rasha menandai tanggal yang sudah direkomendasikan Ileanor. Lelaki itu mengambil tablet miliknya dan melihat Abi yang masih asyik dengan peralatan dapur, wanita itu sedang asyik membuat kue dan bersenandung riang saat melakukannya.
Semenjak Abi ada di sana tablet adalah candu bagi dirinya dan melihat Abi seakan hiburan tersendiri baginya. Lelaki itu merasa ada rasa kehilangan jika sehari saja dia tak melihat kegiatan yang Abi lakukan, meskipun sebentar.
Keasyikannya terganggu saat Sergy datang dan memberikan satu lembar berisi nama asaet yang tidak dia ketahui. Rasha menatap Sergy dan pengawalnya itu berdehem sebelum menjelaskan semuanya.
“Data asset milik Adrian dari hasil merampas, kerja sama dan bisnis illegal lainnya. Warna hijau adalah asset utama yang menghasilkan banyak uang untuk Lev, organisasinya,” jelas Sergy.
Rasha menggeser tabletnya sedikit membuat Sergy tahu apa yang sedang dilakukan bosnya itu. Lelaki itu ganti membaca dokumen yang dibawa Sergy dan dia memiliki ide untuk memberikan peringatan kepada sepupunya yang menyebalkan.
“Memberi hadiah perkenalan kepada rekan baru juga tak buruk,” ucap Rasha dan melingkari satu tempat yang dia maksud ‘hadiah’
Sergy melihatnya dan dia paham apa yang harus dilakukan dengan gudang obat-obatan illegal yang dimaksud oleh bosnya.
“Satu lagi, siapkan keberangkatan ke Denmark tanggal 13 bulan depan,” pinta Rasha.
“Baik –“
Bbbrrraaakkkk…
*****