Karin diam terpaku, lidahnya terasa kelu. Tatapan matanya terpaku, dengan kelembutan tatapan, yang diberikan oleh Ryan. “Kau beruntung Karin, setiap kali kita hampir saja bercinta, selalu saja ada gangguan yang menggagalkan. Akan tetapi, tidak selamanya kau seberuntung itu, karena aku dapat memastikan, kalau dirimu akan jatuh ke dalam pelukanku.” Ryan mengusap bibir Karin yang bengkak, karena ulahnya. Tanpa disadari oleh keduanya mobil sudah berhenti beberapa saat yang lalu. Sopir pribadi Ryan tidak berani mengganggu tuannya, karena ia sudah mengenal karakter dari tuannya itu. Ryan menjauhkan badannya dari Karin. Ketahanannya, untuk tidak menyentuh Karin kembali sangatlah tipis. Ia kembali ke tempatnya semula duduk, dengan punggung yang disenderkan pada sandaran jok mobil, Ryan memejamk