B.16 Warning

1802 Words
Rasha mengetukkan jemari di meja kerja dengan pikiran menerawang untuk mencari tahu kemungkinan posisi Maria. Tapi layar tablet dalam posisi standby karena dia tak ingin kecolongan seperti kasus Maria. “Apa kamu yakin penjagaan sudah diperketat?” tanya Rasha sekali lagi dan Sergy mengangguk. “Selidiki juga pergerakan Adrian selama ini, jika Abi tak ada masalah bisa jadi dia yang melakukan penculikan kepada Maria,” ujar Rasha dan Sergy menyebarkan anggotanya untuk melakukan apa yang Rasha perintahkan. Rasha ingat ucapan Varrel soal dirinya yang belum melakukan tes untuk penanaman benih dalam minggu ini. Lelaki itu menghubungi Ileanor dan membuat janji temu dengannya besok. Pertemuan dengan tim Burskya dan hilangnya Maria membuatnya lelah sehingga dia berendam air hangat sesampainya di mansion miliknya. Sejenak dia memejamkan mata mendadak muncul bayangan Abi dalam lamunannya. Lelaki itu membuka mata dan menghela napas mengetahui hal itu. “Apa aku sudah mulai gila karena program ini sampai wajah Abi bisa muncul dalam bayanganku,” gumam Rasha yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri sesi berendamnya dan membilas di bilik shower. Rapi berpakaian casual khas rumahan, Rasha keluar kamar untuk makan malam, tapi saat dia sampai di ujung tangga Sergy berdiri di hadapannya. “Maria sudah ditemukan di pinggiran pedesaan Rusia tempat asal Nona Abi, saat ini kami sudah membawanya ke rumah sakit karena mengalami beberapa luka di tubuhnya dan kondisinya lemah,” lapor Sergy. Rasha mencengkram pegangan tangga menahan emosi membayangkan wanita yang sudah menemaninya melebihi ibunya sedari kecil disakiti, apalagi dia tidak dalam usia yang muda lagi. “Siapa yang melakukan hal ini?” tanya Rasha penuh penekanan. “Belum ada laporan jelas mengenai hal ini, kami juga sedang mengumpulkan bukti, tapi anggota Kogens yang menemukan Maria mengatakan, beberapa menit sebelum Maria pingsan dia sempat mengatakan ‘Adrian’ dengan jeas meskipun lirih,” jelas Sergy. Rasha menuruni sisa anak tangga dan berjalan ke dapur untuk melihat hidangan makan malam. Jika orang lain mungkin tak berselera makan setelah mendengar kejadian ini tapi tidak bagi Rasha, bukan karena dia gila makan, tapi makanan bisa membantunya berpikir jernih dan memberinya tenaga untuk menghadapi kenyataan. Sergy berdiri di belakang Rasha yang masih enak menikmati makanannya. Lelaki itu berpikir jika Maria yang memasak pasti rasanya jauh lebih lezat daripada ini. Mulutnya masih santai mengunyah sampai kemudian dia menemukan satu cara untuk memancing Adrian keluar. “Siapkan mobil, kita ke tempat Maria sekarang,” ucap Rasha sambil melirik ke arah Sergy. Pengawal pribadinya itu mengangguk paham dan meninggalkannya sendiri. Tiga puluh menit kemudian Rasha sudah berdiri di lobby dan salah satu pelayannya membantunya membuka pintu untuk masuk mobil. Sergy ada di belakang kemudi, kali ini Digga tidak ikut dengan mereka karena masih mengurus proyek Burskya. Hampir satu jam mereka menepuh perjalanan ke rumah sakit untuk menemui Maria, sesampainya di sana Sergy langsung memimpin jalan ke ruang inap Maria berdasarkan informasi yang sebelumnya dia terima. “Maria, bagaimana kabarmu?” tanya Rasha saat melihat Maria terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wanita paruh baya itu berusaha untuk bangun tapi Rasha melarangnya. “Maafkan saya Tuan Rasha, saya ceroboh, tapi saya menjamin selama ada pengawal dan Nona Abi tidak keluar dia akan aman di sana,” ucap Maria yang terlihat lebih cemas dengan keselamatan Abi. “Aku tahu, kamu tenanglah, cepat sehat dan kembali bekerja untuk membantuku menjaga Abi,” ucap Rasha dan Maria mengangguk. Hening. “Siapa yang melakukan ini kepadamu?” tanya Rasha. Maria diam menatap Rasha dan dia menghela napas pelan, “Awalnya saya tidak menduga mendapat perlakuan seperti ini meskipun saya tahu resikonya bersama Anda. Namun, saat melihat pelakunya saya paham kenapa dia melakukan ini kepada saya,” urai Maria. “Katakan saja, aku tak masalah siapapun dia, karena kamu sudah seperti keluarga bagiku, sama seprti Sergy dan Digga,” ucap Rasha. “Tuan Adrian Vasiliev, saya bertemu sendiri dengan beliau,” jawab Maria tanpa ragu. Rasha mengeraskan rahangnya mendengar hal itu. Lelaki itu menatap Maria. “Apa yang ingin dia ketahui dengan menangkapmu?” tanya Rasha cepat. “Soal pewaris Sandr yang diminta oleh Tuan Zhen, sepertinya Tuan Adrian tahu jika Anda merencanakan sesuatu untuk mendapatkan anak, tapi saya tidak tahu sebanyak apa informasi yang dia dapatkan,” ucap Maria. Rasha melirik Sergy dan pengawalnya itu paham apa yang Rasha maksud. Dia segera menghubungi pengawal yang ada di Denmark dan memperketat penjagaan sebelum terjadi sesuatu kepada Abi. “Lainnya?” tanya Rasha cepat. “Tuan Adrian tahu soal Nona Abi, tapi saya tidak tahu apa yang akan dia lakukan kepadanya, tuan Adrian sudah mengancam saya mengenai keselamatan Nona Abi,” urai Maria dengan pandangan memohon kepada Rasha. “Beristirahatlah, kamu tidak perlu khawatir soal Abi,” ucap Rasha dan meninggalkan Maria. Rasha melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. “Kamu sudah cek posisi Adrian ada dimana?” tanya Rasha membuat Sergy kaget. “Sampai dua jam lalu, Adrian belum ada di rumahnya Bos,” jawab Sergy mulai merasakan firasat yang tak enak. “Kita ke Lev sekarang,” perintah Rasha. Sergy hanya bisa menghela napas dan mengemudi dengan cepat ke markas mafia yang dipimpin oleh Adrian. Sesampainya di sana Sergy menghubungi beberapa anak buahnya untuk siaga. Bukannya Sergy takut, tapi Lev tidak seperti Kogens. Lev organisasi mafia yang dipimpin oleh Adrian karena tak ingin dipandang sebelah mata oleh Kogens sampai dia menerima kerja sama apapun yang menguntungkan baginya. Lev juga merekrut orang yang cenderung kasar, anarki dan bar bar, lebih banyak menggunakan otot daripada otak. Bisnis yang dijalankan Lev pun jauh dari kata baik, seperti pembuka jalur narkoba, penyedia infomasi DPO, melegalkan dokumen pelarian tahanan dan perdagangan gelap. Sedangkan Kogens menerapkan prinsipnya sendiri, tidak terlibat dalam urusan perdagangan gelap atau sejenisnya yang membuat nama mereka makin buruk. Meskipun Kogens sempat menjalaninya, itulah yang membuatnya jadi organisasi yang berbeda dari Lev. Beberapa pengawal berjejer melihat kedatangan Rasha dan Sergy di halaman markas mereka yang tak lain tempat karaoke dan club malam. Sergy sudah mengambil posisi di depan Rasha untuk melindungi bosnya. “Aku mencari Adrian, aku perlu bicara dengannya,” ucap Rasha dari balik punggung Sergy. “Tuan Adrian sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun,” ucap salah seorang di sana membuat Sergy kesal dan tangannya sudah mengepal untuk menghajar orang itu jika sekali lagi menolak kedatangan mereka. “Katakan kepadanya, Rasha ingin bicara sebagai seorang pria atau dia ingin bicara di hadapan keluarga besar karena berani menyakiti Maria,” jelas Rasha membuat semua orang diam saling pandang. Mereka bukannya tak paham maksud ucapn Rasha, jika ada ancaman karena menyakiti seseorang yang bekerja untuk pemimpinnya dan pemimpinnya datang untuk minta pertanggungjawaban itu bisa menjadi perang antarklan. “Kenapa kalian menutupi jalan masuk seperti ini, bagaimana saudaraku bisa masuk, heeeh,” sentak seorang pria di balik punggung anggota Lev. “Ini suatu kehormatan, saudaraku datang berkunjung ke tempat seperti ini. Ada yang bisa aku bantu?” tanya Adrian tapi tak mempersilahkan Rasha masuk. “Persaingan kita soal bisnis Adrian, jangan ikut campur soal urusan yang lain terutama urusan pribadiku. Jangan mencobanya jika kamu tak ingin menyesal di kemudian hari,” ancam Rasha. Adrian mengerutkan dahinya, “Di bagian apa aku ikut campur urusan pribadimu, aku tak peduli soal kehidupanmu dan kamu paham itu,” ucap Adrian santai. “Ini peringatan pertama dan terakhir jika kamu berani menyentuh orang terdekatku termasuk Maria, jangan memohon ampun kepadaku setelah ini,” tegas Rasha dan dia berbalik. Adrian terkekeh mendengarnya, sepertinya dia memang sengaja memancing di air keruh. Rasha sudah tak masalah dengan kondisi ini tapi pria itu malah membuat emosi Rasha muncul. “Aku kira dia hanya pelayanmu yang membantu wanita penolongmu untuk mendapatkan anak, tapi tak kusangka jika kamu begitu peduli kepadanya,” kekeh Adrian. Rasha diam tapi kedua tangannya sudah mengepal erat sampai tangannya memutih. Lelaki itu membalik badannya dan menyorot tajam kepada Adrian. “Kau memang lelaki yang tak tahu terima kasih,” gumam Rasha tapi dia yakin Adrian mendengarnya. Adrian tertawa keras seakan dia orang yang paling ditakuti di sini. “Sepertinya kau melupakan satu hal Aleksandr kedua,” kekeh Adrian. Rasha memasang ekspresi datar tapi sorot matanya mematikan. “Dyadya Zhen memberiku pembagian saham jika kamu tak bisa memiliki anak, aku tahu itu hanya gertakan belaka, tapi sayangnya dyadya tidak sadar dan membantu jalanku untuk mendapatkan kekuasaan baru,” urai Adrian. Rasha sudah menduganya dan dia semakin kesal dengan kelakuan ayahnya yang tak menggunakan otaknya dalam mengambil keputusan. “Dan itu adalah bisnis bagi Adrian Vasiliev,” ucap Adrian tanpa sungkan. Rasha menarik sudut bibirnya, “Dan kamu salah mencari rekan bisnis Vasiliev tak tahu terima kasih,” sahut Rasha dengan penekanan. Lelaki itu berbalik dan masuk mobil. Sergy menghela napas lega tahu jika tak ada hal buruk yang terjadi diantara mereka. “Kita pulang ke mansion, besok siang aku harus ke tempat Ileanor,” ucap Rasha dan Sergy mengangguk. Lelaki itu menatap keluar jendela dan melihat gemerlap lampu kota dengan dinginnya malam yang ada di sana. Dia memikirkan cara untuk bisa membungkam Adrian tanpa mengotori tangannya dengan darah. “Sergy, cari tahu dari mana Adrian mendapatkan informasi soal Abi dan rencana yang akan dia lakukan. Screening sekali lagi soal penjaga Abi,” perintah Rasha dan Sergy menyanggupinya. “Satu lagi, pastikan Burskya tidak bocor ke siapapun sampai hari peluncuran proyek tiba. Bungkam mulut semua orang jika memang diperlukan,” tegas Rasha. *** Rasha sudah siap pergi ke rumah sakit Ileanor untuk pengambilan sample. Rumah sakit yang ada di pusat Rusia itu dijangkau tak sampai satu jam dari kantor Sandr. “Aku ga berharap kau melakukan ini, karena aku yakin kamu lebih punya power daripada melakukan hal lemah kaya gini,” ujar Ileanor begitu melihat Rasha duduk di ruangannya. Rasha berdecak keras, “Aku bisa cari kepuasanku sendiri, tapi sekrang kondisinya terdesak dan harus bisa, makanya aku melakukan hal ini,” kilah Rasha. Ileanor tertawa sampai Rasha merasa terganggu dengan suara tawa itu dan memasang wajah kesal. “Aku dengar dari Varrel dia cantik dan pintar, bagaimana mungkin wanita itu tak bisa membuatmu tertarik,” kekeh Ileanor. “Cepat selesaikan tugasmu, ga usah bawel ngurusi urusanku dengan para wanita,” keluh Rasha. Ileanor memberikan tabung untuk menampung sampel benih yang akan dites. Rasha menatapnya sesaat dan membuatnya Ileanor kembali menjahilinya. “Bayangin dia aja yang cantik pintar dan info dari Varrel dia juga masih segel lo,” goda Ileanor membuat rasha terbelak. Lelaki itu langsung berdiri dan masuk ke ruangan yang sudah diinformasikan oleh Ileanor sebelumnya untuk pengambilan sampel. Rasha berusaha fokus untuk pengambilan sampel itu, tapi ucapan Ileanor membuatnya kembali teringat dengan Abi sampai dia tak sadar jika sampel yang dibutuhkan sudah memenuhi batas ambang. Ileanor menerima sampel itu sambil tertawa, Rasha pura-pura tak mengerti apa yang temannya itu lakukan. Dia paham jika Ileanor berniat mengejeknya kembali. “Kalau dia hamil anakmu perlakukan dia dengan baik, termasuk berikan dia perhatianmu karena wanita hamil selalu ingin dekat dengan lelaki yang menanam benih di rahimnya,” goda Ileanor. Buughh.. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD