Raya masih dalam diam duduk di kursi kantin, setelah dia melihat kepergian Albert dari hadapannya. Namun pria itu malah meninggalkan hal yang seharusnya tidak dia katakan dengan nada yang begitu tinggi, hingga mengundang orang-orang tampak membicarakan dirinya tentang apa yang dikatakan oleh Albert.
Bahwa Raya memiliki seorang putri tanpa bisa dibantah, dia memperhatikan dan juga samar mendengar setiap gunjingan mereka yang menilai segala hal dengan satu kali ucapan dan ungkapan dari seseorang, apalagi semua itu adalah tentang dirinya.
"Lihatlah, dia dengan temperamen nya seperti itu ternyata menutupi hal yang sama sekali tidak pernah kita duga Jika benar seperti itu. Apakah dia memang memiliki seorang putri?"
Terdengar sangat jelas ucapan dan pertanyaan dari orang-orang di sekeliling Raya, hingga mereka begitu tambah yakin ketika ponsel-ponsel mereka yang ada disana berbunyi dengan pemberitahuan dan pesan dari seseorang. Sebuah foto dimana kebersamaan Raya di sebuah pusat perbelanjaan tampak begitu lembut memperlakukan seorang anak yang tak lain adalah Princess.
Raya tidak memahami apa yang di lakukan oleh orang-orang. Mereka tampak begitu serius melihat informasi dari ponselnya sembari menatap penuh ketidak bukaan ke arah Raya.
"Apa yang sedang mereka bicarakan, tidak cukupkah mereka membuat suasana hatiku bisa makin buruk," gumam Raya.
Seketika dia melihat ke arah ponselnya dan dering pemberitahuan nampak begitu jelas sebuah pesan Albert, memposting tentang kebersamaan Raya dengan Princess tampak terlihat mereka saling menyayangi satu sama lain seperti hal layaknya sepasang ibu dan anak.
"Ternyata, ini alasan dia lebih mendekati Al, di banding yang lain!" seru salah satu pria duduk di kursi kantin bersama teman-temannya.
"Hmm, aku rasa sekarang pun kita punya kesempatan," angguk temannya.
"Kita lihat pria mana lagi yang akan dia jadikan tameng kebutuhannya," ucap seorang wanita melihat sinis pada Raya yang duduk tidak jauh darinya.
Dering ponsel Raya berbunyi saat dia hendak berdiri dan pergi darisana.
"Ra, kau lihat berita terbaru perusahaan!" seru Nadira di balik telpon.
"Ada apa?" tanya Raya.
"Disana! Lihat saja," seru Nadira.
"Iya," angguk Raya.
Raya mengangkat sebelah alisnya setelah mendapati Nadira menelponnya tapi juga menetapkan dengan telepon begitu saja setelah dia berbeda Raya untuk melihat berita terbaru di perusahaan. Hingga membuatnya tertegun melihat seseorang mampu posting dirinya bersama dengan gadis kecilnya terlihat tampak manis saat dia bersikap lembut kepada Princess.
"Pantas saja, Al begitu ngotot aku gadis atau bukan," gumam Raya tersenyum mengingatnya.
Melihatnya Raya sama sekali tidak menyesali, apalagi saat mendapati dia dengan Princess terlihat begitu dekat dan membuatnya berterima kasih kepada seseorang yang sudah mengambilkan foto untuk dirinya. Setelah dia menyimpan bagian foto tersebut, Raya mengabaikan orang-orang yang tengah membicarakan dirinya dan berjalan pergi begitu saja.
Setelah apa yang dia rasakan, ketika bisa lepas dari Albert yang selama ini membuat dia kesulitan untuk memutuskan hubungan dengan pria itu. Saat Raya berjalan masuk ke ruangan kerjanya, Nadira mengerutkan dahinya ketika melihat temannya itu marah dengan wajah berseri masuk dan duduk disampingnya.
"Kau tidak kesulitan kah dalam perjalanan mu, kenapa wajahmu tampak begitu sangat cerah apa yang terjadi?" tanya Nadira.
"Memangnya apa yang harus aku lakukan?" balas Raya.
"Ya ampun, Ra. Bukankah semua karyawan di sini tahu kalau kau sudah memiliki seorang anak! Apakah kau baik-baik saja?"0 jelas Nadira sembari dia bertanya tentang keadaan Raya.
"Jadi, yang menjadi masalahmu adalah aku masih seorang gadis atau bukan?" tanya Raya.
Nadira tertegun mendengar pertanyaan dari Raya. Namun dia juga penasaran tentang hal itu, meski Raya terlihat masih seperti seorang gadis namun kenyataan tentang temannya itu memiliki seorang anak, tidak bisa dipungkiri ketika selama Nadira bersama dengan dirinya, gadis itu sudah ada bersama dengan Raya.
Raya tersenyum tipis melihat temannya yang tetap saja meragukan tentang keberadaan Princess bersamanya.
"Aku tidak peduli, orang lain mau melihatnya seperti apa. Tapi kebenaran tentang princess bersamaku, tidak bisa kupungkiri. Apalagi selama ini aku selalu bersama dengannya," jelas Raya.
"Jadi kau tetap orang yang sama dan bukan ibunya?" tanya Nadira.
"Aku memang ibunya, jika tidak kenapa dia memanggilku ibu dan itu cukup menyenangkan," balas Raya.
Semakin mendengarnya Nadira semakin tidak memahami, hingga dia menyentuh dahi temannya dan memilih untuk diam tidak berbicara lagi, ketika Raya malah memperhatikan foto di layar ponselnya. Mendadak dia merindukan gadis kecilnya itu.
"Apakah ini sudah jam pulang? Sebaiknya aku bergegas pergi Aku ingin membeli sesuatu dan cepat bertemu dengan putri kecilku itu!" seru Raya, dia bergegas pergi setelah meraih tasnya dan membiarkan Nadira masih terdiam dengan segala pertanyaannya hingga melihat Raya sudah pergi begitu saja.
"Meski aku meragukan tentang kegadisan sahabatku itu, tapi kenapa aku jauh lebih menyukai dirinya yang tersenyum bahagia dan bersemangat seperti itu apapun tentang Raya. Aku akan tetap menyukainya dan menjadi temannya," tegas Nadira, dia kini tersenyum tipis dan juga berdiri keluar dari ruangan itu untuk mengejar sahabatnya.
Walau ada begitu banyak orang yang akan mencibir tentang sahabatnya itu dia akan menentangnya dan melawan mereka untuk membela Raya. Keluar dari perusahaan Raya diikuti oleh Nadira berpapasan dengan Tuan Morgan yang diikuti oleh asisten dan sekretarisnya, tampak terlihat begitu canggung di antara mereka. Morgan dan Raya kini saling berhadapan satu sama lain dengan pandangan yang tidak bisa diartikan oleh siapapun.
"Selamat sore tuan," sapa Raya.
"Hmm, apakah ini sudah jam pulang kalian?" tanya Morgan dibalas anggukan oleh Raya.
"Apa Kalian mau ikut bersama denganku untuk sampai di rumah kalian?" tanya Morgan.
Untuk pertama kalinya sekretaris Morgan terkejut, ketika tuan mudanya yang begitu dengan orang lain dia membiarkan orang lain untuk duduk serta dan ikut bersama dengan dirinya masuk kedalam mobil. Tapi kali ini Tuan Morgan sendiri yang menawarkan kan tumpah tangan untuk orang lain.
"Tidak perlu Tuan, kami akan pergi ke suatu tempat terlebih dahulu dan akan memakan waktu banyak," tolak Raya dengan ramah hingga dia dibalas anggukan oleh Morgan.
Dan mereka keluar bersama dan pergi dengan jalan mereka masing-masing.
"Apakah kalian begitu dekat sampai-sampai direktur mengajakmu untuk pergi bersama dengannya?" tanya Nadira.
"Apa yang kau maksud mengajakku? Bukankah dia mengatakan kalian tanda tanya itu berarti bukan hanya aku saja?" balas Raya.
Nadira terdiam, dia mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Tuan Morgan dan membenarkan apa yang dikatakan oleh Raya hingga dia tidak lagi bertanya. Apalagi merasa curiga tentang hubungan Raya dengan direkturnya, mereka melakukan perjalanan yang cukup memakan waktu saat pulang bekerja. Terlebih lagi, Raya mampir ke sebuah toko kue dengan berbagai rasa dia beli, dengan raut wajah tersenyum bersemangat mendapatinya.
"Kau membeli kue sebanyak ini untuk gadis kecilmu itukah?" tanya Nadira.
"Ya, aku meninggalkannya seharian. Setidaknya ada banyak makanan untuk dia makan dan aku tidak khawatir membiarkannya di rumah seorang diri," jelas Raya.
"Princess sangat pengertian akan keadaanmu, dia bahkan tidak merengek sama sekali meski harus ditinggal olehmu dalam waktu yang lama," ucap Nadira.
"Ya, saat aku menemukannya. Dia memang seorang anak yang penuh pengertian hingga aku sendiri merasa begitu nyaman bersama dengannya," balas Raya.
Nadira mendengarkan dan memahami segala hal yang dikatakan dan dijelaskan oleh Raya tentang kebersamaan Raya dengan gadis kecil itu, hingga dia tidak lagi mempercayai segala dugaan yang ada dibenaknya.