CILY, CEO 13

1458 Words
Grass Talk Gwen diajak Max untuk menghabiskan waktu di kebun strawberry milik keluarganya. Ternyata Max sudah menyuruh anak buahnya menyiapkan perlengkapan piknik. Bahkan sebuah kamera untuk mengabadikan moment mereka. Jujur saja Gwen merasa tersentuh, meskipun buka Max sendiri yang mengurus perlengkapan satu-persatu. Tetapi setidaknya pria itu punya inisiatif untuk berbuat hal manis seperti ini padanya. Max bukanlah kekasih pertama Gwen. Tetapi entah mengapa pria itu yang sudah berhasil jadi yang pertama membuat dirinya merasakan bahagia memiliki kekasih dan mempercepat detak jantungnya. Jika benar pria itu sedari awal ingin mendapatkan hatinya, maka Max berhasil. Tetapi tentu saja Gwen tidak akan mengakui perasaannya pada Max sebelum ia benar-benar yakin pada pria itu. “Bagaimana apa kau suka?” Gwen mengangguk pelan, matanya menyisir kebun luas itu. Kekayaan keluarga Max bisa ia percaya. “Jika saja kau mau berlibur lebih lama, mungkin kita akan menginap di Villa ini.” Max menggandeng tangannya mengajak Gwen berkeliling sesekali membiarkan Gwen memetik buah strawberry disana. Memang tadi saat dimobil Gwen tiba-tiba saja mengatakan peraturan seputar hubungan mereka sebagai sepasang kekasih. Secara garis besar Gwen meminta Max untuk lebih menghargai privasi-nya dan bersikap profesional jika mereka berada di perusahaan. Gwen mengatakan bahwa Max tidak bisa mengusik waktu kerja Gwen bahkan memaksakan libur untuknya meskipun Max adalah pemilik perusahaan. Mau tidak mau Max setuju, lagipula untuk masalah profesional kerja tentu Max adalah orang yang sangat professional. Akhirnya setelah cukup berkeliling hingga matahari berada di tengah menandakan bahwa sudah tengah hari, Max dan Gwen memutuskan untuk duduk di bawah rumah pohon dimana semua peralatan piknik mereka sudah tertata rapi disana. Terdapat juga sebuah wastafel yang Gwen gunakan untuk mencuci buah yang baru ia petik tadi. Rasa segar manis dan asam secara bersamaan memasuki indra Gwen, buah yang dipetik sendiri memang terasa berbeda dari petikan orang lain. “Apakah enak?” Refleks Gwen mengangguk dan menyuapi Max dengan satu buah strawberry lain. Max tidak terlalu suka buah strawberry tetapi karena Gwen yang menyuapinya tentu ia tidak akan menolak. “Tempat ini benar-benar menyenangkan, tempat yang cocok untuk melepas stress karena sejuk dan udaranya segar.” Max mengangguk setuju dengan apa yang Gwen katakan, tempat ini cukup menenangkan. “Apa kau sering datang kemari?” “Tidak, ini pertama kali.” Jawab Max yang kemudian mengambil tangan Gwen untuk ia genggam dan kecup. “Aku benar-benar tidak punya waktu untuk sekedar duduk dan menikmati pemandangan seperti ini.” Gwen menggedikkan bahunya pelan. “Tentu saja, karena kau lebih memilih club sebagai tempat pelampiasan stress-mu.” Max berdecak dan tidak menyangkalnya sama sekali, karena kenyataannya memang begitu. “Tapi disanalah kita akhirnya bertemu, kau mengingatnya?” Max dengan mudah membawa tubuh kecil Gwen ke pangkuannya, “bagaimana aku lupa dengan moment paling tidak pernah terlupakan dalam hidup ku?” Max menempelkan kening dan hidung mereka, menatap mata Gwen penuh cinta. “Maaf karena sudah sedikit memaksamu malam itu.” Tidak ada satu kata pun yang keluar dari Gwen, tapi wajah wanita muda itu tersenyum menahan tawa. “Jika saja malam itu tidak terjadi, mungkin hidupku akan sangat berbeda dari sekarang.” Gwen merangkum wajah Max dengan tangannya. “Jika saja aku masih menjadi anak baik dimata ibuku, mungkin aku akan seperti kedua kakakku yang membosankan. Belajar, belajar, dan belajar. Yahh meskipun aku harus tinggal di tempat mengerikan, setidaknya sekarang aku bebas.” “Aku akan membantumu untuk bebas.” Gwen menggelengkan kepalanya pelan. Meskipun Max sangat kaya dan berpengaruh di dunia bisnis, tetapi pria itu tidak bisa mengusik masalah keluarganya. “Aku akan melakukan apapun, agar kau tetap bersamaku Gwen.” “Kau tahu, hubungan kita tidak punya masa depan. Aku tahu keluarga ku sudah punya kejutan untuk kepulanganku nanti dari sini, jadi jangan berbuat apapun untuk mengacau masa bebasku sekarang.” Suara itu terdengar seperti mengacam meskipun Max sama sekali tidak merasa terancam. Ia segera membungkan bibir Gwen dengan bibirnya, merasainya dengan kasar. Gwen pun tidak diam saja, wanita muda itu juga membalas ciumannya sama kerasnya seakan memberi tahu bahwa Max tidak cukup mendominasi baginya. Max merubah keadaan membuat Gwen merebah diatas rerumputan hijau dengan Max diatasnya. Ciuman mereka terhenti sebab kehabisan nafas, tatapan mata mereka masih saling terkunci dan Max memunculkan smirk yang entah mengapa terlihat sexy meski Gwen enggan sekali mengakuinya. “Kita belum pernah mencoba diluar ruangan.” Selepas mengatakan itu Max kembali menyerangnya, memberikan Gwen kecupan jilatan dan gigitan membuat Gwen mendesah tak karuan. Jeans yang mereka pakai tidak sepenuhnya dilepas hanya di turunkan hingga lutut, sedang kaus lengan pendek hitam yang Gwen pakai terlipat keatas hingga payudaranya terpampang jelas dihadapan Max yang berhasil menurunkan branya. Max sendiri sudah shirtless karena kemejanya Gwen lepaskan dan dibuang entah kemana. Perlahan tapi pasti Max menyatukan tubuh mereka, terdiam sebentar sebelum bergerak pelan menggoda Gwen yang entah mengapa menjadi tidak sabaran. “Ahh.. faster Max.. fash.. ahh.. hmm…” Max mempercepat temponya hingga tidak beraturan membuat Gwen lupa diri. Astaga ini benar-benar nikmat luar biasa. Max menggeram, ia tidak bisa berhenti cepat apalagi melihat Gwen yang menikmati penyatuan mereka. Mendengar desahan Gwen membuat Max semakin bergerak menggila, tidak peduli mereka berada dimana sekarang. Lagipula siapa yang berani menganggu dan menghentikan Max ditempatnya sendiri, sebelum ia kemari ia sudah menyuruh seluruh pekerjanya libur hari ini dan tidak ada yang boleh mengganggunya. Gwen sudah akan mencapai pelepasan keduanya bersamaan dengan Max yang akan sampai pada puncaknya. Tanpa ragu Max menyemprotkan semua benihnya kedalam milik Gwen berharap akan ada Beauchamp junior disana. Mereka kehabisan nafas dan itu bukan berarti Max akan berhenti, bersama Gwen tidak cukup sekali untuknya. Max membenarkan bra dan atasan milik Gwen sebelum menyuruh Gwen untuk membelakanginya, secara perlahan Max menyatukan lagi milik mereka sebelum bergerak kembali. Tangannya masuk kedalam atasan Gwen dan meremas p******a juga memainkan puncaknya, sedangkan tangan satunya berada di leher Gwen mencengkeram pelan agar Gwen menoleh kebelakang untuk ia beri ciuman yang menggairahkan. “Gwenhh…” Max mengecupi telinga dan leher Gwen dalam geramannya. Mengajak Gwen untuk berkencan seperti ini bukanlah ide buruk, mungkin minggu depan Max akan mengajak Gwen berkencan lagi ke tempat yang berbeda. Mencoba bercinta di tempat baru membuat tantangan baru. Dan pelepasan itu datang lebih cepat dari sebelumnya menerpa Gwen dan Max yang merasa puas. Mengakhiri percintaan mereka dengan ciuman manis dan lembut seolah mereka sedang berbagi perasaan yang sama. == Gwen memposting foto terbarunya di media sosial yang ia punya, tidak dengan nama aslinya Gwen lebih memilih untuk memberi nama lain yang unik hingga anggota keluarganya tak akan tahu bahwa itu adalah miliknya. Pengikutnya cukup banyak karena Gwen memang populer, ia me-privasi akunnya dan itu adalah pilihan bijak. Ia mengirimkan fotonya bersama Max yang kemarin mereka ambil dalam kencan tiap hari libur mereka. Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang bahagia. Sudah satu bulan ini mereka menjalin hubungan dan Gwen menikmatinya sejauh tidak ada yang tahu tentang mereka dalam artian sebenarnya. Seperti teman-teman kerjanya ataupun media apalagi keluarganya. “Bagaimana Gwen, apa kau sudah menyiapkan apa yang akan kau pakai malam ini?” Gwen menganggukkan kepala pelan, ia kemarin lusa sempat membeli dress untuk menghadiri ulangtahun William leader mereka. Pria itu mengundang mereka dan melarang untuk dibawakan kado atau apapun, lagipula nanti malam hanya ada acara makan-makan saja dirumah pria itu tidak dengan acara mewah yang berlebihan. “Aku sungguh tidak sabar, kira-kira siapa saja ya yang datang nanti malam? Mungkinkah Tunangan Mr. William akan mengundang teman-teman selebritisnya juga?” “Aku tidak tahu.” Gwen menggedikkan bahunya karena memang ia tidak tahu dan tidak terlalu memikirkannya. “Kau jangan lupa untuk menjemputku nanti Cherry.” “Tentu, jangan berdandan terlalu cantik. Alexa pasti akan tidak suka jika kita berdandan berlebihan.” Gwen mengangguk pelan, ia akan tampil biasa saja tanpa make up berlebihan sama seperti ia biasa bekerja. Lalu mereka berpisah di lobi, Gwen kembali ke apartemennya sendiri begitupun dengan Cherry. Sesampainya di apartemen, Gwen tidak menemukan siapapun. Karena memang ia sudah memberitahu Max bahwa ia ada janji dengan teman-teman kantornya untuk menghadiri undangan makan malam. Mungkin juga pria itu lembur hari ini atau mungkin akan pergi ke luar negeri. Gwen cukup tahu diri bahwa Max orang sibuk, keuntungannya juga jika Max sibuk karena ia bisa memiliki me time. Gwen memilih untuk istirahat sebentar sebelum bersiap dan Cherry menjemputnya, ia memilih untuk mengambil pop mie sebagai penunda laparnya. Selama disini Gwen selalu berbelanja di Indonesian market, ia suka menyetok mi instan dan banyak lagi hanya untuk mengisi perutnya yang sering merasa lapar. Setelah cukup bersantai, Gwen masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Memilih dress yang sudah ia beli dipadukan dengan clutch hitam dan stiletto senada. Rambutnya ia biarkan tergerai tanpa aksesoris apapun, memulas make up tipis dan ia sudah siap berangkat. Ponselnya berdering, segera saja ia melihatnya dan menemukan nama Max yang memanggilnya dalam panggilan video. Gwen menerimanya tanpa ragu, dan langsung terpampanglah wajah Max dengan ekspresi datar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD