Bab 2: Ternoda

1028 Words
"Kau menyerangku, merayuku, hingga kau berakhir di ranjangku, dan tidur denganku, haruskah aku menjelaskan lebih dalam tentang adegan panas kita semalam." Mikha menggeleng kuat "Tidak uncle, i-tu tidak mungkin." Matanya memerah dengan berkaca- kaca menatap Dominic dengan rasa tak percaya. Lalu kilasan tentang kejadian semalam terlintas begitu saja membuat wajah Mikha pucat pasi. Sekelebat bayangan saat dia menciumi wajah Dominic terlintas samar, membuatnya bergetar ketakutan. "Kau ... kau bohong," ucapnya dengan tergagap. Dominic menundukkan tubuhnya hingga setara dengan Mikha "Kamu sungguh tak ingat? kalau begitu itu juga bukan salahku." Mikha menggeleng "Lalu ... jika aku tak sadar, ke- kenapa kau melakukannya padaku, uncle?" Mikha meneteskan air matanya, bagaimana bisa dia kehilangan kesuciannya dengan pria yang tak seharusnya, pria yang bahkan telah menikah "Kau tega sekali padaku, uncle ... hiks ... hiks." "Aku akan bertanggung jawab." Mikha menghentikan tangisnya, lalu mendongak "Apa?!" "Aku seorang pria Mikha, tentu saja aku tak bisa menolak jika ada wanita yang datang padaku," "Bagaimana bisa kau melakukan itu, uncle?" Dominic mengedikkan bahunya acuh "Kau bahkan memiliki istri." Mikha benar-benar tak percaya dengan apa yang Dominic katakan. "Mau bagaimana lagi, bagaimana jika nanti kau hamil?" Mikha meremas rambutnya frustasi. "Tidak, pasti tidak!" Mikha bangun dengan melilitkan selimut di tubuhnya "Lupakan semuanya, kau bisa melakukannya, uncle. Aku juga akan melakukannya, melupakannya!" gadis itu bergegas pergi ke kamar mandi. Melihat pintu tertutup keras, Dominic hanya bisa mengulum senyumnya. "Anak kecil," gumamnya. Dominic semakin melebarkan senyumnya mengingat kejadian semalam yang jauh dari bayangan Mikha. Ya, tak terjadi apapun padanya, mana mungkin Dominic menyentuh Mikha dalam keadaan gadis itu tak sadar. Hanya saja Dominic tak menyangka jika dia mendapati kebenaran yang cukup mengejutkannya saat Mikha meracau karena mabuk. ***** Flashback... "Anak kecil kenapa kamu tidak bisa diam, bagaimana bisa Mike melepaskanmu di tempan seperti ini." Dominic mendorong Mikha agar dia masuk ke dalam mobilnya sedangkan Mikha berusaha berontak dan ingin kembali ke klub. "Akh, minumanku, minumanku," ucapnya dengan terus meracau. Saat mobil melaju Mikha terus berusaha berontak hingga Dominic memeluknya erat agar gadis itu diam. Mikha sedikit terdiam lalu mendongak, menatapnya lamat- lamat kemudian tertawa. "Kenapa kau mirip dengan si uncle, Tuan," Mikha mengulurkan tangannya dan mengusap rahang Dominic "Sangat tampan." "Hentikan Mikha!" Dominic menggeram saat jari kecil itu terus menelusuri rahang dan lehernya. "Diamlah aku akan mengantarmu pulang." Dominic menyingkirkan tangan Mikha, namun Mikha malah menyerukan kepalanya di lehernya. "Wanginya juga sama," gumamnya. "Aaaa uncle, itu kau?" dia kembali mendongak mengarahkan jari telunjuknya tepat di hidungnya "Kenapa kau tidak berubah, masih saja tampan." Kali ini Dominic membiarkan Mikha menangkup kedua pipinya. Mikha mengerucutkan bibirnya, "Tapi, tidak mungkin itu kau, kan?" Mikha tertawa "Tapi tidak apa, karena kau sangat mirip dengannya, aku akan memberikanmu hadiah." Dominic mengerutkan keningnya mendengar racauan Mikha, apa dia berhalusinasi melihatnya sebagai orang lain, tapi Uncle? Pemikiran Dominic terhenti saat tiba-tiba Mikha mengecup pipinya sebelah kanan, lalu beralih ke kiri, kemudian gadis itu tersenyum dan mengecup bibirnya berkali- kali. Dominic tertegun, bibir dingin gadis itu menempel di bibirnya cukup lama hingga Mikha menarik dirinya. "Apa kau sudah menjadi milikku?" dia tertawa kembali "Bagaimana hadiahku?" kali ini Mikha memiringkan wajahnya. "Kenapa kau melakukan itu?" tanya Dominic dengan suara yang memberat. "Bukankah sudah ku bilang, kau mirip dengannya." Mikha menunjuk d**a Dominic. "Siapa?" "Dia, dia yang membuat jantungku berdebar kencang." "Kau menyukainya?" "Tidak tahu, aku kira aku masih kecil." Mikha menundukkan wajahnya "Tapi, rupanya saat bertemu lagi, jantungku berdebar- debar." Mikha menyentuh dadanya dan menggoyangkan tubuhnya sambil memejam seolah tengah meresapi perasaannya. Dominic masih diam hingga kembali bertanya "Siapa?" Mikha cemberut, "Aku tidak bisa mengatakannya, kau tahu... dia sudah memiliki istri," bisiknya "Jadi tidak mungkin dia menjadi milikku, kan?" "Ah, tapi ... kau lihat cermin itu." Mikha menunjuk pada kaca atas mobil "Dia itu kau!" Dominic tertegun. "Aku harus menghilangkan debaran jantungku, meski rasanya sakit ... " "Mikha?" "Kau tahu, dia berjanji akan menikah denganku saat dewasa, dia berbohong .... hiks, hiks, bohong!" terdengar tangisan dia mulut mungilnya. Mikha kembali menyerukan wajahnya di leher Dominic lalu mengalungkan tangannya di leher untuk memeluknya erat, "Wangi," gumamnya, hingga beberapa saat kemudian terdengar nafas teratur dari mulut Mikha, dia tertidur. "Astaga, Mikha.." Dominic tak percaya jika Mikha menyimpan pemikiran kecilnya itu, ya, tentu saja sekarang dia tahu siapa yang Mikha maksud. gadis yang kini telah tumbuh dewasa masih menyimpan perasaan padanya. *** Begitulah awalnya Dominic berencana membuat Mikha terkejut dengan keadaannya pagi ini. Sementara untuk pakaian Mikha yang tanggal, gadis itu muntah sangat banyak saat tiba di hotel, dan bahkan mengenai seluruh pakaiannya juga. Hingga semakin lancarlah dia membuat kebohongan jika mereka telah tidur bersama. Dan setelah melihat reaksi Mikha dia tak berniat untuk mengatakan kebenaran, karena ternyata menyenangkan juga melihat raut wajah panik Mikha. **** "Berhenti disini," cicit Mikha. Dominic mengerutkan keningnya dan melihat sekitarnya "Ini belum tiba di kantor." mereka memang akan ke kantor setelah drama tidur bersama yang di katakan Dominic, supir pria itu membawakan pakaian lengkap untuk mereka, hingga Mikha tak perlu pulang dulu. Mikha mendelik tajam ke arah Dominic, bisa- bisanya dia terlihat biasa saja setelah apa yang dia lakukan, dan apa- apaan dia harus berhenti tepat di depan kantor, begitu? Bagaimana dengan pemikiran orang lain nanti. "Kenapa?" tanyanya masih dengan wajah datar. "Apa kau tidak dengar?! aku bilang berhenti!" cecarnya kesal pada supir. "Dia tidak akan menuruti perintah, kecuali dariku." Dominic melipat kedua tangannya di d**a. "Lalu? suruh dia berhenti." Mikha kembali menatap Dominic dengan tajam. "Ini masih jauh dari kantor." "Aku tak peduli! lagi pula aku tidak mau ada berita yang tidak- tidak tentang kita." Dominic terkekeh "Yang tidak-tidak? Tapi, ya ... memang kita sudah melakukannya, bukan?" Wajah Mikha nampak merah karena kesal juga malu sekaligus "Sudah aku bilang kan, lupakan semuanya." "Aku mohon uncle, berhenti disini, " mohonnya. Dominic memalingkan wajahnya lalu berkata "Hentikan mobilnya." dan benar saja mobil tersebut langsung menepi dan berhenti. Benar- benar menyebalkan, Mikha dengan cepat keluar dari dalam mobil dan berjalan menjauh. Dominic menggeleng pelan lalu meminta supir melanjutkan mobilnya, dan melewati Mikha begitu saja. Mikha mendengus saat melihat mobil Dominic melewatinya, lalu mengumpat dengan keras "Sialan!" bagaimana bisa ini terjadi padanya, apa- apaan ini, apa takdir sedang mempermainkannya? Langkah Mikha melambat lalu berhenti, menatap sepatu high heels yang dia kenakan kemudian menghela nafasnya, "Sekarang harus bagaimana?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD