Bab 3: Kemungkinan Terburuk

1014 Words
Dulu Mikha hanya tinggal bersama Mommynya hingga usianya lima tahun, saat itu dia tak mengerti hingga kini dia telah dewasa dia baru mengerti kenapa dia bisa hidup sendiri tanpa Daddynya. Mikha kecil dulu sangat kesepian, selain karena penyakitnya yang membuatnya tak bisa bermain dengan teman sebayanya, saat di rumah dia hanya sendiri menunggu Mommynya pulang bekerja demi membiayai hidup mereka juga pengobatannya yang tak sedikit. Mengingat hidupnya dulu membuat Mikha selalu berhati-hati dalam memilih teman pria, begitupun saat dia memiliki kekasih, mengingat dulu dia hadir karena Mommynya yang menyerahkan segalanya demi seorang pria dan berakhir kecewa sebab pria itu hanya menjadikannya sebuah mainan, bahkan hingga menghadirkan dirinya di dunia. Ya, pria b******k itu adalah Daddynya, yang tak tahu keberadaannya, hingga mereka di pertemukan kembali oleh takdir dengan berbagai proses akhirnya mereka bersama dan bahagia. Meski begitu ada kesakitan yang membekas dihati Mikha, hingga dia berjanji jika dia tak akan melakukan kesalahan yang dulu Mommynya lakukan sebagai seorang wanita hingga menciptakan Mikha lain yang kesepian tanpa seorang Daddy. Lalu, bagaimana sekarang? dia justru melakukannya dengan seorang pria beristri. Bagaimana nanti jika dia hamil? akan jadi apa anaknya kelak? jelas dia tak mungkin mengatakan jika daddynya telah memiliki istri hingga mereka tinggal berdua saja, bukan? Mikha membasuh wajahnya dengan air yang mengucur dari keran wastafel. Saat ini dia tengah berada di toilet kantor bahkan sejak setengah jam lalu. Pikirannya kalut dan kacau. Dia tak tahu harus melakukan apa sekarang. Bagaimana bisa ini terjadi, padahal jelas saat dia bersama Giovan dia bisa menjaga dirinya dengan baik. Mikha menggeleng, tidak! Bagaimana jika kekasihnya tahu apa yang telah dia lakukan dengan pria lain, sedangkan saat bersamanya dia selalu menolak jika diajak bercinta. Sekali lagi Mikha membasuh wajahnya agar tetap waras, tapi bayangan perkataan Dominic terus terngiang di telinganya. "Kau menyerangku, merayuku, hingga kau berakhir di ranjangku, dan tidur denganku, haruskah aku menjelaskan lebih dalam tentang adegan panas kita semalam." Jika itu sungguh terjadi, dia benar-benar tak bisa meminta pertanggungjawaban jika dia hamil nanti. Ini salahnya, terlebih dia juga tak ingin menjadi perusak rumah tangga orang lain. "Tidak! itu tidak akan terjadi." Mikha mensugesti dirinya agar tak terus memikirkan itu "Lagi pula satu kali tak mungkin hamil kan?" Dia menoleh dan menarik beberapa helai tisu untuk mengeringkan tangan dan wajahnya lalu kembali memoleskan make up tipis di wajahnya. Waktu terasa lambat berjalan, dan Mikha benci saat harus terus meratapi nasibnya yang jelas- jelas tidak baik, setelah kejadian tadi pagi dia terbangun di ranjang hotel bersama dengan Dominic. Mikha bahkan tak memiliki nafsu makan hingga sekarang, sebab memikirkan nasibnya kelak jika kemungkinan terburuk terjadi padanya. Saat jam pulang kantor Mikha memesan taksi dan memintanya mengantarnya ke klub tadi malam untuk mengambil mobilnya yang masih tertinggal disana. Setelah mengambil mobilnya Mikha bergegas pulang, dia lelah dan ingin mengistirahatkan dirinya. Namun, baru saja tiba di depan pintu dia melihat Michael berdiri disana. "Baby, akhirnya kau pulang, kemana saja kau?" tanyanya dengan khawatir. Mikha menghela nafasnya "Minggir sana, aku lelah," ucapnya malas. "Jelaskan dulu kemana kau semalam?" pria itu masih menghalanginya. Mikha berdecak "Baru ingat padaku, kemana sejak pagi?" "Sorry, aku tidak mau membuat Mommy dan Aunty khawatir, jadi aku hanya bisa diam- diam mencarimu." wajah tampan itu menyengir merasa bersalah. "Kamu baik- baik saja, kan?" raut khawatir begitu nampak di wajah Mich saat ini, namun ini sudah terjadi, tak mungkin Mikha menyalahkan sepupunya ini karena tidak menjaganya dengan baik semalam, lagi pula ini salahnya kenapa harus mabuk, jadi dengan menghela nafasnya dia berkata: "Aku baik- baik saja, aku cuma lelah pulang bekerja, sudah, pulang sana!" Mikha menyingkirkan Mich dari depan pintu apartemennya. "Tunggu, kamu lelah? kalau begitu aku akan minta uncle Mike agar memintamu bekerja denganku di perusahaan Daddy, bagaimana? aku jamin disana kau tidak akan kelelahan." "Tidak mau, lagipula hanya tiga bulan, setelah itu aku akan bekerja di perusahaan Daddy." "Aku heran pada uncle Mike, kenapa dia membiarkan kamu kerja diluar, lagipula kamu tidak perlu bekerja, diam di rumah dan nikmati hidup, bila perlu aku yang membiayaimu." Mikha terkekeh "Kamu tahu sangat sulit untuk mendapatkan kebebasan ini, jadi aku tak mau sia- sia." orang tua mana yang tak khawatir melepas anaknya keluar rumah, hanya saja Mike dan Kimmy juga tak bisa menolak keinginan Mikha ini. Jadi mereka hanya bisa menjaganya lewat orang-orang terdekat mereka termasuk Michael, sepupunya. "Sekarang pulang sana ke rumahmu!" Mikha membuka pintu apartemennya. "Aku akan menginap disini." Mich menerobos masuk. "Eh, tidak, tidak! Sana keluar," ucap Mikha kesal, dia masih ingin menghabiskan waktu sendiri untuk merenung. "Iya, iya, nanti pulang, sekarang duduk dulu, aku sejak tadi lelah mencarimu, ponselmu tidak aktif lagi." Mich merebahkan tubuhnya di atas sofa. "Unitmu hanya satu lantai di atasku, pergi dan istirahat dirumahmu sendiri." ya, tentu saja salah satu syarat Mikha bisa hidup di luar rumah adalah tinggal di gedung apartemen yang sama dengan Mich. Mikha menarik tubuh Mich untuk bangkit, membuat Mich berdecak "Eh? eh, Baby tunggu.." Mikha menutup pintu tepat di depan wajah Mich membuat Mich mengumpat pelan "Sial." *** Mikha memasuki kamar, melepas satu persatu pakaiannya lalu memasuki kamar mandi. Setelah membersihkan dirinya Mikha menutup seluruh tubuhnya dengan selimut lalu memejamkan matanya. Malam ini dan besok Mikha tak berencana kemana pun dan hanya akan berdiam diri di kamar, guna membuat pikirannya kembali waras. Akhir pekan yang menjengkelkan. *** Mikha kira mengurung diri seharian bagus untuk pikiran kacaunya, namun dia salah, dia terus mengingat ucapan Dominic. Dia bahkan sampai menutup telinganya sebab terus terngiang- ngiang ucapan tersebut. "Kau menyerangku, merayuku, hingga kau berakhir di ranjangku..." "Akh, sialan!" teriaknya kesal. "Tapi, kenapa aku tak ingat sama sekali dengan apa yang terjadi," keluhnya, dia hanya ingat saat menciumi wajah Dominic saat di dalam mobil pria itu, dan sama sekali tak ingat qtentang kejadian di hotel hingga berakhir dirinya kehilangan kesuciannya. "Tidak bisa begini terus, aku harus bekerja ... Ayolah lupakan itu." seharian di rumah juga tidak bisa membuat hatinya tenang, mungkin dia harus sibuk untuk melupakan semua itu. "Kau bisa Mikha!" serunya pada diri sendiri. Meski begitu, tak dapat di pungkiri dia yang bekerja di perusahaan Dominic membuatnya terus berinteraksi dengan pria itu, jadi Mikha harus berusaha untuk membut seolah tidak pernah terjadi apapun.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD