Raya masih berada di ruang kerja, dia di hampiri oleh teman satu divisinya dengan berita kantor hari ini.
"Ck, aku kira Albert yang begitu di sayang oleh manager lama itu akan bertahan berapa lama. Ternyata setelah direktur datang, dia sudah di tendang di perusahaan ini!" serunya.
"Hus, dia kan di pindahkan ke cabang," tanggap yang lainnya.
"Dari pusat ke cabang, sama saja di pecat!" seru mereka tampak lega mendapati Albert di pindah tugaskan.
Raya terdiam, dia tidak menyangka jika Morgan akan memindahkan Albert begitu saja, meski dia sudah bekerja untuk perusahaan dalam waktu lama.
"Kenapa! Kau sedih?" tanya Nadira mengejutkan Raya.
"Lama-lama, jantungku bisa copot di buat kau terkejut terus," gerutu Raya.
"He, maaf Ra. Habis kamu melamun sedari tadi. Apakah Al masih kekasihmu? Kenapa kau tidak menghampirinya?" balas Nadira.
"Aku tidak memiliki hubungan apa-apalagi dengannya," tegas Raya.
"Maksudmu, kalian ...."
Anggukan Raya membuat Nadira berhenti bertanya, dia menatap tajam teman satu pekerjaannya.
"Tapi kenapa kau nampak biasa saja? Tidak seperti kebanyakan orang jika putus dengan kekasihnya?" tanya Nadira.
"Nad, aku dengannya hanya sebuah lelucon. Dia yang menganggap aku kekasihnya dan aku tidak bisa menyangkalnya," jelas Raya.
"Iya, disitu adalah titik kesalahanmu. Di mana kau yang dulu begitu membutuhkan biaya hidup, hingga harus berhemat dan membuat para pria mendekatimu termasuk untuk memenuhi kebutuhan ekonomimu. Karena kau atas ulahnya sendiri!" seru Nadira.
Raya terdiam, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh temannya itu. Namun dia juga tidak memungkiri tentang apa yang terjadi kepada dirinya. Memang di tengah kesulitan Albert ada untuknya, termasuk memenuhi kebutuhan ekonominya sementara waktu.
Namun ketika Raya sudah pandai mencari uang, dia mulai merasa bahwa hubungan dia dengan Albert tidaklah sehat. Dimana diantara mereka tidak ada kecocokan satu sama lain, terutama tentang maksud dan tujuan Raya. Dia yang merasa kasihan kepada pria itu hingga berakhir menjadi kekasihnya dan berakhir seperti saat ini.
Albert bahkan mencoba untuk mencelakainya.
"Tapi, pria itu pantas mendapatkannya setelah apa yang ia lakukan dan beruntungnya dia bisa ditemukan oleh Tuan Morgan adalah suatu anugerah ketika dia masih dibiarkan untuk bekerja di perusahaan meski di kantor cabang," tambah Nadira.
Saat Raya mencoba untuk menjawab ucapan dari Nadira, tiba-tiba sebuah ketukan di balik pintu membuyarkan mereka. Nadira melihat kearah dimana Albert mengunjungi mereka dan saling terdiam.
"Ra, bolehkah aku berbicara padamu sebentar?" tanya Albert.
"Bicaralah," jawab Raya.
"Hmm," angguk Nadira.
"Bisa, kita bicara di lain tempat?" tanya Albert ragu-ragu.
"Disini juga tidak masalahkan?" tatap Nadira.
"Aku ...."
"Kantin saja," sela Raya berdiri dari duduknya menatap untuk meyakinkan Nadira dan pergi lebih dulu di ikuti Albert.
"Ck, rasa ingin memukul pria itu. Tapi tetap saja gadis mungil itu malah bertahan dengan tingkah baiknya!" gerutu Nadira sudah tidak melihat Raya yang sudah pergi bersamaan dengan Albert.
Albert merasa canggung saat dia berhadapan dengan Raya yang duduk di hadapannya dengan acuh kali ini.
"Ra, apa kami sudah benar-benar memaafkanku?" tanya Albert.
"Kau pikir mudah memaafkan orang yang melecehkannya?" balas Raya acuh.
"Aku tahu itu. Tapi ... Aku di pindahkan beserta keluargaku. Dan aku pasti merindukanmu!" seru Albert.
Raya tidak habis pikir jika ada pria seperti Albert yang tidak tahu malu masih membicarakan soal kerinduan di hadapannya. Setelah apa yang dia lakukan pada Raya dan juga menghinanya.
"Bukankah kau punya keluarga yang membutuhkanmu? Itu bagus untuk pekerjaanmu!" tegas Raya.
"Maukah kau ikut denganku?" tanya Albert.
"Tidak," tegas Raya.
"Kenapa? Bukankah kau sudah memaafkanku dan kau masih kekasihku. Aku akan menikahimu!" seru Albert.
"Kau masih terpikirkan tentang pernikahan!" tanya Raya tidak habis pikir akan ucapan Albert.
"Kenapa? Kau takut aku tahu kebenaran tentang kamu yang sudah bukan gadis dan sudah memiliki anak?" tanya Albert.
Raya tertegun mendengar penuturan Albert terdengar nyaring. Dia tidak menyangka jika ada banyak orang di kantin juga yang mendengarnya.
"Aku baru menyadari jika kau pria paling menjijikan yang pernah aku temui," tatap Raya.
Seringai Albert nampak jelas saat menatap Raya dan mendengar setiap bisikan orang-orang di kantin membicarakan Raya.
"Kau tidak ingin aku sentuh, tidak mau ku ketahui kalai kau sudah bukan seorang gadiskan? Aku tahu kau memiliki seorang anak!" lagi-lagi Albert mengatakannya memperjelas ucapannya tadi.
Raya menatap tajam saat Albert terus mengatakannya dengan lantang.
"Sekarang aku tahu kenapa kau tampak tidak banyak orang menyukaimu. Karena kau tidak layak mendapatkannya," ucap Raya.
"Tapi kau menyukai uang. Siapa yang tahu, kau mendekati tuan Morgan dan memintaku untuk di pindah tugaskan ke cabang. Kau wanita yang munafik, menolak sentuhanku dan menerima bayaran besar dari pria kaya," ucapan Albert berakhir dengan sebuah tamparan keras dari Raya yang tidak menyukai penuturan Albert tentang dirinya dan juga dugaan Albert tentang dia dengan tuan Morgan yang bahkan tidak dia kenal dekat.
"Kau tidak pantas menyebut namanya apalagi masih bekerja untuknya. Memang kenapa jika dia baik padaku? Aku rasa akan jauh lebih baik, kau tidak memiliki apapun apalagi pekerjaan!" tatap Raya.
"Kau menolak aku sentuh, apa susahnya membuktikan kebenarannya?" teriak Albert.
"Ck, pria tidak tahu diri." Raya menyiram kepala Albert dengan minuman jus di hadapannya.
Setelah melakukannya, Raya pergi begitu saja dengan perasaan kesal tanpa mencoba untuk menoleh kembali kearah Albert, yang tampak payah kali ini dengan seluruh kepala dan rambutnya yang basah karena jus yang dituangkan oleh Raya tepat di kepalanya.
"Wanita sialan, kau akan mendapatkan balasan dari ku," ucap Albert.
Dari kejauhan seorang wanita yang memperhatikan dan tahu apa yang di bicarakan oleh Raya dengan Albert, hingga dia melakukan panggilan telepon kepada tuan Morgan hingga Morgan sendiri terdiam dengan tatapan kesal mendengarnya.
Morgan melakukan panggilan telepon di saat Albert sudah berada di parkiran mobilnya kali ini dengan beberapa barang miliknya yang sudah dia masukkan ke dalam mobil dan perasaan kesal kepada Raya, tentang dirinya yang kini basah kuyup karena gadis itu.
Albert mengangkat panggilan telepon hingga dia tertegun mendengar ucapan dari Morgan tentang dirinya, yang tidak dipekerjakan lagi oleh perusahaan saat ini juga. Dan dia tetap harus pergi dari kota itu, jika masih menginginkan kehidupannya. Semakin mendengarnya Albert semakin kesal, hingga dia menutup panggilan telpon itu dan membuang ponselnya ke kursi mobil.
Setelah dia masuk dan duduk di kursi kemudi tatapan tajam dan kebencian yang semakin bertambah atas nama Raya. Dia tidak pernah menyangka jika mantan kekasihnya itu ternyata begitu berharga dimata Morgan, hingga dia tahu dan melakukan tindakan yang begitu bodoh, membiarkan Albert berhenti dan keluar dari perusahaan setelah apa yang dia lakukan selama ini bertahun-tahun bekerja di sana.
"Aku akan membalas semua yang terjadi hari ini, suatu hari nanti." Ucapan dan penegasan Albert dia melajukan kendaraan kali ini keluar dari perusahaan.