Jani dibuat bingung pagi ini. Ia harus kerja, tapi ia tidak tahu harus bagaimana dengan putra bungsunya. Mamahnya masih di rumah sakit. Dan ia tidak mungkin membawa bayi kecilnya itu ke kantor. Alhasil, ia menghela napas dengan memijat kening nya yang terasa berdenyut. Sebuah ketukan dari luar, membawanya berjalan segera ke arah pintu. Mendapati Mak Hindun di sana. "Mak?" tanya Jani segan. Ia menatap bingung pada perempuan yang terlihat membawa rantang. Perempuan baik hati itu tersenyum ramah. "Mak kepikiran sama kamu. Mak yakin, kamu cape sekali." sejenak ia menghela napas. "Mak bawa makanan hangat, kamu pasti sibuk enggak sempet ngapa ngapain, kan Nak?" duh, Jani benar benar malu dihadapkan dengan perempuan baik hati ini. Ia bahkan belum menjemput Andi, yang pastinya putranya itu suda